JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Wahyu Suparyono menyatakan, keterlibatan perseroan dalam program
Makan Bergizi Gratis (MBG) sampai saat ini baru sebatas nota kesepahaman atau
Memorandum of Understanding (MoU) dengan Badan Gizi Nasional (BGN).
Dengan demikian, belum ada penugasan secara langsung dan konkret bagi Bulog untuk menyediakan bahan pangan di program tersebut. Meski begitu, Wahyu menegaskan Bulog telah siap apabila sewaktu-waktu mendapat mandat untuk memasok bahan pangan terutama beras dalam program MBG.
"Saya laporkan dengan MBG ini, hari ini kami sebatas baru MoU dulu. Tapi apakah nanti akan mengambil dari kita, itu kita serahkan kembali (ke Badan Gizi Nasional). Di dalam MoU itu, kita sudah ada bunyi pasal yang mengatakan kita telah siap," ungkap Wahyu dalam diskusi di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Rabu (22/1).
Baca Juga: BGN Siap Libatkan Kantin Dan UMKM Dalam Program Makan Bergizi GratisAdapun pernyataan kesiapan Bulog untuk memasok beras dalam program MBG juga telah disampaikan dalam rapat koordinasi terbatas kementerian/lembaga (K/L) bidang pangan pada hari ini, yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan. Namun, sekali lagi, pembahasan mengenai alokasi penyediaan beras untuk MBG belum ada.
"Tapi, alokasi apakah (beras Bulog) akan dibeli oleh pihak sana (BGN) belum sampai," imbuhnya.
Seperti diketahui, BGN telah menetapkan target penerima program makan bergizi gratis sebanyak 82,9 juta orang hingga akhir 2025. Penerima tersebut terdiri dari balita, siswa PAUD hingga SMA/SMK, ibu hamil, dan ibu menyusui dengan total anggaran di 2025 mencapai Rp71 triliun.
Dalam catatan Validnews, Kepala BGN Dadan Hindayana memperkirakan, kebutuhan bahan pangan sehari dalam MBG dengan target penerima 3.000 anak, yakni sekitar
200 kg beras, 350 kg ayam atau 3 ribu butir telur, 350 kg sayur, dan 600 liter susu. Adapun hal ini telah dilaksanakan lewat contoh program MBG di sebuah satuan pelayanan.
Baca Juga: Istana: Menu Susu Pada MBG Bisa Digantikan Sumber Protein LainSementara itu, menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Rachmat Pambudy, program MBG bisa meningkatkan
diversifikasi pangan dalam negeri.
"Kalau soal beras kan ada diversifikasi pangan. Kalau di suatu daerah di sana potensinya agu, ya sebaiknya sumber pokok karbohidratnya sagu. Di Indonesia Timur sumber karbohidrat jagung ya kenapa tidak, toh jagung lebih sehat. Nanti juga ada ubi," ujar Rachmat dikutip dari Antara, Rabu (15/1).
Dia juga mengatakan, pemenuhan karbohidrat nantinya akan menjadi kewenangan kepala dapur.
"Yang pasti ini akan mendiversifikasi pangan. Kemungkinan besar akan mengurangi konsumsi nasi," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional ini.