10 Januari 2025
10:08 WIB
MIND ID Beberkan Peran Batu Bara Dalam Ekosistem Kendaraan Listrik
Lewat PT Bukit Asam, MIND ID bakal kembangkan batu bara menjadi grafit sintetis sebagai bahan baku anoda yang notabene merupakan komponen pembentuk baterai kendaraan listrik.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Ilustrasi Batu Bara. Shutterstock/dok
JAKARTA - Direktur Utama PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) Hendi Prio Santoso mengungkapkan rencana hilirisasi batu bara menjadi produk bernilai tambah, dan menjadi salah satu pendukung ekosistem kendaraan listrik.
Dalam gelaran MINDialogue bertajuk 'Hilirisasi dan Industrialisasi, Strategi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045', dijelaskannya ada rencana untuk mengolah batu bara menjadi grafit sintetis.
"Saat ini masih dalam tahapan prototyping di laboratorium, tapi synthetic graphite itu sudah dimungkinkan," ucap Hendi, Kamis (9/1).
Lebih rinci, Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo menambahkan komponen baterai mobil listrik pada dasarnya terdiri dari anoda dan katoda.
Selama ini, Dilo mengatakan yang ramai dibicarakan khalayak ialah soal katoda yang berasal dari Lithium Ferro Phospate (LFP) ataupun Nickel Manganese Cobalt (NMC).
Sementara itu, Indonesia tak memiliki grafit yang notabene merupakan unsur pembentuk anoda dan berperan penting dalam produksi baterai kendaraan listrik.
"Anodanya itu dari grafit. Kita ini kan tidak punya grafit, anodanya," jelas dia.
Baca Juga: Potensi Biomassa Bambu Sebagai Pengganti Grafit Belum Memadai
Karena itu, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai Anggota Holding BUMN Pertambangan bakal membuat grafit sintetis dari batu bara. Hal itu dikarenakan Indonesia tak punya sumber daya grafit alam. Di lain sisi, Tiongkok yang menjadi gudang grafit alam telah menutup keran ekspor atas komoditas tersebut.
"Kita buat sama Bukit Asam itu bahwa batu bara bisa dijadikan synthetic graphite. Jadi, nanti kita tidak harus pakai anodanya itu pakai grafit, tapi kita bisa pakai batu bara yang kita buat grafit sintetis," kata Dilo.
Pengembangan grafit sintetis, sambung Dilo, dilakukan PTBA dengan menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Saat ini, proyek itu masih dalam tahap piloting dengan jenama produk BARIN NMC-811 Battery tipe 18650.
Dirinya mengakui, masih ada beberapa yang harus ditingkatkan. Terutama, ialah pada sisi technology readiness level. Dengan meningkatkan aspek tersebut, level density diyakini Dilo bisa menjadi lebih baik.
"Kita juga sudah kerja sama, buka komunikasi dengan CATL. Kalau ini bisa kita buat, CATL nanti buat katodanya, tapi anodanya nanti bisa dari kita," jabar Dilo Seno Widagdo.
Asal tahu saja, PTBA bersama BRIN sudah memulai pilot project konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet untuk bahan baku baterai Li-ion pada Juli 2024 lalu.
Pada peluncuran perdana pilot project artificial graphite dan anode sheet, Dilo berharap proyek tersebut bisa terus berlanjut hingga ke tahap komersial. Karena itu, keberlanjutan proyek butuh dukungan dan kajian mendalam dari sisi keekonomian.
"Proyek ini merupakan langkah strategis yang tidak hanya mendukung diversifikasi usaha PTBA, tetapi juga memperkuat posisi kita dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik di masa mendatang," ungkap Dilo beberapa waktu lalu.
Proses Konversi
Konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, ialah proses karbonisasi batu bara menjadi batu bara semikokas atau coalite.
Setelah itu, coalite dihaluskan menjadi serbuk, lalu masuk ke tahap perendaman, pemanasan, pencucian, pengeringan, dan penghalusan hingga menjadi artificial graphite yang merupakan bahan utama anode sheet.
Sedangkan pembuatan anode sheet dimulai dari pencampuran artificial graphite dengan bahan-bahan lain. Setelah dipanaskan, campuran itu masuk ke fase pencetakan sehingga membentuk lembaran di atas kertas tembaga. Tahap terakhir, adalah pengeringan sehingga terbentuk anode sheet.
Baca Juga: Batal Jadi DME, Ini Arah Baru Hilirisasi Batu Bara
Direktur Utama PT Bukit Asam Arsal Ismail menegaskan proses pembuatan artificial graphite dan anode sheet itu jadi komitmen perusahaan dalam mendukung program hilirisasi batu bara yang dicanangkan pemerintah.
Bahkan, implementasi anode sheet berbahan baku batu bara disebut Arsal jadi yang pertama di dunia dan dapat menjadi terobosan penting dalam hilirisasi batu bara.
"Implementasi anode sheet berbahan baku batu bara ini merupakan yang pertama di dunia, sehingga dapat menjadi salah satu terobosan penting dalam hilirisasi batu bara. Pengembangan batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet juga akan mendukung kemajuan industri kendaraan listrik di dalam negeri," pungkas Arsal Ismail.