12 November 2025
15:10 WIB
Lebih Rendah Dari APBN, BI Patok Pertumbuhan Ekonomi 5,3% Di 2026
Gubernur BI Perry memproyeksi pertumbuhan ekonomi 2026 sebesar 5,3% lewat sejumlah pertimbangan. Apa saja?
Penulis: Fitriana Monica Sari
Gubernur BI Perry Warjiyo (tengah) bersama Deputi Gubernur Senior (kanan) dan Deputi Gubernur (kiri) menyampaikan keterangan pers terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (15/1/2025). Antara Foto/Dhemas Reviyanto
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 sebesar 5,3% dalam Rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (RATBI) 2026. Dengan demikian, target tersebut lebih rendah dari target pemerintah dalam APBN 2026, yakni sebesar 5,4%.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% pada 2026 sudah mempertimbangkan sejumlah hal. Salah satunya adalah penurunan ekonomi global, termasuk mitra kerja utama Indonesia.
Selain itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi itu juga telah mempertimbangkan langkah-langkah dukungan BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi via penurunan suku bunga lanjutan di 2026.
"Kami sudah mempertimbangkan penurunan ekonomi global termasuk mitra kerja utama, demikian juga mempertimbangkan langkah-langkah dukungan Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan penurunan suku bunga," kata Perry dalam dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Rabu (12/11).
Baca Juga: ATBI September Surplus Rp77,9 T; BI Jadi Salah Satu Pembayar Pajak Terbesar
Bank sentral juga siap untuk melakukan ekspansi likuiditas moneter, insentif likuiditas makroprudensial.
"Maupun kemudian dalam program moneternya adalah seberapa besar kami dapat membeli SBN dari pasar sekunder," imbuhnya.
Perbedaan Target
Terkait perbedaan proyeksi pertumbuhan ekonomi dengan pemerintah, dia mengungkapkan bahwa Bank Indonesia mempunyai dasar penghitungan sendiri.
“Dasar kami menghitung, data dari Badan Pusat Statistik (BPS), termasuk ada banyak (data) survei yang dilakukan sebagai dasar. Nilai tukar juga sangat berpengaruh, nilai tukar rupiah di 2026 rata-rata masih sama dengan 2025 karena pengaruh ketidakpastian global,” ungkap Perry.
Kendati demikian, Bos BI ini tetap melihat masih ada potensi target pertumbuhan ekonomi di 2026 dapat sedikit naik mencapai ke level 5,4%.
Menurutnya, hal itu bisa digapai lewat koordinasi dan kecepatan realisasi stimulus fiskal dari APBN yang makin cepat. Perry menilai, percepatan belanja pemerintah di awal tahun jadi kunci pertumbuhan sebesar 5,4% dapat tercapai.
"Di dalam asumsi makro APBN (pertumbuhan ekonomi) adalah 5,4%, tentu saja... semakin cepat pengeluaran fiskalnya itu bisa dilakukan, pertumbuhan dapat mencapai 5,4%," tegasnya.
Baca Juga: Target Tumbuh 6%, Kemenkeu 'Paksa' Belanja APBN Kuartal I/2026 Kencang
Ia menambahkan, penghitungan dasar 5,3% masih merujuk pola realisasi belanja maupun pengeluaran APBN selama ini.
Asal tahu saja, pola belanja pemerintah biasanya akan menumpuk di awal tahun. Kemudian, baru direalisasikan keseluruhan menuju akhir tahun.
“Ke depan, kami melihat bahwa pengeluaran fiskal bisa lebih cepat dan bisa juga (pertumbuhan ekonomi) mencapai 5,4%, sebagaimana APBN," ujarnya.
Baca Juga: RAPBN 2026 Bidik Pertumbuhan Ekonomi 5,4%, Ekonom: Sangat Sulit
Adapun, target pertumbuhan ekonomi yang dipatok BI sebesar 5,3% di 2026 meningkat dari target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 sebesar 5,1%.
Perry menyampaikan, peningkatan pertumbuhan ekonomi tahun depan sejalan dengan upaya BI untuk terus memperkuat bauran kebijakan melalui kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran bersinergi dengan kebijakan stimulus fiskal dan sektor riil pemerintah.