19 Mei 2025
09:06 WIB
Masih Minim, OJK Catat Kredit Tekstil Rp160,41 Triliun Per Maret 2025
OJK menyampaikan penyaluran pembiayaan bank kepada industri tekstil mencapai Rp160,41 triliun hingga akhir Maret 2025. Penyaluran kredit ini hanya sekitar 2,03% dari total kredit perbankan nasional.
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan, penyaluran pembiayaan perbankan kepada para pelaku industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) mencapai Rp160,41 triliun hingga akhir Maret 2025.
Dia menyampaikan, angka penyaluran kredit tersebut hanya sekitar 2,03% dari total kredit perbankan nasional. Regulator menilai, perlu sinergi yang lebih kuat antara pelaku perbankan dan industri TPT untuk mendukung pertumbuhan industri tersebut.
“Sinergi antara industri perbankan dengan pelaku industri TPT perlu diperkuat, agar penyaluran pembiayaan dapat lebih tepat sasaran dan mendukung pertumbuhan sektor riil secara berkelanjutan,” kata Dian mengutip Antara, Jakarta, Minggu (18/5).
Baca Juga: Meski Menjanjikan, OJK Imbau Perbankan Hati-hati Salurkan Kredit Industri TPT
Dia menyampaikan, sektor jasa keuangan, khususnya perbankan, berperan penting sebagai pendukung atau enabler dalam memperkuat pembiayaan dan struktur bisnis industri TPT.
Meski demikian, dia mengingatkan bahwa perluasan akses pembiayaan juga harus dibarengi dengan penguatan manajemen risiko dan prinsip kehati-hatian.
Dian menuturkan, industri TPT nasional masih berpotensi besar untuk dikembangkan, baik dari sisi pasar domestik maupun ekspor. Hanya saja, dia menekankan, industri TPT masih mengalami banyak tantangan struktural, seperti tingginya biaya logistik dan ketergantungan terhadap pasar ekspor tertentu.
Untuk itu, berbagai tantangan eksisting tersebut perlu segera diatasi secara komprehensif melalui pendekatan Indonesia Incorporated, yaitu kolaborasi nyata antara pelaku industri, perbankan, BUMN, dan pemerintah.
Dia menyampaikan, seluruh stakeholders diharapkan dapat mencari solusi untuk menekan tingginya biaya logistik ekspor produk TPT di Indonesia agar bisa kompetitif dengan negara eksportir lainnya.
Selain itu, diperlukan pula diversifikasi pasar ekspor produk tekstil Indonesia di luar negara-negara importir utama, seperti Amerika Serikat, Turki, China, Malaysia, dan Jepang.
“Hal ini dalam rangka menghadapi tantangan terhadap perdagangan global yang muncul dari deglobalisasi yang menghilangkan aspek fairness dari global trade,” ujar Dian.
Kontribusi Industri TPT RI 2024
Kemenperin mencatat, industri TPT merupakan kontributor kelima terbesar dalam andilnya terhadap capaian nilai ekspor industri manufaktur nasional.
Baca Juga: Investasi Dan Reaktivasi Industri, APSyFI Minta Pemerintah Bendung Impor
Sepanjang 2024, nilai ekspor TPT mencapai US$11,96 miliar atau menyumbang sekitar 6,08% dari total ekspor industri manufaktur nasional. Ekspor sektor ini tumbuh sebesar 2,67%, sementara impor turun 6,20%, menghasilkan kenaikan neraca perdagangan hingga 20,99%.
Per Agustus 2024, industri TPT diketahui telah menyerap 3,97 juta tenaga kerja atau 19,9% dari total tenaga kerja industri manufaktur. Selain itu, sektor ini mencatatkan pertumbuhan PDB sepanjang 2024 sebesar 4,26% (cumulative-to-cumulative/ctc) dibandingkan tahun sebelumnya.
Capaian itu makin diperkuat dengan data investasi yang mencatatkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp24,44 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$2,59 miliar pada periode 2019-kuartal III/2024 yang mencakup 18.493 proyek.
Meskipun investasi mayoritas mengalir ke industri tekstil, sektor pakaian jadi terbukti menyerap lebih banyak tenaga kerja.