02 Agustus 2024
12:22 WIB
Meski Naik Pagi Ini, Harga Minyak Mentah Masih di Jalur Penurunan
Harga minyak mentah anjlok di sesi sebelumnya, setelah pemulihan singkat, karena kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang bisa berdampak pada lemahnya permintaan bahan bakar minyak.
Editor: Fin Harini
Proyek Belida Extension di Wilayah Kerja Blok B Laut Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Rabu (28/12/2022). Sumber: SKK Migas/Cherman
JAKARTA - Harga minyak mentah naik di perdagangan Asia pada Jumat (2/8), tetapi menuju penurunan minggu keempat berturut-turut. Kekhawatiran atas melambatnya pertumbuhan ekonomi dan melemahnya permintaan mengimbangi kenaikan dari memburuknya ketegangan di Timur Tengah.
Dilansir dari Investing.com, harga minyak mentah berjangka Brent yang habis masa berlakunya pada bulan Oktober naik 0,4% menjadi US$79,84 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik 0,4% menjadi US$75,71 per barel pada pukul 21:24 ET (01:24 GMT).
Harga minyak mentah anjlok di sesi sebelumnya, setelah pemulihan singkat, karena serangkaian data indeks manajer pembelian AS yang lebih lemah dari perkiraan meningkatkan kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Data tersebut mengikuti pembacaan suram dari negara importir minyak utama, China.
Lemahnya perekonomian membuat sebagian besar pasar mengabaikan ketegangan yang meningkat di Timur Tengah setelah pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Iran pada awal pekan ini. Kekhawatiran atas perang yang lebih besar di kawasan ini membantu harga minyak mentah pulih dari posisi terendah dalam dua bulan.
Pasar minyak mendapat isyarat dari pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+), di mana kartel tersebut tidak melakukan perubahan terhadap kebijakan produksinya dan menegaskan kembali bahwa mereka dapat menghentikan rencana peningkatan produksi mulai bulan Oktober.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik Dipicu Ancaman Meluasnya Konflik Timur Tengah
Minyak menuju penurunan mingguan seiring meningkatnya kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi.
Harga Brent dan WTI diperkirakan turun antara 0,4% dan 0,9% minggu ini, setelah tenggelam ke posisi terendah dua bulan dalam minggu ini.
Pelemahan harga minyak terutama didorong oleh meningkatnya kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi akan menurunkan permintaan minyak dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini diperparah oleh lemahnya PMI manufaktur dari AS dan Tiongkok pada minggu ini.
China masih menjadi titik lemah bagi pasar minyak, karena Beijing tidak memberikan rincian mengenai rencana mereka untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara importir minyak terbesar di dunia tersebut.
Di AS, Federal Reserve mengisyaratkan potensi penurunan suku bunga pada bulan September. Namun para pedagang khawatir bahwa pemotongan tersebut akan terlambat bagi perekonomian AS untuk tetap mengalami soft landing.
Baca Juga: Israel Gelar Serangan Balasan, Harga Minyak Mentah Rebound
Ketegangan di Timur Tengah Masih Jadi Fokus
Harga minyak mentah memang membatasi sebagian besar penurunan mingguannya di tengah kekhawatiran akan perang besar-besaran di Timur Tengah.
Israel diduga membunuh pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Iran, meningkatkan kekhawatiran akan pembalasan yang dilakukan kelompok Palestina dan Iran.
Awal pekan ini, Israel mengatakan mereka telah membunuh komandan Hizbullah Fouad Shukur dalam serangan udara, yang memicu kemarahan kelompok yang berbasis di Lebanon dan didukung Iran.
Prospek perang besar-besaran antara Israel dan negara-negara sekitarnya membuat para pedagang menaruh sejumlah premi risiko pada harga minyak, sehubungan dengan prospek potensi gangguan pasokan di Timur Tengah.