c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

09 Januari 2025

19:37 WIB

MIND ID: Industri Manufaktur RI Belum Bisa Optimalkan Bahan Baku

Program hilirisasi wajib berjalan beriringan dengan industrialisasi.

Penulis: Yoseph Krishna

<p>MIND ID: Industri Manufaktur RI Belum Bisa Optimalkan Bahan Baku</p>
<p>MIND ID: Industri Manufaktur RI Belum Bisa Optimalkan Bahan Baku</p>

Ilustrasi Pabrik Kaleng Sarden Olahan dari Timah. Shutterstock/Fahroni

JAKARTA - Direktur Utama Holding BUMN Pertambangan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) Hendi Prio Santoso menyebut industri manufaktur Indonesia belum bisa mengoptimalkan bahan baku yang telah dibuat oleh Anggota Holding-nya.

Menurut dia, sangat disayangkan apabila tidak ada penguatan nilai tambah atas bahan baku yang sudah disiapkan oleh MIND ID lewat proses hilirisasi.

"Kami sedikit cemas karena kita lihat industri manufaktur di dalam negeri belum terlalu eksis untuk bisa memanfaatkan bahan baku yang telah kita buat," ucap Hendi dalam sesi diskusi MINDialogue bertajuk 'Hilirisasi dan Industrialisasi, Strategi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045', Kamis (9/1).

Hendi menegaskan program hilirisasi yang dijalankan oleh segenap perusahaan tambang pelat merah itu wajib beriringan dengan program industrialisasi. Tapi yang terjadi saat ini, performa industri justru mengalami penurunan, terutama di sektor yang bisa memanfaatkan bahan baku dari dunia pertambangan.

"Program hilirisasi ini tidak dapat berjalan sendiri, harus disertai program industrialisasi. Namun sayangnya mohon maaf kalau saya salah, yang saya dengan malah industrialisasi di Indonesia malah menurun, khususnya di sektor yang bisa memanfaatkan bahan baku dari dunia pertambangan," kata dia.

Seluruh Anggota Grup MIND ID, sambungnya, telah berkomitmen untuk memurnikan bahan mineral mentah menjadi barang setengah jadi yang seharusnya dapat diserap oleh industri dalam negeri untuk diolah menjadi produk yang lebih bernilai tambah.

Komitmen hilirisasi salah satunya dijalankan oleh PT Timah yang sudah memproses ingot tin, hingga tin chemical, tin powder, maupun tin solder.

Kemudian, PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) bersama PT Indonesia Asahan Alumunium (INALUM) juga telah bersinergi untuk membentuk perusahaan patungan bernama PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) yang mengelola Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat.

Sinergitas ANTAM dan INALUM, jelas Hendi, menjadi sejarah baru karena saat ini Indonesia sudah bisa menghasilkan atau memproduksi aluminium murni di dalam negeri.

"Sebelumnya, INALUM sudah puluhan tahun mengimpor bahan baku. Tapi dengan didirikannya smelter alumina di Mempawah, kita bisa mengintegrasikan hulu dan hilir," tuturnya.

Tak mau kalah, PT Vale Indonesia Tbk juga sudah melakukan hilirisasi lewat smelter di Sorowako dan akan disusul dengan proyek High Pressure Acid Leach (HPAL) di sejumlah titik.

Lalu PT Freeport Indonesia (PTFI) juga telah merampungkan fasilitas pemurnian tembaga di Manyar, Gresik, Jawa Timur. Smelter itu digadang-gadang menjadi yang terbesar di dunia untuk pembuatan copper katoda.

Karena itu, Hendi berharap iklim industri manufaktur bisa tumbuh guna memperkuat program hilirisasi yang dijalankan oleh MIND ID. Dengan begitu, industri bisa menyerap bahan baku yang diproduksi MIND ID untuk diolah menjadi produk hilir.

"Jadi tentunya kami mengharapkan ada kolaborasi strategis antara sektor pertambangan dan industri manufaktur, sehingga kita bisa membawa manfaat yang lebih besar bagi tumbuhnya perekonomian nasional," pungkas Hendi Prio Santoso.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar