c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

02 Oktober 2023

12:24 WIB

Mamin-Tembakau Kerek Inflasi September 0,19%

BPS mencatat penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari komoditas beras dengan andil inflasi sebesar 0,18%.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

Mamin-Tembakau Kerek Inflasi September 0,19%
Mamin-Tembakau Kerek Inflasi September 0,19%
Pembeli memilih beras di Pasar Induk Beras, Cipinang, Jakarta, Kamis (27/7/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan, Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,19% (month to month/mtm) pada September 2023. Terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 115,22 poin pada Agustus 2023 menjadi 115,44 poin pada September 2023.

Per September, Indonesia masih mengalami inflasi sebesar 2,28% (year-on-year/yoy). Sementara itu, inflasi Nusantara sepanjang tahun berjalan mencapai 1,63% (year-to-date/ytd).

“Tingkat inflasi bulanan September 2023 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya, namun lebih rendah dibandingkan bulan yang sama di tahun lalu,” sebutnya dalam laporan Perkembangan IHK September 2023, Jakarta, Senin (2/10). 

Baca Juga: Inflasi Agustus Terjaga dan Sesuai Sasaran

Pantauan BPS, penyumbang inflasi bulanan terbesar selama September 2023 adalah kelompok makanan-minuman dan tembakau sebesar 0,35% (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,09%.

Adapun, penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari komoditas beras dengan andil inflasi sebesar 0,18%. Selanjutnya, komoditas bensin dengan andil inflasi sebesar 0,6% sejalan dengan adanya penyesuaian harga BBM non-subsidi pada awal September 2023. 

BPS mencatat, penyesuaian harga BBM nonsubsidi oleh terjadi pada 1 Septemberi 2023, mencakup produk Pertamax yang naik antara Rp800-900/liter; Pertamax turbo naik antara Rp1.300-1.500/liter; Dexlite naik Rp2.300-2.500/liter; serta Pertamina Dex naik Rp2.400-2.900/liter.

“(Lalu), beberapa komoditas dengan andil inflasi sebesar 0,01%, seperti tarif pulsa ponsel, biaya kuliah akademi ataupun perguruan tinggi, rokok kretek filter, dan daging sapi,” jabarnya. 

Di samping itu, Amalia juga menyampaikan, bahwa beberapa komoditas pada kelompok makanan-minuman dan tembakau memberikan andil deflasi. Di antaranya, telur ayam ras, bawang merah, cabai rawit, bawang putih, dan cabai merah.

“Tarif angkutan udara juga memberikan andil deflasi, seiring dengan kondisi low season yang terjadi saat ini (terjadi) di Indonesia,” paparnya.

Inflasi Per Wilayah
Secara umum, dari 90 kota IHK yang dipantau pergerakan IHK bulanannya, sebanyak 73 kota mengalami inflasi yang 46 kota di antaranya mengalami inflasi lebih tinggi dari inflasi nasional. Sementara itu, 17 kota lainnya yang dipantau mengalami deflasi.

Untuk Pulau Sumatra, inflasi merata terjadi di seluruh wilayah dengan inflasi terendah terjadi di Kota Padang sebesar 0,07% (mtm), kemudian inflasi tertingginya terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,41% (mtm).

Hal yang sama juga terjadi di Wilayah Jawa, inflasi merata terjadi di seluruh wilayah dengan inflasi terendah terjadi di Banyuwangi sebesar 0,05% (mtm), kemudian inflasi tertingginya terjadi di Sumenep sebesar 0,72% (mtm).

Baca Juga: Inflasi Beras 13,76%, BPS: Tertinggi Sejak 2015

Kemudian Kepulauan Bali-Nusra, inflasi tertinggi terjadi di Kota Bima sebesar 0,63% (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Waingapu sebesar 0,36% (mtm). Di Kalimantan, inflasi tertinggi terjadi di Kotabaru sebesar 0,34% (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Tanjung Selor sebesar 0,44% (mtm).

Di Sulawesi, inflasi tertinggi terjadi di Kota Kendari sebesar 0,38% (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Kota Kotamobagu sebesar 0,39% (mtm). Terakhir, di kepulauan Maluku-Papua, inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 0,61% (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Manokwari sebesar 1,70% (mtm).

Secara keseluruhan September 2023, inflasi tertinggi nasional terjadi di di Tanjung Pandan sebesar 1,41% (mtm), sedangkan deflasi terdalam di Indonesia terjadi di Manokwari sebesar 1,70% (mtm).

“Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan dengan komoditas penyumbang inflasi antara lain ikan segar dengan andil inflasi sebesar 0,58%; beras (0,40%); angkutan udara (0,11%); kangkung (0,07%); dan kacang panjang (0,07%),” jelasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar