27 Maret 2025
14:39 WIB
Laba PGAS 2024 Meroket Nyaris 22%
Strategi optimalisasi keuangan berhasil membuat PGN meraup pendapatan naik 3,84% dan membuat laba PGAS naik 21,99%.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Petugas PT PGN Tbk menyalurkan gas bumi menggunakan Gaslink Truck untuk menyuplai Jargas Rumah Tangga di wilayah Semarang, Jawa Tengah, Kamis (16/4/2020). ANTARAFOTO/Aji Styawan
JAKARTA - Subholding Gas PT Pertamina, yakni PT PGN Tbk mencatat peningkatan laba sebesar 21,99% pada tahun 2024 jika dibandingkan periode tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, PT PGN Tbk tercatat mengantongi laba bersih senilai US$339,42 juta atau sekitar Rp5,61 triliun dengan asumsi kurs Rp16.550 per US Dollar.
Angka itu 21,99% lebih besar dibanding capaian laba bersih tahun 2023 yang hanya sebesar US$278,09 juta atau setara dengan Rp4,60 triliun.
Adapun untuk total pendapatan yang diraih emiten berkode saham PGAS itu mencapai US$3,78 miliar pada tahun 2024, lebih besar 3,84% dari capaian tahun sebelumnya di angka US$3,64 miliar.
Baca Juga: PGN Perluas Pemanfaatan Gas Bumi ke BSB City
Sepanjang tahun lalu, PGAS menerapkan sejumlah langkah optimalisasi keuangan dengan mengefisienkan biaya dan pengelolaan kas yang lebih disiplin.
Alhasil, terdapat kenaikan arus kas operasi sebesar 9% yang didorong oleh strategi optimalisasi pendapatan dan inisiatif untuk efisiensi pada tahun 2024. Tak tanggung-tanggung, beban keuangan perusahaan pun mampu ditekan hingga 23%.
"Beban keuangan berhasil ditekan hingga 23% melalui strategi pembiayaan yang lebih efisien, seperti mengoptimalkan dana internal dan pelunasan obligasi. Langkah ini turut berkontribusi pada penurunan liabilitas jangka pendek sebesar US$327,9 juta atau turun 22%," ucap Direktur Utama PGN Arief Setiawan Handoko lewat keterangan tertulis, Kamis (27/3).
Dijelaskan Arief, pendapatan yang diraup PGN selama 2024 itu tak lepas dari pertumbuhan bisnis LNG trading internasional, hingga meningkatnya pendapatan dari transmisi gas dan regasifikasi.
Trading LNG internasional sendiri merupakan bisnis baru PGAS yang tahun ini sudah berjalan dengan volume 60 billion british thermal unit per day (BBTUD) ke pasar Tiongkok.
"Trading LNG internasional merupakan bisnis yang baru berjalan tahun ini dengan volume 60 BBTUD ke market Tiongkok sehingga berkontribusi juga atas kenaikan pendapatan terhadap tahun lalu," imbuh Arief.
Baca Juga: PGN Bakal Pasok Gas Bumi Ke Kawasan Industri Jatengland
Sementara untuk bisnis regasifikasi, PGAS pada tahun lalu terus memperkuat operasional Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Lampung untuk berbagai sektor, termasuk industri dan pembangkit listrik.
"Pada 2024, kontrak Terminal Usage Agreement (TUA) meningkat 33% dari 54 BBTUD pada 2023 menjadi 72 BBTUD, yang berdampak pada keandalan pasokan gas untuk pembangkit listrik," pungkasnya.