09 Maret 2023
18:45 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
JAKARTA – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menargetkan dapat meningkatkan kolaborasi dengan pelaku pasar modal lain untuk mempercepat usaha mendemokratisasi investasi.
Senior VP Business Innovation Mirae Asset Wisnu Aditya mengatakan pihaknya optimistis dapat berkolaborasi dengan pelaku pasar lain agar dapat memasarkan lebih dari 10 produk investasi pasar modal tahun ini dari pelaku pasar yang lain.
Kolaborasi tersebut, lanjutnya, merupakan bentuk inovasi yang dilakukan Mirae Asset secara terus-menerus.
“Kami berharap dengan kolaborasi ini dan dengan semakin banyaknya jenis instrumen investasi di pasar modal, maka dapat meramaikan aktivitas transaksi dari trader dan investor,” ujar Wisnu dalam konferensi pers, Kamis (9/3).
Dia mengatakan, Mirae Asset terbuka terhadap seluruh kerja sama baik di bidang pasar modal maupun CSR untuk sama-sama karena ingin berkolaborasi secara inovatif demi demokratisasi investasi dan kemajuan pasar modal.
Baca Juga: JP Morgan Proyeksi IHSG Sentuh 7.500 pada Akhir 2023
Saat ini, Mirae Asset baru ditunjuk menjadi agen penjual dua produk investasi bernama waran terstruktur (structured warrant/SW) yang diterbitkan oleh PT RHB Sekuritas Indonesia.
Keduanya yaitu ADRODRCU3A dengan aset dasar saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan BBNIDRCU3A dengan aset dasar saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).
Produk SW berjenis call warrant tersebut merupakan jenis produk pasar modal terbaru yang memungkinkan pembelinya mendapatkan meraih keuntungan lebih besar jika saham yang menjadi aset dasarnya (underlying asset) mengalami penguatan harga.
Head Sales & Marketing Equity Derivative RHB Sekuritas Steinly Atmanagara menambahkan SW memiliki beberapa keunggulan dibanding produk lain di pasar modal. Pertama, nilai pembeliannya yang lebih terjangkau dibanding saham aset dasar. Kedua, risiko produk SW lebih terukur daripada produk derivatif lain.
“Ketiga, tidak ada margin call, daya ungkit, likuid karena tersedia liquidity provider. Dan keempat, saham-saham aset dasarnya merupakan unggulan karena menjadi anggota indeks IDX30," katanya.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, di luar rencana pencatatan SW ADRO dan BBNI, RHB Sekuritas merupakan sekuritas pertama yang menerbitkan SW dan sudah mencatatkan 17 produk SW sejak Februari tahun lalu, dari total 25 produk yang dapat ditransaksikan di pasar.
Steinly menambahkan, bahwa kondisi ekonomi yang semakin kondusif juga dapat mendorong minat investor untuk bertransaksi SW.
Ekonomi Indonesia Dinilai Terkendali
Dalam kesempatan yang sama, Senior Investment Information Mirae Asset, Nafan Aji Gusta menilai, makro ekonomi Indonesia masih akan terkendali mengingat faktor fundamental domestik saat ini.
Ia menjelaskan kemajuan ekonomi global saat ini masih terhambat oleh serangkaian risiko global, seperti perang Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina dan inflasi yang terus-menerus karena pengetatan kebijakan moneter terus berlanjut, serta ketakutan akan resesi global.
"Sisi baiknya, ekonomi Tiongkok diproyeksikan akan berkembang seiring dengan pemulihan yang terus berlanjut di seluruh kebijakan perbatasan terbuka. Sementara itu, Indonesia Perekonomian masih relatif tangguh dipengaruhi oleh kinerja makro ekonomi fundamental yang solid," katanya.
Menurutnya, beberapa faktor tersebut dapat meredakan inflasi inti domestik dan pertumbuhan ekspor yang lebih besar daripada impor, yang masih akan menjaga risiko dari kenaikan agresif suku bunga acuan AS (Fed Rate).
Baca Juga: Mirae Asset Sekuritas Prediksi IHSG Capai 7.880 Pada 2023
Dengan iklim yang lebih kondusif itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai stabil menguat sejak awal tahun diprediksi akan melanjutkan penguatan.
“Secara teknikal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang flat pada Februari diprediksi akan terkonsolidasi dengan kecenderungan melemah (bearish consolidation) dengan rentang pergerakan 6.747-6.850 sepanjang Maret. Dari sektor yang ada, ada 5 sektor yang yang kami rekomendasikan karena berpotensi menguat yaitu barang konsumsi cyclical dan noncyclical, industri, kesehatan, serta keuangan," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Head of Research Team II Mirae Asset, Handiman Soetoyo menilai kinerja perusahaan di sektor keuangan, khususnya emiten perbankan, akan terus membaik tahun ini mengingat dua faktor utama. Keduanya adalah pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income) dan perbaikan kualitas aset bank.
Faktor lainnya yang dinilai positif adalah aktivitas Lebaran dan tahun politik, serta kewajiban repatriasi dolar hasil ekspor sumber daya alam yang berlaku di awal bulan ini.
"Kami lebih memilih bank yang memiliki eksposur besar di korporasi dan memiliki kualitas aset yang lebih baik dengan pilihan utama (stock pick) pada BBCA dan BMRI dengan rekomendasi Buy TP Rp 10.100 dan Buy TP Rp 12.300 untuk masing-masing saham itu," tandasnya.