c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

14 November 2023

09:18 WIB

Di Hadapan Menteri APEC, Sri Mulyani: Ekonomi Dunia Makin Kompleks

Saat ini perekonomian global menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Hal ini disampaikan Sri Mulyani sebagai wakil Indonesia pada rangkaian Finance Ministers Meeting saat menghadiri APEC.

Penulis: Khairul Kahfi

Di Hadapan Menteri APEC, Sri Mulyani: Ekonomi Dunia Makin Kompleks
Di Hadapan Menteri APEC, Sri Mulyani: Ekonomi Dunia Makin Kompleks
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK IV 2023 di Jakarta, Jumat (3/11/2023). Antara Foto/Bayu Pratama S

SAN FRANSISCO - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, saat ini perekonomian global menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Hal ini disampaikannya sebagai wakil Indonesia pada rangkaian Finance Ministers Meeting saat menghadiri Asia Pacific Economic Cooperation (APEC).

Dalam kesempatan itu, tercatat sebanyak 21 Menteri Keuangan negara anggota APEC turut hadir pada diskusi tersebut. 

”Tantangan perekonomian global yang semakin kompleks. Salah satunya adalah kondisi ‘higher for longer’ yang semakin merosotkan posisi fiskal beberapa negara,” ujar Sri Mulyani melalui akun resmi @smindrawati, Jakarta, Senin (13/11).

Pada kesempatan yang sama, Bendahara Negara juga menyampaikan keluarnya kebijakan-kebijakan terkait isu perubahan iklim dapat memicu crowding out secara global. Karenanya, hal ini perlu direspons secara global agar dapat dimitigasi bersama dan justru menjadi potensi sumber pertumbuhan baru.

Baca Juga: Sri Mulyani: Perubahan Iklim Ancam Pembangunan Indonesia

Kebutuhan pembiayaan yang masif ini berpotensi memberikan tekanan yang besar pada pasar serta meningkatnya suku bunga. 

“Dan berujung pada meningkatnya tekanan terkait pembiayaan pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia di dalamnya,” terangnya.

Menkeu juga menyampaikan bahwa, kebijakan fiskal yang matang dan bijaksana sangat penting dalam menghadapi segala dinamika global. Selain itu, saat-saat penuh tantangan seperti saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan beragam reformasi struktural.

“Indonesia sendiri selama beberapa tahun ini terus menuntaskan berbagai agenda reformasi,” ucapnya.

Diketahui, pada 2021 Indonesia telah mengesahkan dua undang-undang penting, yaitu mengenai reformasi perpajakan serta hubungan keuangan pusat dan daerah.

Di sisi lain, Sri Mulyani meyakini instrumen APBN juga telah menjadi katalisator dalam beragam upaya mempercepat transformasi perekonomian. Contohnya, dalam menaruh fokus investasi pada infrastruktur dan sumber daya manusia. 

Menurutnya, ini merupakan contoh upaya menyelesaikan beragam isu-isu pembangunan.

”Diskusi pagi ini pun berlangsung hangat di tengah udara San Fransisco yang cukup dingin. Semoga melalui diskusi ini dan beragam rangkaian agenda APEC ke depan, kita semua dapat menemukan solusi bersama dalam menghadapi beragam tantangan dunia!” pungkasnya.

Perekonomian Global 2023 Memburuk
Terpisah, Gubernur BI Perry Warjiyo menilai bahwa dinamika perekonomian global 2023 telah berubah cepat dan memburuk. Terutama dipengaruhi oleh meningkatnya ketegangan geopolitik dan pengetatan moneter di Amerika Serikat yang agresif.

Kondisi itu berdampak pada pertumbuhan ekonomi global 2023 yang melemah atau slower growth ke 2,9% (yoy), dari tahun sebelumnya yang sempat menyentuh 3,5% (yoy). Disertai divergensi pertumbuhan antarnegara yang semakin lebar, khususnya AS yang tinggi dan Tiongkok yang melemah. 

“Ekonomi global 2024 kembali melambat ke 2,8% (yoy), dengan kecenderungan (pertumbuhan) lebih rendah,” sebut Perry, Senin (13/11).

Lebih lanjut, inflasi global masih tinggi pada 2023 karena harga energi dan pangan akibat ketegangan geopolitik, serta tingginya inflasi jasa dan keketatan tenaga keria di negara maju. Inflasi diperkirakan menurun pada 2024 sebagai dampak tunda kebijakan moneter ketat di tahun sebelumnya.

Baca Juga: Sri Mulyani: Ekonomi 2024 Masih Belum Aman dari Risiko Global

Adapun, tingginya suku bunga negara maju, termasuk Federal Funds Rate (FFR), akan berlangsung lebih lama (higher for longer). Suku bunga US-Treasury juga meningkat tinggi karena membengkaknya utang pemerintah AS (term premia)

“(Hal ini juga berdampak pada) dolar AS yang sangat kuat atau strong dollar,” jelasnya.

Dirinya menyadari, semua kondisi ini membuat modal dari negara Emerging Market (EM) mulai berlari ke aset likuid negara maju, khususnya AS atau cash is the king. 

“Pada 2024, ketidakpastian pasar keuangan diprakirakan perlahan mereda seiring dengan berlanjutnya disinflasi dan penurunan tingkat suku bunga kebijakan moneter,” tekannya. 



KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar