20 September 2025
10:41 WIB
Modal Investasi Asing Masih ‘Kabur’ Rp8,12 Triliun Pekan Ini
Pembelian tipis investasi asing di pasar saham tidak mampu mengimbangi keluarnya modal asing yang keluar lebih deras di pasar SBN dan SRBI.
Penulis: Siti Nur Arifa
Seorang teller menyerahkan lembaran uang rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) saat melayani transaksi penukaran valuta asing di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu (20/08). ValidNewsID/Hasta Adhistra.
JAKARTA - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso melaporkan, investor asing terpantau masih menjual kepemilikan instrumen investasi di Indonesia sebesar Rp8,12 triliun pada perdagangan di pekan ketiga September 2025.
Modal keluar ini melanjutkan tren negatif dari pekan sebelumnya, di mana asing terpantau melepas kepemilikan modal sebesar Rp14,24 triliun. Adapun aliran modal keluar pekan ini disebabkan oleh penjualan di pasar SBN dan SRBI yang jauh lebih besar ketimbang pembelian tipis di pasar saham.
“Berdasarkan data transaksi 15-18 September 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp8,12 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp5,49 triliun di pasar SBN dan Rp2,79 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta beli neto sebesar Rp0,16 triliun di pasar saham,” ungkap Ramdan dalam keterangan resmi, Jakarta, dikutip Sabtu (20/9).
Baca Juga: Masih Deras, Asing Lepas Instrumen Investasi RI Rp14,24 T Pekan Ini
Selain itu, BI mencatat, berdasarkan data setelmen sepanjang tahun berjalan hingga 18 September 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp59,73 triliun di pasar saham dan Rp119,62 triliun di SRBI, serta beli neto sebesar Rp41,82 triliun di pasar SBN.
“Premi CDS Indonesia 5 tahun per 18 September 2025 sebesar 70,17 bps, naik dibanding dengan 12 September 2025 sebesar 67,72 bps,” tambah Ramdan.
Sementara itu, imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun berada di level 6,29% pada Jumat (19/9) pagi, naik dibanding Kamis (18/9) yang turun ke level 6,27%.
Per akhir Kamis (18/9), hasil pantauan BI, indeks dolar AS (DXY) terpantau melemah ke level 97,35 poin terhadap pergerakan enam mata uang negara utama lainnya, yakni euro Eropa, yen Jepang, poundsterling Britania Raya, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.
Meski demikian, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau melemah jelang akhir pekan ini. Detailnya, rupiah berada pada level bid Rp16.500 per dolar AS pada akhir Kamis (18/9), dan dibuka pada level bid Rp16.550 per dolar AS pada Jumat (19/9).
Baca Juga: Minus, Asing Lepas Instrumen Investasi RI Rp250 Miliar Pekan Ini
Selanjutnya, Ramdan juga menginformasikan, yield surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury Note/UST) dengan tenor 10 tahun terpantau naik per Kamis (18/9).
“Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke 4,104%,” ungkapnya.
Dia menuturkan, bank sentral akan terus menjalin koordinasi dengan semua pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia ke depan.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," pungkas Ramdan.