08 Juni 2024
10:29 WIB
Menperin Dorong Hubungan RI-Turki di Bidang EV Hingga Industri Halal
Menperin meminta dorongan kerja sama untuk beberapa sektor industri prioritas, seperti industri kendaraan listrik atau EV, pertahanan, dan industri halal.
Penulis: Aurora K M Simanjuntak
Editor: Fin Harini
Pertemuan bilateral Menteri Perindustrian (Menperin) RI Agus Gumiwang Kartasasmita bertemu Menteri Perindustrian dan Teknologi Turki, Mehmet Fatih beberapa waktu lalu. Kemenperin Dok.
JAKARTA - Dalam rangka memperkuat hubungan industri dan kerja sama RI-Turki, Menteri Perindustrian (Menperin) RI Agus Gumiwang Kartasasmita bertemu Menteri Perindustrian dan Teknologi Turki, Mehmet Fatih.
Agus menyampaikan ada beberapa sektor prioritas yang potensial untuk dikembangkan bersama. Di antaranya, industri pertahanan, industri baterai untuk kendaraan listrik, industri halal, serta kerja sama antar kawasan industri.
"Indonesia dan Turki perlu mengidentifikasi sektor-sektor prioritas yang dapat memiliki nilai tambah dan bermanfaat bagi kedua negara," ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (7/6).
Agus menjelaskan terkait kerja sama industri pertahanan, Turki bersedia memberikan bantuan dalam pengembangan industri pertahanan Indonesia.
Baca Juga: KKP Akan Adopsi Teknologi Budidaya Tuna dari Turki
Ia juga menyoroti potensi kerja sama industri halal lantaran sama-sama negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Ia meyakinkan Menperin Turki akan memberikan dukungan investasi di bidang industri halal.
"Turki memiliki kapabilitas industri makanan dan minuman yang cukup baik, dan dapat menjadi production hub bagi produk-produk halal ke seluruh dunia. Indonesia akan mendukung Turki untuk meningkatkan investasi di bidang industri halal," ungkap Agus.
Menperin menambahkan beberapa kerja sama di bidang halal akan ditindaklanjuti oleh Indonesia dan Turki. Di antaranya kerja sama standardisasi halal antara Badan Standarisasi Nasional dengan Turkish Standard Institute.
“Tujuannya, untuk menyelaraskan standarisasi dan saling pengakuan produk halal kedua negara masing-masing, untuk dapat meningkatkan akses pasar," terang Menperin.
Kendaraan Listrik
Kemudian, untuk kerja sama industri baterai berbahan baku nikel untuk kendaraan listrik (EV), Menperin mengundang produsen EV Turki untuk bermitra dan berinvestasi di Indonesia. Caranya, dengan menawarkan berbagai insentif yang dapat diberikan pemerintah untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik di dalam negeri.
"Saat ini, Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, memiliki PT Industri Baterai Indonesia/Indonesia Battery Corporation yang mendukung investasi di sektor EV," kata Agus kepada Menperin Turki.
Selain itu, Kemenperin akan berkoordinasi dengan BUMN Mind ID untuk menindaklanjuti pembahasan mengenai kerangka investasi bersama di bidang baterai EV dan industri otomotif.
Di bidang industri aviasi, sambungnya, kerja sama akan diarahkan untuk tujuan-tujuan seperti pengangkutan barang dan logistik.
"Mengingat Indonesia dan Turki memiliki keunggulan industri aviasi masing-masing, kami yakin industri kedua negara akan saling melengkapi dan meningkatkan kapasitas," tutur Agus.
Selanjutnya, terkait kerja sama antar kawasan industri, Agus mengatakan sudah ada Memorandum of Understanding (MoU) RI-Turki, yakni antara Ortadoğu Sanayi ve Ticaret Merkezi (OSTİM) dan Kawasan Industri Batang dan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Tanjung Pinang.
Baca Juga: Airlangga Target 200.000 Mobil Listrik Terjual Di Indonesia Tiap Tahun
MoU itu mencakup kerja sama untuk implementasi model pengembangan Kawasan OSTİM di dua wilayah tersebut. Menurut Agus, penandatanganan MoU itu menjadi gerbang untuk lebih banyak lagi Kawasan Turki yang bekerja sama dengan Kawasan Industri di Indonesia.
Di hadapan Menperin Turki, Agus menyoroti perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Turki saat ini masih rendah. Oleh karena itu, menurutnya, kedua negara berpotensi besar meningkatkan kerja sama agar saling menguntungkan.
"Indonesia dan Turki memiliki sektor industri manufaktur yang berkembang pesat dan menawarkan banyak potensi untuk kerja sama. Kami harap melalui kolaborasi ini, industri manufaktur di kedua negara dapat tumbuh lebih kuat," tutupnya.
Sebagai informasi, data Kementerian Perdagangan menunjukkan tren pertumbuhan perdagangan kedua negara 14,84% di periode 2019-2023. Pada 2019, nilai perdagangan kedua negara US$1,49 miliar. Lalu tumbuh menjadi US$2,13 miliar.
Namun, pada Januari-April 2024, perdagangan kedua negara terkontraksi 15%, dari US$806,6 juta pada Januari-April 2024 menjadi US$685,6 juta.
Di 2023, ekspor Indonesia mencapai US$1,53 miliar dan impor US$598,2 juta. Dengan demikian, pada 2023, Indonesia mengantongi surplus US$940,1 juta.
Di tahun ini, Indonesia membukukan ekspo rke Turki US$564,4 juta dan impor US$121,1 juta. Dengan demikian, Indonesia mendapatkan surplus US$443,3 juta.