23 September 2025
20:36 WIB
Mirae Asset: Pelaku Pasar Masih Cermati Kebijakan Fiskal Menkeu Baru
Pasar tengah mencermati arah kebijakan fiskal setelah Sri Mulyani Indrawati digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Karyawan memotret layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2/2023). Antara Foto/Sigid Kurniawan
JAKARTA - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai reshuffle kabinet baru yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto, khususnya penggantian Menteri Keuangan, menjadi perhatian utama pelaku pasar.
Lantaran, penggantian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjadi Purbaya Yudhi Sadewa akan menentukan arah kebijakan fiskal ke depan.
Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menjelaskan, pasar tengah mencermati arah kebijakan fiskal setelah Sri Mulyani Indrawati digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan.
“Sejak 2016, Sri Mulyani dikenal menekankan disiplin fiskal dan transparansi anggaran. Dengan pergantian ini, mandat Presiden kepada Menteri Keuangan baru adalah mempercepat pencapaian pertumbuhan ekonomi 8%,” ujar Rully dalam Media Day: September 2025 by Mirae Asset bertema New Economic Policy: Impact on Growth and Capital Market, Selasa (23/9).
Baca Juga: Hari Ini, IHSG Tembus ATH 8.125
Ke depannya, menurut Rully, publik akan melihat kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dengan peran pemerintah dan swasta yang lebih besar dalam mendorong pertumbuhan.
Ia menambahkan, kebijakan ekonomi yang menjadi sorotan pasar di bawah kepemimpinan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, antara lain pertama, pergeseran dari disiplin fiskal menuju kebijakan pro-growth dengan target pertumbuhan ekonomi 8%.
Kedua, lanjutnya, kebijakan fiskal yang lebih ekspansif, melalui peningkatan belanja pemerintah dan dukungan terhadap program prioritas. Salah satunya adalah dengan menyalurkan dana kredit ke bank-bank BUMN senilai Rp200 triliun.
Ketiga adalah optimalisasi peran sektor swasta dan pemerintah dalam mendorong investasi dan konsumsi.
Rully menuturkan, meskipun latar belakang Purbaya sebagai ekonom dan mantan pejabat BUMN memberikan keyakinan akan kapasitasnya, pelaku pasar tetap menunggu kejelasan mengenai komitmen disiplin fiskal, transparansi anggaran, dan sumber pembiayaan program prioritas pemerintah.
Dengan demikian, maka implikasi kebijakan baru tersebut bagi pasar modal adalah volatilitas jangka pendek yang berpotensi berlanjut, tetapi peluang investasi tetap terbuka dalam periode konsolidasi.
“Pasar masih menantikan kepastian apakah kebijakan ekspansif ini akan tetap menjaga keberlanjutan fiskal. Ketidakpastian tersebut menjadi salah satu faktor yang menahan pergerakan indeks saham dan meningkatkan volatilitas pasar obligasi,” jelas Rully.
Rekomendasi Saham
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil menorehkan rekor baru dengan menembus level tertinggi sepanjang sejarah (all time high/ATH) pada Selasa (23/9).
Mengutip RTI, IHSG pada penutupan perdagangan hari ini, menguat sebesar 85,16 poin atau 1,06% menjadi ke level 8.125,20. IHSG masih menunjukkan pola uptrend.
Baca Juga: Menguat, IHSG Selasa (23/9) Dibuka di Kisaran 8.000
Kalaupun kondisi pasar saham melemah, dapat menjadi momentum bagi investor untuk membeli di saat koreksi (buy on weakness) pada saham-saham pilihan.
Untuk itu, Rully menyarankan sektor perbankan yang diprediksi kinerjanya dapat membaik terutama untuk bank BUMN dengan adanya penyaluran dana Rp200 triliun, asalkan tidak diikuti dengan kenaikan kredit tidak lancar (NPL) yang signifikan.
Selain saham-saham emiten perbankan, dia juga merekomendasikan saham TLKM, TOWR, MTEL, JPFA, KLBF, dan BRPT sebagai saham pilihan yang berpotensi menarik dalam periode konsolidasi ini.