c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

24 Oktober 2025

10:15 WIB

Menperin: Pemanfaatan AI Dongkrak Pendapatan Industri Manufaktur

Selain kenaikan pendapatan, Menperin Agus menilai terdapat sederet manfaat lainnya dari penerapan AI atau kecerdasan buatan pada industri manufaktur. 

Penulis: Ahmad Farhan Faris

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Menperin: Pemanfaatan AI Dongkrak Pendapatan Industri Manufaktur</p>
<p id="isPasted">Menperin: Pemanfaatan AI Dongkrak Pendapatan Industri Manufaktur</p>

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (23/10). ValidNewsID/Ahmad Farhan Faris

JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan manfaat penerapan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan bagi industri manufaktur. Menurut dia, penerapan AI berdampak positif pada kenaikan pendapatan perusahaan, peningkatan daya saing produksi, serta proyeksi logistik dan penggunaan bahan bakar.

“Tidak hanya memacu efisiensi dan akurasi proses produksi, pemanfaatan AI turut membuka peluang baru dalam mewujudkan transformasi menuju industri yang smart dan berkelanjutan,” kata Agus di kawasan Jakarta Pusat pada Kamis (23/10).

Kata dia, hasil benchmarking yang dilakukan beberapa lembaga konsultan global menunjukkan bahwa implementasi artificial intelligence ini memberikan manfaat nyata baik dari sisi peningkatan pendapatan maupun efisiensi operasional.

“Secara lebih rinci bahwa manfaat AI adalah dalam konteks business to consumer atau B2C, AI mampu meningkatkan penjualan sebesar 3-5%. Di sisi lain dalam konteks B2B, AI berpotensi meningkatkan produktivitas sebesar 5-19%,” ujarnya.

Baca Juga: Potensi AI Untuk Industri Fesyen Tanah Air

Manfaat untuk pelayanan, kata Agus, teknologi AI terbukti menurunkan potensi customer loss sebesar 5-10%. Kemudian, AI juga dapat menghemat daya operasional dan belanja modal OPEX dan CAPEX sebesar 15-20%, serta mempercepat time to market sebesar 25-30%.

“Khusus pada sektor industri manufaktur, AI berperan penting dalam melakukan predictive maintenance, optimasi rantai pasok, quality control sekaligus memperkuat otomasi dan sistem robotik di pabrik-pabrik manfaat,” jelas dia.

Manfaat kelima, Agus mengatakan AI dalam rantai pasok berperan penting untuk pengelolaan logistik dan distribusi yaitu dalam memprediksi permintaan, manajemen risiko operasional, serta mengoptimalkan persediaan dan perencanaan kebutuhan bahan baku dari pelaku industri.

“Terakhir manfaatnya tidak kalah penting, AI berkontribusi dalam peningkatan kualitas customer service melalui sistem personalisasi produk dan kostumisasi belanja pada bagian kita,” imbuhnya.

Peta Jalan Making Indonesia 4.0
Agus mengatakan Kementerian Perindustrian telah menyusun peta jalan implementasi Making Indonesia 4.0 menjadi langkah strategis Indonesia dalam mewujudkan aspirasi sebagai salah satu dari 10 ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030. Transformasi digital yang dijalankan Kementerian Perindustrian telah menjadi bukti nyata terhadap peningkatan kinerja dan daya saing industri nasional.

“Pada awal peluncuran inisiatif Making Indonesia 4.0, kami menetapkan lima sektor prioritas yaitu makanan dan minuman, otomotif, tekstil dan produk tekstil, elektronika dan juga kimia,” kata Agus.

Menurut dia, implementasi Making Indonesia 4.0 ini diperkirakan akan memberikan manfaat ekonomi yang besar dan terukur dalam perjalanan Indonesia menuju aspirasi top ten ekonomi dunia pada tahun 2030, yaitu peningkatan kontribusi manufaktur pada tahun 2030 diharapkan bisa di atas 22% sampai 25%, serta penciptaan tenaga kerja lebih dari 10,8 juta, dan kenaikan pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya, kata Agus, Kementerian Perindustrian telah menetapkan 29 perusahaan National Lighthouse Industri 4.0 yang dinilai telah berhasil mengimplementasikan transformasi industri 4.0 pada sektor industri manufaktur dan menjadi percontohan bagi adopsi teknologi transformasi industri di Indonesia.

