c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

31 Juli 2024

09:33 WIB

Israel Gelar Serangan Balasan, Harga Minyak Mentah Rebound

Harga minyak mentah berjangka pulih dari posisi terendah 7 minggu pada Rabu (31/7), karena meningkatnya ketegangan geopolitik setelah Israel membalas serangan Hizbullah

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Israel Gelar Serangan Balasan, Harga Minyak Mentah <em>Rebound</em></p>
<p id="isPasted">Israel Gelar Serangan Balasan, Harga Minyak Mentah <em>Rebound</em></p>

Aktivitas pengeboran minyak di Rig Cosel Seeker milik PT PHE WMO, Kawasan Lepas Pantai Barat Madura, Jawa Timur. Antara Foto/Wahyu Putro A

SINGAPURA - Minyak berjangka pulih dari posisi terendah 7 minggu pada Rabu (31/7), karena meningkatnya ketegangan geopolitik setelah Israel membalas serangan Hizbullah. Namun, harga masih berada di bawah tekanan dari kekhawatiran mengenai permintaan di China.

Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik 39 sen, atau 0,5%, menjadi US$79,02 per barel pada 0020 GMT pada hari Rabu, sedangkan kontrak Oktober yang lebih aktif berada di US$78,54, naik 47 sen.

Sedangkan, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 52 sen, atau 0,7%, menjadi US$75,25 per barel. Baik Brent dan WTI turun sekitar 1,4% pada hari Selasa, ditutup pada level terendah dalam tujuh minggu terakhir.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Turun Tipis Usai Pernyataan Israel

Ketegangan di Timur Tengah memanas ketika pemerintah Israel mengklaim telah membunuh komandan paling senior Hizbullah dalam serangan udara di Beirut pada hari Selasa (30/7), sebagai pembalasan terhadap serangan roket lintas batas pada hari Sabtu (27/7) terhadap Israel.

Serangan terbaru ini terjadi meskipun ada upaya diplomatik dari para pejabat AS dan PBB untuk mencegah eskalasi besar yang dapat mengobarkan konflik di Timur Tengah secara lebih luas.

Sentimen lain yang mendukung harga minyak, dikutip dari Bloomberg, adalah penurunan Cadangan minyak AS. American Petroleum Institute mengatakan persediaan minyak mentah turun 4,5 juta barel pada pekan lalu. Jika dikonfirmasi oleh angka resmi pada Rabu malam, hal ini akan menandai penurunan terpanjang sejak Januari 2022.

Namun, Brent dan WTI berada di jalur membukukan kerugian bulanan terbesar sejak 2023 pada bulan Juli.

Harga minyak telah jatuh di tengah kekhawatiran yang masih ada mengenai prospek permintaan China, optimisme yang sedang berlangsung terhadap gencatan senjata di Gaza dan ekspektasi bahwa pertemuan OPEC+ minggu ini kemungkinan tidak akan menyimpang dari rencananya saat ini untuk mulai mengurangi pemangkasan produksi mulai bulan Oktober, kata analis IG Tony Sycamore dalam sebuah catatan.

Para menteri utama dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, atau OPEC+, sebutan untuk kelompok tersebut, akan mengadakan pertemuan komite pemantauan gabungan tingkat menteri (JMMC) secara online pada hari Kamis pukul 10.00 GMT.

Panel tersebut kemungkinan akan tetap berpegang pada kesepakatan saat ini untuk mengurangi pemangkasan produksi mulai bulan Oktober, meskipun harga minyak mengalami penurunan tajam baru-baru ini, lima sumber dari kelompok produsen mengatakan kepada Reuters.

"Sementara minyak mentah (WTI) masih di bawah rata-rata pergerakan 200 hari di US$78,66, risiko penurunan tetap menuju garis support di area US$74,20/00," kata Sycamore.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Buntut Serangan Roket di Golan

Ia menambahkan bahwa jika harga terus menembus di bawah US$74, maka harga minyak berpeluang bergerak menuju US$70.

Melambatnya permintaan bahan bakar di China, importir minyak mentah terbesar di dunia dan kontributor terbesar terhadap pertumbuhan permintaan global, juga membebani pasar minyak.

China akan merilis data indeks manajer pembelian (PMI) resmi pada hari Rabu yang diperkirakan menunjukkan aktivitas pabrik kemungkinan menyusut untuk bulan ketiga di bulan Juli.

''Data terkini menunjukkan bahwa total impor bahan bakar minyak Tiongkok turun 11% pada paruh pertama tahun 2024…Kami memperkirakan harga minyak mentah akan tetap fluktuatif. Minyak mentah mendapat support di US$74.40-73.90, dan resistance di US$75.70-76.20 pada sesi hari ini,'' kata Rahul Kalantri, VP Commodities, Mehta Equities Ltd, dikutip dari Mint.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar