20 Februari 2023
11:48 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif beberapa waktu lalu telah meresmikan Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP) untuk merealisasikan kerja sama pendanaan transisi energi. Salah satu targetnya, ialah merampungkan roadmap pensiun dini PLTU batu bara dalam enam bulan ke depan.
Dia menegaskan, penghentian operasional PLTU dan menggantinya dengan pembangkit ramah lingkungan tak akan merugikan pemilik pembangkit.
Pasalnya, prinsipnya aset itu akan dibeli untuk dioperasikan dengan waktu yang lebih cepat.
"Kita tidak bisa menutupnya. Misalnya masih tersisa 15 tahun, itu kita pertimbangkan untuk dipercepat menjadi tiga tahun. Nah, tiga tahun itu kompensasinya apa? Kita akan lihat nilainya saat ini dan tiga tahun ke depan berapa nilainya. Harus ada keterbukaan berdasarkan best practice," jabarnya di Jakarta, Senin (20/2).
Baca Juga: Pensiunkan PLTU, Harga Mati Capai NZE
Agar menjamin pensiun dini PLTU batu bara tak merugikan pengusaha pemilik pembangkit, Arifin pun akan mempercepat penyusunan timeline penghapusan PLTU. Nantinya, Sekretariat JETP akan bertugas memilah PLTU yang paling mungkin untuk dipensiunkan.
"Jika sudah dipensiunkan, akan diganti dengan pembangkit energi yang lebih bersih," tegas Arifin Tasrif.
Dia menambahkan, dalam penentuan PLTU yang akan dipensiunkan, pemerintah akan memilih aset yang berada di wilayah produksi listriknya berlebih, tidak efisien, serta pembakaran yang sudah tidak sesuai dengan spesifikasi awal.
Menurut dia, wilayah dengan produksi listrik berlebihan dan unit yang sudah tidak efisien itu menjadi cerminan bahwa konsumsi bahan bakarnya sangat boros. Dengan begitu, PLTU di wilayah tersebut akan dipensiunkan.
"Kalau pembakaran sudah tidak seperti spesifikasi awal, otomatis energi yang dihasilkan juga tidak seoptimal pada awalnya," kata dia.
Lebih lanjut, Menteri Arifin pun menyinggung program-program lain mengenai pembangkit dengan tujuan penurunan emisi, yakni konversi pembangkit tinggi emisi dengan yang rendah emisi. Misalnya saja, mengonversi pembangkit berbahan baku BBM dan gas.
"Kita juga akan lihat pembangkit BBM dan gas, akan kita percepat konversi pembangkitnya ke energi baru dan ini menjadi yang tercepat jika ingin menurunkan emisi serta cost," tandasnya.
Baca Juga: ADB-Indonesia Mulai Bahas Rinci Pensiunkan PLTU Cirebon-1
Asal tahu saja pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, November 2022 lalu, Indonesia berhasil mengantungi komitmen pendanaan sekitar US$20 miliar atau sekitar Rp302 triliun dalam program JETP dari sejumlah negara maju.
Pendanaan yang ditujukan untuk percepatan transisi energi itu berasal dari hibah, pinjaman, hingga bantuan. Pensiun dini PLTU batu bara merupakan bagian penting dari program JETP untuk menurunkan emisi.