c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

26 Maret 2024

11:32 WIB

Kontraksi 3,2%, Setoran Bea Cukai Terkumpul Rp56,5 T Hingga Maret 2024

Kemenkeu mencatat realisasi setoran bea dan cukai hingga pertengahan Maret 2024 terkumpul Rp56,5 triliun atau kontraksi sebesar 3,2%.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

Editor: Fin Harini

Kontraksi 3,2%, Setoran Bea Cukai Terkumpul Rp56,5 T Hingga Maret 2024
Kontraksi 3,2%, Setoran Bea Cukai Terkumpul Rp56,5 T Hingga Maret 2024
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan keterangan saat konferensi pers APBN KiTa edisi Maret 2024 di Jakarta, Senin (25/3/2024). Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay

JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan setoran kepabeanan dan cukai periode Januari sampai 15 Maret 2024 terkumpul sejumlah Rp56,5 triliun. Angka penerimaan tersebut mengalami kontraksi sebesar 3,2% year on year (yoy).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi kepabeanan dan cukai terdiri dari tiga jenis penerimaan. Itu mencakup bea masuk senilai Rp9,9 triliun, bea keluar senilai Rp3,3 triliun, dan cukai Rp43,3 triliun.

Dari tiga jenis penerimaan tersebut, hanya setoran cukai yang mengalami pertumbuhan negatif. Hal itu disebabkan adanya penurunan setoran cukai rokok lantaran produksinya menurun.

"Penerimaan kepabeanan dan cukai Rp56,5 triliun, sedikit terkontraksi 3,2% yoy disebabkan oleh penurunan penerimaan cukai hasil tembakau," ujarnya dalam bahan paparan APBN Kita, Senin (25/3).

Baca Juga: Setoran Bea Cukai Tak Capai Target, Terkumpul Rp221,8 Triliun

Sri Mulyani pun memerinci tiap jenis penerimaan kepabeanan dan cukai. Pertama, bea masuk terkumpul senilai Rp9,9 triliun atau naik tipis sebesar 0,2% dibandingkan periode yang sama tahun 2023.

Dia menerangkan penerimaan bea masuk tumbuh sejalan dengan pola peningkatan konsumsi masyarakat menjelang puasa dan lebaran. Selain itu, didorong pula oleh tiga aspek.

Itu mencakup nilai impor yang naik 4,4% menjadi US$46,7 miliar. Kemudian nilai tukar rupiah sedikit membaik di angka Rp15.490/US$, dan pada awal Maret ini bisa di angka Rp15.256/US$. Juga, ada peningkatan bea masuk dari komoditas utama seperti beras dan bangunan prapabrikasi.

"Nilai impor kita naik 4,4%, kemudian kurs mengalami depresiasi sehingga ini menyebabkan bea masuk yang dibayar dalam rupiah menjadi naik, dan penerimaan bea masuk terutama dari impor beras dan bangunan prapabrikasi," terang Sri Mulyani.

Kedua, penerimaan bea keluar terealisasi Rp3,3 triliun atau tumbuh 32,2%. Menkeu mengatakan setoran bea keluar dipengaruhi tiga hal, yakni kebijakan pemerintah dalam merelaksasi ekspor, contohnya komoditas tembaga.

Kemudian, kinerja bea keluar komoditas tembaga yang tumbuh karena ada relaksasi ekspor. Terakhir, bea keluar produk sawit yang menurun karena harga CPO anjlok 13,9% dan volume ekspor CPO anjlok 15,8%.

"Jadi kita mungkin perlu hati-hati terhadap perkembangan perekonomian global yang melemah tadi," ucap Sri Mulyani.

Baca Juga: Cukai Minuman Berpemanis Dapat Cegah 3,1 Juta Kasus Diabetes

Ketiga, penerimaan cukai terealisasi senilai Rp43,3 triliun atau kontraksi 5,9%. Sri Mulyani menyebutkan setoran cukai terdiri dari cukai hasil tembakau (CHT) alias cukai rokok sejumlah Rp41,7 triliun dan cukai minuman mengandung etil alkohol (MMEA) dan etil alkohol (EA) masing-masing sejumlah Rp1,5 triliun dan Rp28 miliar.

"Penerimaan cukai, terutama dari hasil tembakau Rp41,7 triliun itu dibandingkan tahun lalu turun 6,5%, sedangkan cukai MMEA dan EA dalam hal ini masih relatif tipis pertumbuhannya," kata Sri Mulyani.

Menkeu menjelaskan cukai rokok merupakan kontributor terbesar penerimaan cukai. Karena setoran cukai rokok menurun, maka itu berdampak ke penerimaan cukai secara keseluruhan, sehingga penerimaannya pun terkontraksi.

Pada Januari sampai 15 Maret 2024, setoran cukai rokok mengalami penurunan 6,5%. Hal itu dikarenakan produksi rokok yang lebih rendah dan pola pelunasan pita cukai yang awalnya jatuh tempo Januari 2024 lalu maju ke Desember 2023.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar