23 April 2025
15:03 WIB
LPEM UI: BI Perlu Pertahankan Suku Bunga 5,75% Pada April 2025
Mempertimbangkan berbagai hal, ekonom LPEM UI menilai BI kemungkinan tidak memiliki ruang untuk melakukan kebijakan pemangkasan suku bunga.
Editor: Fin Harini
Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
JAKARTA - Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky menilai Bank Indonesia (BI) sebaiknya mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) 5,75 % pada April 2025.
Ia mengatakan meskipun tingkat inflasi masih terjaga setelah berakhirnya diskon tarif listrik 50% pada Maret 2025, perekonomian Indonesia masih menghadapi tantangan terkait nilai tukar rupiah.
“Mempertimbangkan mandat utama untuk menjaga stabilitas harga dan nilai tukar, BI saat ini dihadapkan pada tekanan besar di sisi nilai tukar,” ujar Teuku Riefky di Jakarta, Rabu (23/4), dilansir dari Antara.
Ia menyampaikan tekanan pada rupiah diprediksi masih akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang, seiring ketidakpastian global yang dipicu tensi perang dagang.
Baca Juga: BI Tetap Buka Peluang Penurunan BI-Rate Lanjutan Di 2025
Riefky menuturkan agresifnya eskalasi tit-for-tat, atau strategi saling membalas, antara Amerika Serikat dan China dalam penentuan tarif impor semakin memperburuk ketidakpastian global.
Ia mengungkapkan akibat perekonomian global yang tidak stabil tersebut, dalam 30 hari terakhir akumulasi arus modal keluar dari Indonesia mencapai US$1,99 miliar atau Rp33,55 triliun dengan kurs Rp16.861 per USD pada Rabu pagi, dan nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga 2,59%.
Riefky juga menyampaikan kekhawatiran terkait tingkat inflasi dalam negeri. Pasalnya, meski data terkini menunjukkan inflasi masih berada di bawah rentang target BI, tekanan deflasi yang terjadi selama beberapa bulan terakhir cenderung bersifat temporer usai berakhirnya program subsidi tarif diskon listrik.
Ia mengatakan inflasi juga diprediksi akan meningkat secara perlahan seiring dengan berakhirnya diskon tarif angkutan udara untuk periode libur Idulfitri.
Peningkatan permintaan agregat dan mobilitas masyarakat menyusul berbagai hari raya keagamaan dan periode cuti bersama di bulan-bulan mendatang turut berpotensi memberikan tekanan inflasi.
Baca Juga: BI Klaim Rupiah Terkendali Didukung Kebijakan Stabilisasi
Mempertimbangkan berbagai hal tersebut, ia menyatakan BI kemungkinan tidak memiliki ruang untuk melakukan kebijakan pemangkasan suku bunga, yang berisiko memberikan tekanan tambahan terhadap rupiah.
“Dengan kondisi ini, BI sebaiknya menahan suku bunga acuannya di 5,75 % pada Rapat Dewan Gubernur di April 2025 dan tetap menjaga fokusnya untuk upaya intervensi dalam menjaga stabilitas nilai tukar,” imbuh Riefky.