18 Juni 2025
13:27 WIB
Menperin Imbau Industri RI Ancang-Ancang Mitigasi Dampak Perang Iran-Israel
Menperin imbau industri RI segera memitigasi risiko dampak perang Iran-Israel. Mitigasi utamanya soal ketergantungan industri RI pada energi impor sebagai bahan baku maupun komponen input produksi.
Editor: Khairul Kahfi
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengimbau industri domestik untuk segera ambil ancang-ancang memitigasi risiko dampak perang Iran-Israel saat ini. Dok Kemenperin
JAKARTA - Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengimbau industri domestik untuk segera ambil ancang-ancang memitigasi risiko dampak perang Iran-Israel saat ini. Mitigasi ini utamanya soal ketergantungan industri dalam negeri pada energi impor sebagai bahan baku maupun komponen input produksi.
Dampak langsung konflik Iran-Israel paling terlihat di pasar energi, Timur Tengah berperan sebagai penghasil minyak utama yang menyumbang hampir 30% produksi global. Gangguan pada produksi energi Iran yang produksinya mencapai 3,2 juta barel per hari akan memicu gangguan pasokan sekaligus memicu fluktuasi harga energi dipasar internasional.
Harga minyak Brent telah berfluktuasi antara US$73-92 per barel pasca perang Iran-Israel meletus, dengan analis memperingatkan potensi kenaikan 15-20% pada 2025. Volatillitas harga energi dunia ini juga semakin tinggi seiring dengan munculnya ancaman penutupan selat Hormuz yang jadi urat nadi jalur pasokan energi dunia.
“Karena itu, industri dalam negeri diminta lebih efisien dalam penggunaan energi dalam proses produksi.," jelasnya dalam siaran resmi, Jakarta, dikutip Rabu (18/6).
Baca Juga: Dampak Perang Iran-Israel, Pertamina Susun Rute Pelayaran Alternatif
Menurut Menperin, energi bagi industri adalah sesuatu yang vital, tidak hanya sebagai sumber energi produksi, tetapi juga sebagai bahan baku dalam proses produksi.
"Penggunaan energi lebih efisien dari berbagai sumber dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing produk industri. Hal ini juga sekaligus mendukung kedaulatan energi nasional sebagaimana telah dicanangkan oleh Presiden Prabowo,” tegasnya.
Lebih lanjut, Kemenperin mendorong pelaku industri untuk tidak hanya menggunakan energi secara efisien, tetapi juga mendiversifikasi sumber energi yang digunakan dalam produksi.
Upaya ini krusial, mengingat ketergantungan energi fosil impor, terutama dari Timur Tengah, semakin berisiko di tengah konflik geopolitik yang berkepanjangan.
“Industri nasional harus mulai mengandalkan sumber energi domestik, termasuk energi baru dan terbarukan seperti bioenergi, panas bumi, serta memanfaatkan limbah industri sebagai bahan bakar alternatif,” tambah Agus.
Baca Juga: Perang Israel-Iran, Sri Mulyani: Bawa Dampak Pada Perekonomian Dunia Dan RI
Bahkan, Kemenperin terus mendorong agar sektor manufaktur dapat menghasilkan produk-produk yang mendukung program ketahanan energi nasional, seperti mesin pembangkit, infrastruktur energi, dan komponen pendukung energi terbarukan.
Selain itu, sambungnya, mitigasi juga dibutuhkan untuk mengantisipasi gangguan pada rantai pasok global terutama pada rantai pasok bahan baku industri karena jalur logistik bahan baku dan produk ekspor industri melewati timur tengah yang sedang dilanda konflik terbuka saat ini.
Tantangan Industri Pangan
Di sektor pangan, Agus juga menyoroti urgensi hilirisasi produk agro sebagai respons strategis terhadap dampak tidak langsung perang Iran-Israel terhadap ekonomi global.
Tidak hanya itu, Menperin juga mengingatkan industri manufaktur juga memitigasi dampak perang Iran-Israel terhadap gejolak nilai tukar mata uang yang berakibat terhadap inflasi harga input produksi dan penurunan daya saing ekspor produk industri.
Konflik tersebut telah menyebabkan lonjakan biaya logistik internasional, mendorong inflasi global, dan memicu gejolak nilai tukar dolar AS terhadap mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Ketiga faktor ini, logistik, inflasi, dan nilai tukar, secara langsung meningkatkan harga bahan baku dan produk pangan impor. Maka, jawabannya adalah hilirisasi produk pangan dalam negeri," ucapnya.
Baca Juga: Ingatkan Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Pemerintah Harus Perkuat Fondasi Internal
Meski begitu, Agus menegaskan, industri manufaktur nasional tidak hanya akan difokuskan pada hilirisasi sektor agro untuk menghasilkan produk pangan, tetapi juga diarahkan untuk berperan aktif berinovasi menemukan teknologi produksi pangan lebih efisien sehingga menciptakan nilai tambah lebih tinggi didalam negeri.
"Industri kita harus mengambil peran dalam memproses hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan kehutanan domestik agar tidak terus bergantung pada bahan baku pangan impor,” jelas Menperin.
Hilirasi produk agro guna mencapai ketahanan dan kedaulatan pangan juga menjadi program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan industri manufaktur harus berkontribusi untuk mencapai tujuan tersebut.
Baca Juga: Pengamat Maritim: Konflik Iran-Israel Ancam Bisnis Pelayaran Dan Kepelabuhanan RI
Menperin juga mengimbau industri dalam negeri untuk memanfaatkan fasilitas LCS (Local Currency Settlement) menghadapi inflasi input produksi.
"Industri dapat memanfaatkan fasilitas BI tersebut, guna mengantisipasi dampak perang Iran-Israel terhadap gejolak nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama pada negara-negara yang telah menandatatangi LCS dengan Indonesia," urainya.