c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

22 Oktober 2024

10:53 WIB

Menteri ESDM Pastikan Stok CPO RI Cukup Untuk Biodiesel

Meski stok CPO cukup, Bahlil mengakui ada tantangan dari sisi teknologi untuk meningkatkan biodiesel hingga B50 dan B60.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Khairul Kahfi

<p>Menteri ESDM Pastikan Stok CPO RI Cukup Untuk Biodiesel</p>
<p>Menteri ESDM Pastikan Stok CPO RI Cukup Untuk Biodiesel</p>

Ilustrasi Biodiesel 40% atau B40. Dok ESDM

JAKARTA - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan, stok minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) Indonesia masih sangat mencukupi untuk program B50 dan B60 yang didambakan Presiden Prabowo Subianto. Saat ini, program biodiesel baru berjalan pada level campuran minyak solar dan 35% kelapa sawit (B35), serta B40 yang masih dalam tahap uji coba.

Menurutnya, stok CPO untuk keperluan biodiesel yang lebih besar, yakni B50 dan B60, masih amat mencukupi. Lantaran Indonesia masih getol mengekspor komoditas tersebut ke tingkat global.

"Kita kan banyak dong (stok minyak kelapa sawit), kita kan ekspor. Sekarang kan B40, kita akan dorong ke B50 dan B60," ucapnya di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (21/10).

Asal tahu saja, biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang bisa diaplikasikan pada mesin atau motor diesel dalam bentuk metil ester asam lemak atau fatty acid methyl ester (FAME). Bahan bakar itu terbuat dari lemak hewani atau minyak nabati melalui proses yang dinamakan esterifikasi atau transesterifikasi.

Baca Juga: Airlangga: RI Siap Terapkan Biodiesel B40 Pada 2025

Hingga pertengahan 2024 lalu, setidaknya ada 34 perusahaan produsen biodiesel di dalam negeri dengan total kapasitas terpasang sebesar 19,96 juta KL per tahun. Adapun dalam pencampuran biodiesel 35% atau B35, Indonesia perlu sebanyak 13,2 juta KL.

Untuk memproduksi biodiesel, minyak kelapa sawit (CPO) memegang peran krusial sebagai bahan baku utama. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memproyeksi produksi dan stok CPO nasional mencapai lebih dari 57 juta ton pada 2024 ini.

Dari angka itu, masing-masing dialokasikan untuk ekspor CPO dan produk turunannya sebesar 29,5 juta ton, oleokimia 1,3 juta ton, pangan 11,1 juta ton, biodiesel 12 juta ton, serta stok 3,3 juta ton.

"B35 sampai B40 itu kan kita habiskan kurang lebih sekitar hampir 14 juta kilo liter (KL). Sementara, ekspor kita kan masih banyak. Nah kalau ditanya kapasitasnya CPO kita cukup atau tidak, pasti cukup," lanjut Menteri Bahlil.

Dalam laman resmi BPDPKS, tertulis pemanfaatan biodiesel Indonesia sepanjang 2023 mencapai 54,42 juta KL. Hal tersebut berdampak pada menurunnya impor solar dan penghematan devisa hingga Rp404,32 triliun.

Baca Juga: Pakar Ungkap Tantangan Prabowo Capai Kemandirian Energi

Di lain sisi, produksi biodiesel turut berkontribusi terhadap nilai tambah CPO dalam negeri sebesar Rp79,1 triliun, serta menambah pendapatan negara melalui pajak hingga Rp14,83 triliun.

Namun demikian, Menteri Bahlil tak menampik ada satu hal yang menjadi tantangan dalam pengembangan biodiesel ke depan. Yakni, aspek teknologi yang harus lebih mumpuni supaya bisa naik ke tahap B50 dan B60.

"Ini harus by process untuk kita uji coba agar ketika itu diimplementasikan B50 dan B60, itu betul-betul sudah lewat uji coba yang baik," tegasnya.

Sebelumnya, Prabowo menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi untuk mewujudkan swasembada energi. Menurut dia, swasembada energi harus diwujudkan karena negara lain takkan menjual sumber energi dalam keadaan kritis.

"Jika dalam keadaan kritis dan genting tidak akan ada negara lain yang menjual barang mereka untuk kita beli," ucap Prabowo di Gedung Parlemen, Minggu (20/10).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar