22 Mei 2025
10:06 WIB
Maksimalkan Potensi CCS, Bahlil Janjikan Pemanis Untuk Investor
Kebijakan 'pemanis' bakal pemerintah berikan kepada investor yang lebih cepat masuk untuk menggarap CCS di Indonesia. Insentif tidak akan diterapkan sama antara investasi awal dan akhir-akhir.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Khairul Kahfi
Presiden Prabowo Subianto didampingi Menteri ESDM Bahlil Lahadalia meresmikan pembukaan Konvensi dan Pameran Tahunan ke-49 Indonesian Petroleum Association (IPA Convex) 2025 di Nusantara Hall, ICE BSD, Tangerang, Rabu (21/5). Dok BPMI Setpres
TANGERANG - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjanjikan relaksasi dan insentif kepada setiap perusahaan yang membangun fasilitas penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture and Storage/CCS) di Indonesia.
Hal tersebut dia ungkapkan di hadapan Presiden Prabowo Subianto dan pimpinan dari puluhan perusahaan-perusahaan migas dunia pada acara Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex) 2025.
"Saya tawarkan kepada bapak ibu semua, silakan masuk cepat. Yang lebih cepat, lebih baik, kita kasih sedikit relaksasi sweetener. Tapi kalau barang ini (CCS) sudah booming baru masuk, sweetener-nya tidak akan sebaik sekarang," ucap Bahlil di ICE BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (21/5).
Baca Juga: Anak Buah Luhut Sebut RI Tak Bisa Berjalan Sendiri Untuk Terapkan CCS
Menurut dia, teknologi CCS memegang peran krusial dalam rangka menjaga nyawa industri hulu migas di tengah kampanye transisi energi global. Pasalnya, saat ini seluruh dunia berbicara tentang membangun industri hijau dan energi bersih.
Di lain sisi, Indonesia mendapat potensi penyimpanan CCS yang begitu besar. Sehingga, Bahlil menilai, ada baiknya potensi itu dioptimalkan, terutama oleh pelaku industri hulu minyak dan gas bumi.
"Kita punya harta karun yang namanya CCS. Ini sudah dimanfaatkan oleh bp (British Petroleum) dan ExxonMobil. Aturannya sudah kita buat, PP-nya sudah, Permen-nya pun sudah," tegasnya.
Asal tahu saja, Kementerian ESDM pada 204 mencatat potensi penyimpanan karbon nasional untuk mendukung agenda CCS mencapai 572 miliar ton CO2 pada salin akuifer, serta 4,85 miliar ton CO2 pada depleted oil dan gas reservoir.
Dalam sesi diskusi IPA Convex 2025, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Ditjen Migas Kementerian ESDM Ariana Soemanto meyakini teknologi CCS pada industri hulu minyak dan gas bumi bakal memberi dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Ariana menjelaskan, investasi hulu migas tanpa adanya CCS pada dasarnya sudah sangat besar. Sehingga, investasi akan semakin bertambah untuk teknologi penangkapan karbon itu.
"CCS akan butuh investasi sangat besar. Selama ini, sektor migas mendukung pertumbuhan ekonomi karena menghasilkan multiplier effect yang tidak sedikit," terang Ariana.
Proyek CCS Berjalan
Adapun saat ini, Ariana melanjutkan, sudah ada beberapa proyek CCS yang tengah berjalan, seperti proyek di Lapangan Sukowati garapan PT Pertamina, hingga pengembangan di Sunda Asri antara PT Pertamina bersama ExxonMobil.
Di samping itu, terdapat juga proyek lain, seperti CCS di Blok Masela milik Inpex Masela Ltd, Blok Sakakemang oleh Repsol, serta Blok Tangguh garapan bp. Khusus Blok Tangguh, keputusan investasi final (Final Investment Decision/FID) sudah rampung dengan tambahan investasi US$7 miliar.
"Selain itu, terdapat juga tiga proyek stand alone yang sudah diusulkan ke kami. Kami menunggu arahan Pak Menteri," jelas Ariana.
Baca Juga: Jadi Senjata Kurangi CO2, Ini Cara Kerja CCS
Sebagaimana diketahui, Indonesia sudah memiliki Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon, serta Penangkapan, Pemanfaatan, dan Penyimpanan Karbon pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
Beleid itu jadi payung hukum yang mengatur kegiatan CCS yang meliputi penangkapan, pengangkutan, dan penyimpanan emisi karbon dioksida secara aman dan permanen.
Kepala Pengembangan Bisnis CCUS bp Daniel Fletcher berharap, adanya regulasi tambahan untuk mengatur bisnis CCS, terutama supaya bisa mengimplementasikan penyimpanan karbon antarnegara.
Keberadaan kepastian regulasi, Daniel nilai dapat menumbuhkan ekosistem CCS dengan sendirinya, termasuk soal dukungan dari lembaga finansial.
"Kami berharap CCS bisa mendukung dekarbonisasi jika triger insentif pemerintah dan regulasi bahkan bisa memicu adanya dukungan finansial," tandas Daniel.