27 April 2024
16:55 WIB
Lombok Jadi Center of Excellence Hilirisasi Kelapa
Lombok center of excellence hilirisasi kelapa karena telah menghasilkan beragam produk hilir kelapa seperti Virgin Coconut Oil (VCO), minyak dan tepung kelapa.
Editor: Fin Harini
Ilustrasi kelapa muda. Shutterstock/Photoongraphy
JAKARTA – Melimpahnya produksi kelapa menjadikan komoditas tersebut berpotensi dikembangkan. Kementerian Perindustrian menilai Lombok, Nusa Tenggara Barat, merupakan salah satu daerah yang bisa menjadi center of excellence hilirisasi kelapa.
Berbagai industri pengolahan di Lombok telah menghasilkan beragam produk hilir kelapa seperti Virgin Coconut Oil (VCO), minyak dan tepung kelapa.
“Potensi kelapa di Indonesia, khususnya di Lombok, berlimpah. Potensi ini harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan penyusunan roadmap hilirisasi kelapa terpadu dan penentuan model bisnis yang tepat untuk mengembangkan ekosistem pengembangan kelapa terpadu. Saat ini, Kemenperin bersama stakeholders terkait sedang menyusun roadmap tersebut,” ujar Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika melalui siaran pers, Sabtu (27/4).
Menurut Putu, kelapa Indonesia memiliki peran dalam pasar global dan masih sangat potensial untuk ditingkatkan nilai ekspornya.
Baca Juga: Perjalanan Lintas Negara Gula Kelapa UKM Hugo Inovasi
Berdasarkan publikasi Outlook Komoditas Kelapa 2022, produksi kelapa Indonesia 2021 sebesar 2,85 juta ton yang berasal dari produksi dari Perkebunan Rakyat (PR) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS).
Produksi kelapa di Indonesia sebagian besar berasal dari Provinsi Riau baik kelapa dalam maupun kelapa hibrida. Selama lima tahun terakhir Provinsi Riau berkontribusi 11,13% terhadap produksi kelapa dalam nasional. Riau juga berkontribusi 73,52% terhadap produksi kelapa hibrida Indonesia.
Selama periode 2018-2022 sentra produksi kelapa dalam di Indonesia tersebar di beberapa provinsi antara lain Riau, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Maluku Utara, Sulawesi Tengah dan Jawa Tengah. Provinsi Riau memberikan kontribusi produksi terbesar untuk kelapa dalam di Indonesia sebesar 11,33%, diikuti oleh Sulawesi Utara (9,11%), Jawa Timur (8,29%), Maluku Utara (7,24%), Sulawesi Tengah (6,62%) dan Jambi (5,90%). Sisanya sebesar 51,71% merupakan kontribusi dari provinsi lainnya. Adapun Nusa Tenggara Barat menghasilkan 48,5 ribu ton pada 2022.
Produksi kelapa di Indonesia tahun 2022 diperkirakan sebesar 2,86 juta ton. Produksi tersebut diperkirakan mengalami peningkatan selama lima tahun ke depan dengan perkiraan produksi 2,87 juta ton pada tahun 2026. Rata-rata peningkatan produksi kelapa selama lima tahun ke depan (2022-2026) diperkirakan sebesar 0,14% per tahun.
Tingginya produksi kelapa Indonesia menempatkan Indonesia diurutan pertama sebagai produsen serta eksportir kelapa dunia.
Sementara sisi ekspor, pada tahun 2023 Indonesia dapat mengekspor kelapa dan turunannya sebesar US$1,5 miliar. Di kancah dunia, pangsa ekspor utama kelapa Indonesia paling banyak ditujukan ke China, Malaysia, Amerika Serikat, India, Korea Selatan dan Thailand.
Untuk itu, lanjutnya, Kementerian Perindustrian mengembangkan komoditas tersebut melalui program hilirisasi. Pemerintah telah menggelontorkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp16,8 miliar ke Kabupaten Lombok Utara untuk mendukung industri pengolahan kelapa sepanjang tahun 2022 hingga 2024.
Perhatikan SDM
Menyoroti peran penting dalam menjaga lahan budidaya kelapa yang lestari, Putu menegaskan pentingnya memperhatikan kebutuhan akan ruang untuk aktivitas lain, agar kebutuhan seperti lahan pangan tidak turut dikorbankan. Dengan demikian, hal itu dapat mendukung dan berdampak pada ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
“Sumber daya manusianya juga perlu diperhatikan agar mampu mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan konsumen. Kami memandang perlu adanya pelatihan SDM yang bisa difasilitasi oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin,” ujarnya.
Baca Juga: Anak Buah Airlangga Dorong Kelapa Reject Jadi Bahan Bakar Pesawat
Selain tantangan di sektor SDM, industri kelapa juga mengalami tantangan di sisi hilirnya. Meski telah mampu menghasilkan minyak kelapa, VCO dan tepung kelapa, namun masih terdapat beberapa produk hilir yang potensial untuk dikembangkan.
Hal ini sebagaimana diutarakan oleh salah satu pengelola Sentra Olahan Kelapa Kabupaten Lombok Utara, Zulhadi. “Masih banyak produk samping kelapa yang sebenarnya bisa dimanfaatkan lebih lanjut. Untuk itu, perlu adanya bisnis model pengembangannya,” ungkapnya.
Selain ke Lombok Utara, Dirjen IA juga mengunjungi IKM Al Iffah di Lombok Timur. Di sana, rombongan memantau pengolahan minyak kelapa dan VCO skala home industry serta kerajinan sabut kelapa.