09 Januari 2024
19:55 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan bahwa pasar saham Indonesia sampai dengan 29 Desember 2023 menguat sebesar 2,71% secara bulanan (month to date/mtd) ke level 7.272,80 dibandingkan November 2023, yaitu 7.080,74.
Kemudian, net buy non-resident sebesar Rp7,67 triliun mtd, dibanding November 2023 terjadi outflow sebesar Rp0,52 triliun atau Rp520 miliar mtd.
Sehingga secara ytd, investor non-resident membukukan net sell sebesar Rp6,19 triliun dibandingkan November 2023 terjadi net sell sebesar Rp13,86 triliun ytd.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan bahwa secara ytd, kinerja IHSG menjadi yang tertinggi kedua di antara kinerja bursa ASEAN setelah Vietnam. IHSG tercatat menguat sebesar 6,16%.
"Nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp11.674 triliun atau secara ytd tumbuh sebesar 22,90%," kata Inarno dalam Konferensi Pers RDK Bulanan Desember 2023 secara virtual di Jakarta, Selasa (9/1).
Di sisi likuiditas transaksi, lanjut dia, rata-rata nilai transaksi pasar saham di Desember 2023 tercatat meningkat menjadi sebesar Rp10,75 triliun ytd daripada November 2023 sebesar Rp10,54 ytd.
Capaian atas kinerja IHSG juga ditopang oleh pertumbuhan jumlah investor pasar modal yang melanjutkan kenaikan double digit sebesar 18,04% menjadi 12,17 juta investor.
Oleh karena itu, OJK optimis ruang pertumbuhan bagi industri pasar modal Indonesia masih luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.
Baca Juga: Perdagangan Bursa Tahun 2023 Resmi Ditutup, IHSG Memerah
SBN Hingga SCF
Inarno menyampaikan, penguatan juga terjadi di pasar SBN. Hingga 29 Desember 2023, SBN membukukan inflow investor asing sebesar Rp8,17 triliun mtd, dibandingkan inflow pada November 2023 sebesar 23,50 triliun mtd.
Dengan demikian, hal itu kembali mendorong penurunan yield SBN rata-rata sebesar 13,30 bps mtd di seluruh tenor.
Secara ytd, yield SBN turun rata-rata sebesar 29,51 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp79,87 triliun ytd.
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI pada 29 Desember 2023 menguat 8,65% ytd ke level 374,61 dari November 2023 yang menguat 7,34% ytd.
Untuk pasar obligasi korporasi, kata Inarno, aliran dana masuk investor non-resident tercatat sebesar Rp541,83 miliar mtd, dan secara ytd masih tercatat outflow Rp0,92 triliun.
Di industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) pengelolaan investasi per 29 Desember 2023 tercatat sebesar Rp824,73 triliun, dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp501,46 triliun atau naik 1,77% (mtd).
Investor Reksa Dana membukukan net subscription sebesar Rp6,31 triliun (mtd). Secara ytd, kinerja industri reksa dana relatif stabil dengan NAB menurun 0,67%, namun masih mencatatkan net subscription sebesar Rp8,98 triliun.
Inarno bilang, penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi, yaitu sebesar Rp255,39 triliun dengan emiten baru tercatat sebanyak 83 emiten hingga 29 Desember 2023.
"Penghimpunan dana per Desember ini telah melampaui capaian target di 2023," terangnya.
Sementara itu, pipeline Penawaran Umum masih terdapat 85 dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp28,68 triliun yang di antaranya merupakan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 60 perusahaan.
Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UKM, hingga 29 Desember 2023, telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 494 penerbit, 168.068 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp1,04 triliun.
Sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 29 Desember 2023, tercatat 46 pengguna jasa di bursa karbon yang mendapatkan izin dengan total volume sebesar 494.254 tCO2e (setara ton CO2) dan akumulasi nilai sebesar Rp30,91 miliar.
Rinciannya, 30,38% di pasar reguler atau Rp9,39 miliar, 9,83% di pasar negosiasi atau Rp3,04 miliar, dan 59,79% di pasar lelang atau Rp18,48 miliar.
"Ke depan, potensi perdagangan bursa karbon diperkirakan masih akan terus meningkat, mengingat saat ini sudah semakin banyak industri yang memiliki target net zero emission (NZE)," tutur Inarno optimis.
Baca Juga: Apa Itu IHSG? Yuk Simak Sejarah dan Fungsinya
Penegakan Hukum di Pasar Modal
Sementara itu, Inarno menuturkan, dalam rangka penegakan hukum di bidang Pasar Modal, OJK telah melakukan beberapa tindakan tegas.
Pada Desember 2023, misalnya, OJK telah mengenakan sanksi administratif berupa denda dan/atau perintah tertulis kepada lima manajer investasi, satu perusahaan efek, dan satu emiten.
Adapun, sanksi administratif berupa peringatan tertulis kepada satu penilai, dan sanksi administratif baik berupa denda dan/atau pencabutan izin orang perseorangan kepada 41 pihak lainnya yang menyebabkan pelanggaran.
Kemudian, sanksi administratif berupa denda sebesar Rp2,6 miliar kepada tiga pihak terkait pelanggaran Pasal 107 UUPM dan kepada satu pihak terkait pelanggaran karena tidak memastikan pihak yang menjadi beneficial owner dari nasabah yang mendapatkan penjatahan pasti, tidak melakukan customer due diligence serta melakukan identifikasi dan verifikasi identitas terhadap beneficial owner tersebut.
Selanjutnya, selama 2023, OJK telah mengenakan sanksi administratif atas pemeriksaan kasus di pasar modal kepada 165 pihak yang terdiri dari sanksi administratif berupa denda sebesar rp86.093.000.000 atau rp86,09 miliar, 15 pencabutan izin, satu pembekuan izin, 73 perintah tertulis, dan 26 peringatan tertulis.
Selain itu, OJK mengenakan sanksi administratif berupa denda atas keterlambatan dengan nilai sebesar rp20.853.530.000 atau rp20,85 miliar kepada 537 pelaku jasa keuangan di pasar modal dan lima peringatan tertulis atas keterlambatan penyampaian laporan.