07 Desember 2023
08:36 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
BALI - Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, perekonomian global berkembang menjadi lanskap yang sangat kompleks. Ketegangan geopolitik dalam lima tahun terakhir mendorong negara-negara menjadi lebih inward looking.
Tidak heran, saat ini dunia berada di era semakin meningkatnya fragmentasi ekonomi, perubahan cara pandang dalam memandang proses hubungan internasional dan perdagangan. Bahkan dalam kondisi lebih ekstrem, kebangkitan nasionalisme dapat melihat negara lain sebagai musuh, alih-alih sebagai teman.
“Perang dagang dalam bentuk hambatan perdagangan dan investasi yang sedang terjadi secara global, menciptakan gangguan rantai pasokan dan mengikis prinsip perdagangan bebas yang kita semua sebagai ekonom yakini bahwa perdagangan bebas seharusnya saling menguntungkan,” jelasnya dalam Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) ke-12, Jakarta, Rabu (6/12).
Lebih lanjut, pada saat yang sama, dunia juga dihadapkan pada tantangan techno nationalism, menurunnya kepercayaan (trust) dalam hubungan antar negara, serta friksi antara kepentingan nasional melawan kepentingan global.
Baca Juga: RI Dibayangi 5 Gejolak Global, Bos OJK: Sudah Ada Mitigasi Risiko
Pada gilirannya, segregasi semakin masif berdasarkan geografi, kedaulatan, etnis, ras, dan agama. Sekarang segregasi juga terjadi akibat kecerdasan buatan, karena semua orang dipisahkan oleh kategorisasi yang dilakukan oleh AI.
“Kita perlu melihat kembali teori dan textbook yang kita pelajari, dan mencocokkannya dengan situasi sekarang. Sehingga kita bisa memahami dan mempunyai sudut pandang yang lebih luas terhadap perubahan zaman,” tambahnya.
Menkeu Sri pun bersyukur, Indonesia berada pada posisi yang sangat baik dalam posisi geopolitik hari ini. Hal ini terjadi karena prinsip politik internasional Indonesia yang bebas aktif, peranan kunci sumber daya alam dalam tren geopolitik dan geostrategis.
Di sisi lain, Indonesia juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil dan resiliens yang terbukti tangguh dalam menghadapi krisis. Buktinya, perekonomian nasional terus tumbuh sekitar 5% dalam delapan kuartal terakhir.
“Kami juga terus fokus pada hal-hal yang paling penting dalam membangun landasan yang tepat dan kuat bagi Indonesia, untuk melanjutkan perjalanan menjadi negara berpenghasilan lebih tinggi,” terang Menkeu.
Menurutnya, kebijakan fiskal terbukti efektif memainkan peran penting sebagai peredam guncangan (shock absorber), menjaga stabilitas nasional, sekaligus mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang solid.
Peran Indonesia di Dunia
Pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk melaksanakan reformasi struktural untuk meningkatkan daya saing di tingkat dunia melalui pembangunan infrastruktur, perbaikan kualitas sumber daya manusia, dan penguatan institusi.
Dalam forum kerja sama ekonomi internasional, Indonesia secara proaktif berkontribusi dalam penetapan agenda global dan penyelesaian masalah global. Hal ini dibuktikan selama Presidensi G20 2022 dan ASEAN Chairmanship 2023.
Kepemimpinan Indonesia dalam kedua agenda tersebut memainkan peran penting dalam 12 dari 14 driving key outcomes. Seperti terbentuknya Dana Pandemi, Mekanisme Transisi Energi, Taksonomi ASEAN untuk Keuangan Berkelanjutan, dan Kerangka Transaksi Mata Uang Lokal ASEAN.
“Banyak hal yang sudah kita lakukan, namun saya berharap kita bisa terus mengkritisi diri sendiri, mencermati pencapaian kita sendiri, dan kekurangan pencapaian agar kita bisa terus berkembang dan membuat kemajuan,” jelas Menkeu.
Baca Juga: Di Hadapan Menteri APEC, Sri Mulyani: Ekonomi Dunia Makin Kompleks
Sri kembali menyampaikan, kelanjutan perjalanan Indonesia untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi (high income country) bukanlah perkara mulus dan mudah. Apalagi tidak ada yang bisa menggaransi hal tersebut bisa tercapai.
“Tidak ada seorang pun yang menjanjikan bahwa menjadi negara berpenghasilan tinggi itu akan mudah, namun ini adalah sesuatu yang harus terus kita dukung dengan kebijakan dan institusi yang baik,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala BKF Kemenkeu Febrio Kacaribu menguraikan, Indonesia telah melaksanakan peran besar untuk menciptakan diskusi antar beberapa grup yang berbeda.
Bukan hanya dalam konteks domestik, tapi juga dalam konteks internasional untuk bersatu dalam keberagaman sehingga dapat melihat peran dialog menjadi sangat penting.
“Indonesia akan terus berperan lebih dalam agenda internasional. Manfaatnya bukan hanya untuk kepentingan dunia, tapi juga untuk kepentingan masyarakat Indonesia untuk mencapai Indonesia Maju 2045,” ujar Febrio dalam sambutan AIFED 2023.
Pada tahun ini, AIFED mengambil tema ‘Fragmented World: Recalibrating Development Strategies’ yang menggali isu-isu seputar geopolitik, perubahan iklim, perkembangan teknologi, dan pengaruhnya pada geoekonomi dunia.
AIFED diselenggarakan pada 6-7 Desember 2023 di Nusa Dua, Bali. AIFED mengundang ahli internasional dan nasional, yang juga didukung dan dihadiri oleh para petinggi lembaga-lembaga development partners Indonesia, seperti ADB, DFAT Australia, dan GIZ Jerman.