c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

05 Februari 2025

10:10 WIB

Lebih Rendah, Ekonom Ramal Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV/2024 di 4,91%

Perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga yang diperkirakan tumbuh 4,85% (yoy) pada kuartal IV/2024 dari kuartal sebelumnya 4,91% (yoy)

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Lebih Rendah, Ekonom Ramal Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV/2024 di 4,91%</p>
<p id="isPasted">Lebih Rendah, Ekonom Ramal Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV/2024 di 4,91%</p>

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (23/8/2024). Antara Foto/Fauzan 

JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2024 yang akan diumumkan hari ini, Rabu (5/2), diperkirakan akan berkisar di 4,91% secara tahunan (year on year/yoy) dari kuartal sebelumnya 4,95% (yoy).

"Perlambatan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga yang diperkirakan tumbuh 4,85% (yoy) pada kuartal IV/2024 dari kuartal sebelumnya 4,91% (yoy)," kata Pardede dalam keterangan tertulis, Rabu (5/2).

Dia menjelaskan, terdapat beberapa indikasi dari perlambatan konsumsi rumah tangga pada kuartal terakhir tahun 2024, antara lain perlambatan M2 uang beredar dalam arti luas pada kuartal IV/2024 tercatat 4,35% (yoy) dari kuartal sebelumnya 7,19% (yoy).

Laju penjualan ritel pada kuartal IV/2024 juga cenderung melambat menjadi 1,00% (yoy) dari 4,75% (yoy) pada kuartal sebelumnya.

Selain itu, lanjut dia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pergerakan penumpang transportasi darat, udara, dan kereta api juga masing-masing terkontraksi 0,12% (yoy), 14,57% (yoy), dan 5,23% (yoy) sepanjang kuartal IV/2024 sekalipun di akhir tahun terdapat faktor musiman libur Natal dan Tahun Baru.

Dia melanjutkan, penjualan otomotif baik mobil dan motor pun juga mengalami perlambatan. Penjualan mobil pada kuartal IV/2024 tercatat 3,77% (yoy) dari kuartal sebelumnya 14,82% (yoy).

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi RI 2024 Diramal Lebih Rendah Dari Target, Bagaimana 2025?

Sama halnya, penjualan motor pun juga mengalami perlambatan, di mana pada kuartal IV/2024 tercatat terkontraksi 3,60% (yoy) dari kuartal sebelumnya 11,96% (yoy).

Penanaman Modal Tetap Bruto/PMTB pada kuartal IV/2024 juga diperkirakan melambat menjadi 3,59% (yoy) dari kuartal sebelumnya 5,15% (yoy).

Perlambatan PMTB dipengaruhi oleh perlambatan investasi bangunan terindikasi dari penjualan semen sepanjang kuartal IV yang tercatat terkontraksi 5,17% (yoy) dari kuartal sebelumnya 0,07% (yoy).

Laju pertumbuhan konsumsi pemerintah pada kuartal terakhir tahun 2024 juga mengalami perlambatan, yakni terkontraksi di kisaran 1,30% (yoy) dari kuartal sebelumnya 4,62% (yoy).

"Perlambatan konsumsi pemerintah terindikasi dari perlambatan realisasi penyerapan anggaran belanja pegawai (-0,5% yoy); belanja barang (-22,9% yoy), belanja modal (-9,0% yoy), dan belanja bansos (-19,7% yoy), sementara hanya realisasi belanja pembayaran bunga utang pemerintah yang tercatat meningkat," ujarnya.

Net ekspor pada kuartal IV/2024 juga diperkirakan akan tumbuh meningkat 3,88% yoy dari kuartal sebelumnya yang terkontraksi 1,97% (yoy), terindikasi dari peningkatan ekspor non-migas sepanjang kuartal IV/2024 sebesar 8,5% (yoy).

"Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 diperkirakan berkisar 5,00% (yoy) dari tahun 2023 yang tercatat 5,05% (yoy)," ungkapnya.

Genjot Pertumbuhan Ekonomi
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa ada dua hal yang bisa menjadi pendorong ekonomi nasional, yakni investasi dan ekspor.

"Menurut hemat kami, dari berbagai driver yang paling mungkin untuk pertumbuhan ekonomi nasional, ada dua hal yang mungkin bisa menjadi pendorong ekonomi nasional. Yang pertama adalah investasi, dan yang kedua adalah ekspor," kata Deputi Komisoner Stabilitas Sistem Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Agus E Siregar dalam Economic Outlook 2025 di Jakarta, Selasa (4/2).

OJK berharap investasi bisa menjadi key driver untuk menyukseskan berbagai program pemerintah, salah satunya adalah program 3 juta rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

"Kami sungguh-sungguh berharap bahwa program ini bisa menghasilkan multiplier effect seperti yang diharapkan, dan sekaligus memberikan hunian yang terjangkau bagi masyarakat, sekaligus menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan sektor riil," imbuhnya.

Dalam mendukung hal tersebut, OJK telah mengambil berbagai langkah proaktif yang tentunya nanti pada gilirannya akan membutuhkan kontribusi penuh dari sektor jasa keuangan.

Salah satunya, telah dilakukan relaksasi berbagai kebijakan di sektor perbankan yang mendorong perbankan untuk lebih aktif menyalurkan pembiayaan ke sektor perumahan.

Baca Juga: OJK: 100 Hari Pemerintahan Prabowo Diwarnai Peristiwa Berisiko untuk Investasi

Selain itu, pembiayaan dari lembaga non-bank juga perlu dioptimalisasi, baik dari perusahaan pembiayaan, Sarana Multigriya Finansial (SMF), dan juga BP Tapera.

"Industri asuransi juga diharapkan dapat membentuk konsorsium yang mendukung pembiayaan perumahan secara lebih signifikan," ujarnya.

OJK pun juga akan terus berkoordinasi dengan berbagai stakeholder untuk menyediakan dukungan likuiditas bagi program ini, antara lain melalui produk efek beragun aset yang dapat menjadi salah satu instrumen pembiayaan.

Dari sisi ekspor, OJK melihat keanggotaan Indonesia di forum internasional, baik itu BRICS maupun aksesi ke OECD dapat menjadi driver untuk memperluas pasar ekspor.

"Rencana keanggotaan Indonesia dalam OECD juga perlu ditranslasikan untuk tidak sekadar pencapaian diplomatik, tetapi juga peluang strategis untuk memperluas pasar dan meningkatkan daya saing ekspor nasional," kata Agus.

Sementara itu terkait realisasi industri, menurutnya, harus tetap menjadi prioritas untuk mendiversifikasi basis ekspor dan sekaligus meningkatkan daya saing produk Indonesia.

"Dukungan dari sektor keuangan sangatlah penting untuk merealisasikan visi ini. Dengan modalitas yang dimiliki oleh sektor jasa keuangan saat ini seperti permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, profil risiko yang manageable, serta kinerja sektor jasa keuangan yang tumbuh positif terus, kami meyakini bahwa sektor jasa keuangan domestik dapat menjadi salah satu motor penggerak dalam berbagai program strategis pemerintah," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar