05 Agustus 2025
20:48 WIB
Menko Airlangga: Isu Rohana dan Rojali Sengaja Ditiup-tiup
Menko Perekonomian Airlangga menilai terdapat berbedaan antara fakta dan isu rohana dan rojali.
Penulis: Al Farizi Ahmad
Editor: Fin Harini
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Shutterstock/Toto Santiko Budi
JAKARTA - Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto menyoroti isu rombongan hanya tanya-tanya (Rohana) dan rombongan jarang beli (Rojali) yang sengaja dihembuskan. Padahal, kata dia, saat ini masyarakat beralih belanjanya melalui retail online.
Airlangga mengatakan terdapat pergeseran belanja masyarakat, dari ritel offline dan lari ke belanja online. Menurut dia, transaksi retail online angkanya cukup tinggi berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2025.
"Kita lihat transaksi retail online, ini baru dirilis oleh BPS, tahun kemarin tidak di-track, tapi tahun ini sudah mulai di-track. Retail dan marketplace tumbuhnya kuartal ke-2 adalah 7,55%," kata Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian pada Selasa (5/8).
Kata dia, shifting ke online tecermin dari pertumbuhan tinggi pada penjualan personal care dan kosmetik di marketplace, mendekati 17%. Selain itu, produk rumah tangga dan kantor yang mencapai Rp72,8 triliun dengan pertumbuhan sebesar 29,83%.
Baca Juga: Menkeu Sri: Masih Ada APBN Rp2.121 T Yang Dibelanjakan 6 Bulan Ke Depan
"Transaksinya juga meningkat pesat, di mana tahun 2018 transaksinya itu ada 280 juta, di tahun lalu sudah 3,24 miliar," ujarnya.
Sementara, lanjut Airlangga, jika melihat kinerja keuangan tiga emiten di sektor retail yakni PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), terdapat pertumbuhan baik dari sisi pendapatan maupun laba pada semester I/2025.
Masing-masing emiten tersebut membukukan pertumbuhan kinerja pendapatan sebesar 7,76%, 8,72% dan 11,5%. Emiten tersebut juga membukukan pertumbuhan laba bersih dibandingkan semester I/2024 yakni AMRT sebesar 4,99%, MAPI 6,85% dan MAPA 12,87%.
"Ini menunjukkan bahwa terkait dengan isu Rohana dan Rojali ini, ini isu yang ditiup-tiup. Jadi faktanya berbeda dan tentu ini yang harus kita lihat," tegasnya.
Di Luar Prediksi
Sementara itu, Analis Kebijakan Ekonomi Apindo, Ajib Hamdani mengatakan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dirilis BPS sebesar 5,12% pada kuartal II/2025 merupakan angka yang di luar prediksi.
Prediksi sebelumnya, kata dia, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun 2025 hanya di kisaran 4,69%-4,81%. Secara siklus tahunan, kuartal kedua biasanya lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi kuartal pertama yang ditopang oleh belanja masyarakat dalam periode lebaran.
Sebagai perbandingan, kuartal pertama tahun 2024 sebesar 5,11%, kemudian diikuti oleh pertumbuhan ekonomi kuartal kedua sebesar 5,05%.
"Dengan data pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun 2025 sebesar 4,87%, para ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi cenderung lebih rendah lagi di kuartal kedua," ungkapnya.
Selain itu, kata dia, hal ini juga didukung oleh Purchasing Managers' Index (PMI) sektor manufaktur yang mengalami konstraksi sepanjang kuartal. Bulan April 2025 PMI Manufaktur tercatat sebesar 46,7. Konstraksi paling dalam sejak 4 tahun terakhir.
Baca Juga: Kuartal II/2025, Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh 4,97%
Bulan Mei 2025 mengalami peningkatan indeks menjadi 47,4. Dan, bulan Juni 2025 kembali mengalami penurunan, menjadi sebesar 46,9.
"Data konstraksi PMI Manufaktur ini juga relevan dengan potret di lapangan, terjadi fenomena rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya-nanya (rohana). Padahal, daya beli dan konsumsi ini yang menjadi penopang signifikan pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.
Sekadar informasi, 'Rojali' sendiri adalah singkatan dari 'rombongan jarang beli'. Istilah ini merujuk pada sekelompok orang yang datang ke pusat perbelanjaan, tetapi hanya berjalan-jalan, melihat-lihat, berfoto, atau menikmati fasilitas yang ada tanpa melakukan transaksi pembelian.
Sementara 'Rohana' atau singkatan dari ‘rombongan hanya nanya-nanya’, merujuk pada sekelompok orang yang hanya bertanya tentang produk di pusat perbelanjaan. Sama halnya seperti 'Rojali', 'Rohana' juga tidak melakukan transaksi pembelian dan hanya nongkrong saja di pusat perbelanjaan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Fenomena ini marak ditemui karena di tengah tekanan ekonomi dan kebutuhan akan hiburan yang murah, pusat perbelanjaan jadi pilihan ideal untuk menghabiskan waktu tanpa harus mengeluarkan uang.