25 Januari 2025
14:59 WIB
Menteri UMKM: Ada Rp8 Miliar Dana Berputar Di Desa Dari Program MBG
Dengan adanya program Makan Bergizi Gratis ini, akan ada kurang lebih sekitar Rp7–8 miliar dana berputar di desa kita di seluruh Indonesia dari sebelumya hanya Rp1-2 miliar pertahun
Petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) melakukan pengecekan paket makanan bergizi gratis (MBG) di dapur SPPG Lamongan, Jawa Timur, Rabu (22/1/2025). ANTARA FOTO/ Rizal Hanafi
JAKARTA - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menyampaikan bahwa dengan adanya program Makan Bergizi Gratis (MBG), akan ada sekitar Rp7–8 miliar dana yang berputar di masing-masing desa di seluruh Indonesia.
“Dengan adanya program Makan Bergizi Gratis ini, akan ada kurang lebih sekitar Rp7–8 miliar dana berputar di desa kita di seluruh Indonesia,” ucap Maman dalam acara Rapimnas PIRA di Jakarta, Sabtu (25/1).
Biasanya, lanjut Maman, dalam satu tahun, dana yang bergulir di desa hanya berkisar sekitar Rp1–2 miliar, dan sebagian besar dialokasikan untuk infrastruktur desa. Oleh karena itu, dengan adanya perputaran dana akibat program MBG, Maman meyakini hal tersebut akan membangun sebuah ekosistem usaha baru di kalangan masyarakat desa.
“Kami dari Kementerian UMKM tentunya melihat ini sebagai salah satu peluang atau ruang untuk bisa memberdayakan atau mengkaryakan anak-anak, pengusaha, maupun pegiat UMKM yang ada di seluruh Indonesia,” ucap Maman.
Dalam kesempatan tersebut, Maman menegaskan bahwa UMKM perempuan memegang peranan penting dalam mendukung program Makan Bergizi Gratis. Program tersebut, kata dia, tidak hanya melahirkan generasi yang sehat, tetapi juga berpartisipasi dalam menghasilkan produk yang sehat dan bergizi.
Berdasarkan data Kementerian UMKM, Maman mengatakan 49% dari 2,9 juta pengusaha kuliner di Indonesia merupakan perempuan. “Dan kurang lebih ada sekitar 30.900 UMKM yang bergerak di jasa katering berpotensi untuk terlibat dalam makan bergizi gratis ini,” kata Maman.
Maman mengungkapkan, pemerintah sedang menyiapkan kurang lebih 30.000 titik dapur Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) di seluruh indonesia, yang ditargetkan terealisasi pada 2029.
“Tentunya dengan target titik yang cukup masif dan luar biasa besar ini, tidak bisa dikerjakan oleh satu atau dua orang saja. Ini perlu kerja sama, koordinasi, dan kolaborasi seluruh pihak,” kata Maman.
Baca Juga:
Bulog Belum Terima Penugasan Beras Buat Kebutuhan MBG
Bahan Baku
Sebelumya, Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi mengungkapkan pihaknya akan merekomendasikan Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Gakoptindo) dapat memasok bahan baku dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Menkop bakal berkoordinasi dengan lembaga terkait dalam hal ini Badan Gizi Nasional (BGN) agar dapat terjalin kerja sama.
"Gakoptindo berkomitmen untuk menyuplai semua kebutuhan tahu dan tempe dalam program MBG ini. Jadi kita akan mencoba membantu untuk segera ada MoU, nanti kita ajak Gakoptindo ketemu dengan (Kepala Badan Gizi Nasional/BGN) Dadan Hindayana," ujar Menkop saat melakukan kunjungan kerja ke Rumah Tempe Indonesia dan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) di Bogor, Jabar, beberapa waktu lalu.
Budi Arie mengatakan, tahu dan tempe bisa menjadi bahan kudapan dalam program MBG yang diolah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Sehingga Gakoptindo akan diusahakan agar dapat masuk dalam rantai pasok MBG.
Sementara dari gizi, tempe dan tahu yang merupakan superfood ini dikenal memiliki kandungan gizi yang lengkap sehingga baik bagi pertumbuhan anak-anak. Menkop pun mengapresiasi upaya dari Rumah Tempe Indonesia dan Gakoptindo yang sudah melakukan diversifikasi produk tempe menjadi beberapa produk unggulan lain, seperti keripik tempe, cookies tempe, dan nugget.
Hal ini menandakan bahwa komoditas tempe dan tahu tidak hanya bisa diandalkan untuk pemenuhan gizi pada program MBG, namun juga memiliki potensi ekonomi untuk dipasarkan hingga ke manca negara. "Perputaran bisnis di Indonesia bisa sampai Rp75 triliun dan bisa menghidupkan hingga 600 ribu perajin, ini adalah potensi ekonomi yang luar biasa untuk terus dikembangkan," katanya.
Sementara itu, Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/ PCO) Ujang Komarudin menegaskan program MBG harus memberikan multiplier effect bagi perekonomian masyarakat termasuk kepada UMKM hingga koperasi-koperasi produsen.
Di tempat yang sama, Sekretaris Jenderal Gakoptindo Hugo Siswaya berharap dukungan dari pemerintah agar pihaknya menjadi pemasok utama pada program MBG khususnya untuk komoditas tempe dan tahu.
"Kami harap tempe dan tahu bisa menjadi pilihan utama pada program MBG karena kandungan gizi di dalamnya yang luar biasa. Kita ingin perajin tempe bisa mendukung dalam program ini yang paling dekat adalah untuk memenuhi kebutuhan dari SPPG," tuturnya.
Sekadar catatan, hingga kini tercatat Kementerian Koperasi telah mengarahkan sebanyak 1.332 unit koperasi di Indonesia agar dapat terlibat dalam program MB