25 Juli 2023
13:43 WIB
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky menyatakan Bank Indonesia (BI) harus mempertahankan kebijakan suku bunga pada 5,75% untuk menjaga stabilitas rupiah.
Selagi mempertahankan kebijakan suku bunga, lanjut dia, BI turut mencermati keputusan The Fed pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).
“Keputusan The Fed untuk mempertahankan tingkat suku bunga telah memberikan Indonesia kesempatan untuk mempertahankan selisih imbal hasil antara Obligasi Pemerintah dengan US Treasury Bonds. Hal tersebut memberikan dampak yang positif ditandai dengan adanya aliran dana masuk ke Indonesia serta kinerja rupiah yang kuat dibandingkan dengan mata uang negara berkembang lainnya,” ujar dia dalam Laporan LPEM FEB UI Juli 2023 di Jakarta, Selasa (25/7), dilansir dari Antara.
Di tempat yang berbeda, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan nilai tukar rupiah terlihat dalam pergerakan konsolidasi mengantisipasi keputusan FOMC pekan ini (Kamis 27/7) yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan.
Menurut survei CME FedWatch Tool, probabilitas hampir 100% The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin menjadi 5,25-5,50%.
“Namun, (rupiah) ada potensi bergerak menguat pagi ini terhadap dolar AS,” ujar dia di Jakarta, Selasa (25/7).
Baca Juga: BI: Empat Strategi Bikin Inflasi Indonesia Turun
Semalam, lanjut dia, data Purchasing Managers Index (PMI) sektor jasa AS yang disurvei oleh S&P untuk bulan Juli 2023 dirilis sebesar 52,4, lebih rendah dari ekspektasi sebesar 54,0.
“Sedikit banyak ini bisa memberikan tekanan ke dolar AS karena menurunnya aktivitas sektor jasa bisa memicu The Fed melonggarkan kebijakan pengetatan moneternya,” kata Ariston.
Meninjau sentimen dari dalam negeri, hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada sore ini diperkirakan masih akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 5,75%.
“BI juga mungkin masih optimis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga bisa memberikan sentimen positif ke rupiah,” ucap Ariston
Pada hari ini, dia memprediksi potensi penguatan rupiah ke arah Rp15.000 per dolar AS dengan potensi resisten di Rp15.050 per dolar AS.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi menguat 0,1% atau 15 poin menjadi Rp15.011 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.026 per dolar AS.
Inflasi Terjaga
Selain itu, Teuku menambahkan, pertimbangan lain yang membuat BI diminta mempertahankan kebijakan suku bunga pada 5,75% adalah pengaruh angka inflasi yang turun dan berhasil masuk ke dalam kisaran target BI sebesar 2-4%.
Indikator lain seperti Indikator Kinerja Kunci (IKK) dan Purchasing Managers Index (PMI) juga menunjukkan kondisi perekonomian domestik tetap solid dengan ekspektasi konsumen yang positif, serta kegiatan produksi yang ekspansif.
Sejak Februari 2023, laju inflasi disebut melanjutkan pola penurunan selama empat bulan berturut-turut. Pada Juni 2023, tercatat inflasi sebesar 3,52% year on year (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan inflasi Mei 2023 sebesar 4% (yoy).
Baca Juga: Sudah 5 Bulan, BI Lanjut Pertahankan Suku Bunga Acuan 5,75% Mei 2023
Dengan tingkat yang tercatat saat ini, ucapnya, inflasi domestik telah kembali pada kisaran target BI sebesar 2-4% setelah sempat melampaui batas atas target tersebut selama 12 bulan terakhir.
Pada Juni 2022, Indonesia disebut mencatatkan tingkat inflasi yang tinggi sebesar 4,35% (yoy), dipicu disrupsi rantai pasok komoditas pangan dan energi disebabkan peningkatan ketegangan antara Rusia dengan Ukraina.
“Angka inflasi yang tinggi pada periode yang sama tahun lalu, kemudian berhasil menciptakan high-base effect, yang kemudian mempengaruhi angka inflasi Juni tahun ini,” kata Teuku.
Di sisi lain, penurunan inflasi Juni 2023 turut didukung adanya konsistensi kebijakan moneter yang dibarengi dengan koordinasi solid antara BI dan pemerintah dalam bentuk program pengendalian inflasi seperti Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui Program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan Gelar Pasar Pangan Murah (GPM).
“Secara bulanan, laju inflasi pada Juni 2023 meningkat menjadi 0,14% (month to month/MoM) dari 0,09% (MoM) seiring peningkatan frekuensi kegiatan setelah hari raya Iduladha dan musim liburan sekolah,” ucapnya.