03 September 2024
20:36 WIB
Menteri ESDM Undang Investor China Tanam Modal di Sektor Energi
Bahlil berharap ada investasi masuk dari China untuk sektor energi, salah satunya untuk menyukseskan program transisi energi di Indonesia.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan sambutan dalam acara serah terima jabatan Menteri ESDM di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19/8/2024). Antara Foto/Aprillio Akbar
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia secara resmi membuka ajang The 7th Indonesia China Energy Forum (ICEF) dalam upaya menjaga stabilitas investasi dari China di tanah air agar tetap berjalan dengan baik.
Pada kesempatan itu, Menteri Bahlil mengajak investor dari Negeri Panda untuk menanamkan modal mereka bagi sektor energi di Indonesia.
“Saya tawarkan kepada teman-teman investor Tiongkok beberapa potensi yang dapat kita kembangkan bersama. Di sinilah pertemuan untuk menemukan formulasi yang tepat dalam rangka pengembangan bisnis bersama,” sebut Bahlil lewat keterangan tertulis, Selasa (3/9).
Baca Juga: CELIOS: Investasi China Belum Cerminkan Komitmen Keberlanjutan
Bahlil mengatakan sektor energi memegang peran vital dalam mendorong peningkatan perekonomian dan kemajuan teknologi, baik bagi Indonesia maupun China.
“Kami berkomitmen memajukan tujuan bersama yang mencakup pengembangan energi berkelanjutan, inovasi teknologi, dan pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.
Selain itu, Bahlil turut menyinggung soal transisi energi sebagi terobosan utama dalam mewujudkan komitmen global guna mencapai dekarbonisasi. Indonesia bahkan menunjukkan sikap serius atas upaya tersebut kepada pemerintah China.
Terkait hal itu, Bahlil menawarkan peluang kolaborasi kepada China. Tawaran tersebut beralaskan potensi sumber daya energi baru dan terbarukan (EBT) yang dimiliki oleh Indonesia, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kayan berkapasitas 13.000 MW dan Mamberamo 24.000 MW.
“Ini sebuah potensi yang kita tawarkan ke Tiongkok untuk bisa berkolaborasi bersama. Ini tidak mungkin kita lakukan sendiri,” jelas Menteri Bahlil.
Aspek lain yang menjadi fokus pemerintah di masa mendatang, sambungnya, ialah keberadaan hilirisasi yang berorientasi green energy dan green industry.
Dijelaskannya, kunci dari implementasi kebijakan tersebut adalah keberadaan listrik. Untuk itu, berdasarkan roadmap transisi energi, pemerintah Indonesia menerapkan strategi menuju karbon netral dari sisi suplai, seperti fokus pada pembangkit listrik tenaga surya, hidro, panas bumi, dan hidrogen.
Baca Juga: Kemenperin Minta Wuling Tingkatkan Produksi di Indonesia
Sementara dari sisi demand, antara lain pemanfaatan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, pemanfaatan biofuel, dan penerapan manajemen energi.
"Di samping itu, langkah lain yang diambil adalah penghentian pembangkit listrik batu bara secara bertahap, dan penggunaan teknologi rendah emisi, yaitu teknologi CCS/CCUS," katanya.
Senada, Administrator of National Energy Administration (NEA) China Zhang Jianhua menjelaskan Pemerintah Tiongkak melihat prospek cerah dari hubungan bilateral dengan Indonesia dalam proses pembangunan (energi) yang memiliki konsep yang sama.
Zhang menyebut transfer teknologi dan sumber daya manusia (SDM) oleh China diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan ketahanan energi domestik.
“Kerja sama di bidang energi adalah kerja sama yang solid untuk menyukseskan kesejahteraan rakyat,” jabar dia.