“Sampai hari ini 29 perusahaan tersebut berasal dari berbagai sektor industri seperti elektronika, otomotif, farmasi, tekstil, kimia, semen, makanan dan minuman, serta industri aneka,” ungkapnya.

Perajin batik Falahy Mohamad menunjukkan 3D modelling yang digunakan untuk membuat rancangan corak batik menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di Studio Batik Metaflora, Setono, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (14/10/2024). AntaraFoto/Harviyan Perdana Putra 

Berdasarkan laporan dari perusahaan National Lighthouse Industri 4.0, kebermanfaatan penerapan AI berdampak positif pada kenaikan pendapatan perusahaan, peningkatan daya saing produksi, serta proyeksi logistik dan penggunaan bahan bakar. Tidak hanya memacu efisiensi dan akurasi proses produksi, pemanfaatan AI turut turut membuka peluang baru dalam mewujudkan transformasi menuju industri yang smart dan berkelanjutan.

“Jadi ada perusahaan yang 2% sampai 600% lebih efisien, kemudian berkurangnya inventory peningkatan pengiriman percepatan proses perubahan dan juga pengurangan waktu tunggu 10-50%. Peningkatan produktivitas perusahaan naik rata-rata 101% seiring dengan adanya efisiensi biaya operasional dan juga kualitas serta kenaikan efektivitas pabrik,” ucapnya.

Paling penting, kata Agus, terdapat peningkatan pendapatan perusahaan dari 4% sampai 400%. Terakhir, lanjut dia, berkurangnya keluhan pelanggan serta mempercepat respon layanan dan keterlibatan konsumen 2-97%.

“Dan dari sisi sustainability, ini telah berhasil menurunkan emisi gas, emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar hampir 200%,” ucapnya.

Agus menambahkan terkait visi Presiden Prabowo Subianto diharapkan penerapan AI industri tidak hanya semakin efisien, tetapi juga memiliki kemampuan dalam mengembangkan ekosistem berbasis teknologi yang akan membuka peluang bagi talenta-talenta muda, pelaku-pelaku industri kecil dan industri menengah.

“Agar industri kecil naik ke menengah, industri menengah bisa naik ke industri besar,” imbuhnya.

Keterampilan AI Indonesia Rendah
Agus menyampaikan data menurut Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), bahwa Indonesia masih menghadapi defisit ketersediaan talenta digital untuk mendukung akselerasi transformasi digital nasional. Hingga Juli 2025, jumlah talenta digital Indonesia baru mencapai sekitar 9,3 juta orang. Sementara proyeksi kebutuhan adalah sebesar 12 juta, sehingga ada defisit hampir 3 juta orang.

“Meskipun secara jumlah talenta digital Indonesia mengalami defisit, namun dari segi atau sisi proporsi-proporsional dengan keterampilan AI, Indonesia sedikit lebih baik di atas atau sedikit lebih baik dibandingkan rata-rata global,” kata Agus.

Berdasarkan data Artificial Intelligence Index Report 2025 yang diterbitkan oleh Stanford Institute for Human-Centered Artificial Intelligence (HAI), proporsi keterampilan AI Indonesia sedikit lebih tinggi dari rata-rata global. Indonesia juga tercatat sebagai negara dengan tingkat penetrasi keterampilan AI tertinggi di kawasan Asia Tenggara dan masuk ke dalam jajaran 10 besar pada tingkat global, dengan peningkatan perubahan kompetensi AI sebesar 191% pada periode 2016 hingga 2024.

Baca Juga: AMSI IDC 2025 Angkat Tema "Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital"

Berdasarkan Global AI Index 2024 yang dirilis oleh Tortoise Media, Indonesia masih memerlukan penguatan pada aspek infrastruktur digital, pengembangan ekosistem AI, dan strategi pemerintah.

Menanggapi hal ini, Agus menekankan pentingnya kolaborasi lintas lembaga untuk memacu pengembangan AI dapat berjalan sistematis dan berkelanjutan. Ke depan, Kementerian Perindustrian berkomitmen terus mengembangkan SDM Industri yang tangguh dan adaptif terhadap inovasi teknologi, sekaligus memperluas penerapan teknologi AI di berbagai sektor industri melalui kebijakan yang berpihak pada pengembangan talenta digital dan sektor industri berbasis teknologi.

“Indonesia memiliki beberapa modal penting yang dapat dijadikan landasan penguatan di masa depan untuk mempercepat upaya kita dalam penguatan ekosistem AI nasional,” pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar