30 Januari 2025
10:02 WIB
Kenaikan Stok Bebani Harga Minyak Mentah
Stok minyak mentah di AS naik 3,46 juta barel pada minggu lalu. Harga minyak mentah WTI ditutup di level terendah pada tahun ini.
Editor: Fin Harini
Ilustrasi. Pekerja Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) memeriksa fasilitas produksi anjungan lepas pantai Sepinggan Field Daerah Operasi Bagian Selatan (DOBS), Kalimantan Timur, Senin (25/3/2024). Antara Foto/Hafidz Mubarak A
JAKARTA - Harga minyak mentah atau crude oil turun pada Rabu (29/1) atau Kamis (30/1) WIB, dengan patokan AS berada pada level terendah tahun ini. Harga turun setelah data menunjukkan stok minyak mentah domestik di produsen dan konsumen minyak bumi terbesar dunia itu naik lebih dari yang diperkirakan pada minggu lalu.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 91 sen, atau 1,2%, menjadi US$76,58 per barel. Minyak mentah berjangka AS turun US$1,15, atau 1,6%, menjadi US$72,62, harga penutupan terendah sepanjang tahun ini.
Stok minyak mentah di AS naik 3,46 juta barel pada minggu lalu karena asupan minyak mentah dari kilang merosot selama tiga minggu berturut-turut, menurut data dari Badan Informasi Energi (EIA).
Angka ini lebih tinggi ketimbang perkiraan. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan sebesar 3,19 juta barel.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Stabil Di Tengah Berbagai Risiko
Gedung Putih pada hari Selasa menegaskan kembali rencana Presiden Donald Trump untuk mengenakan tarif sebesar 25% pada impor dari Kanada dan Meksiko mulai tanggal 1 Februari.
Perdagangan minyak jangka pendek akan tetap berfluktuasi karena investor mencerna ancaman tarif, sanksi terhadap aliran energi Rusia, dan pertumbuhan ekonomi.
Analis UBS Giovanni Staunovo kepada kliennya pada Rabu menyebut hal ini menjadi kekhawatiran dan mendorong volatilitas harga minyak.
“Mengingat banyaknya ketidakpastian yang ada, kami pikir pendekatan yang bijaksana masih diperlukan,” tulis Staunovo. “Meskipun kami memperkirakan harga akan tetap didukung pada level saat ini, aliran berita terkait Trump kemungkinan akan mendorong volatilitas dalam waktu dekat.”
Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga stabil pada hari Rabu. The Fed memberikan sedikit informasi mengenai kapan mereka berencana menurunkan biaya pinjaman, yang dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.
Para pedagang juga menantikan pertemuan tingkat menteri OPEC+ yang dijadwalkan pada 3 Februari, dengan fokus pada rencana kelompok tersebut untuk meningkatkan pasokan mulai bulan April.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Melemah Dipicu Kekhawatiran Resesi
Trump pekan lalu meminta OPEC+ untuk menurunkan harga minyak. Kelompok ini belum memberikan tanggapan, namun para delegasi mengatakan perubahan kebijakan tidak mungkin terjadi pada pertemuan bulan Februari.
Kekhawatiran pasokan telah mereda setelah National Oil Corp Libya mengatakan pada Selasa bahwa aktivitas ekspor berjalan normal, setelah mengadakan pembicaraan dengan pengunjuk rasa yang menuntut penghentian pemuatan di salah satu pelabuhan minyak utama negara tersebut.
“Pasokan Libya akan tetap menjadi risiko karena negara tersebut masih terlibat dalam perang saudara, namun untuk saat ini, risiko tersebut telah dimitigasi untuk sementara,” kata analis StoneX, Alex Hodes.