c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

26 Juli 2023

20:40 WIB

Kementan Minta Industri Produksi Benih Induk Jagung Hibrida Di RI

Hingga kini, kebutuhan benih induk jagung hibrida masih diimpor dari luar negeri.

Editor: Fin Harini

Kementan Minta Industri Produksi Benih Induk Jagung Hibrida Di RI
Kementan Minta Industri Produksi Benih Induk Jagung Hibrida Di RI
Petani melintas di lahan jagung yang menggunakan bibit jagung bioteknologi milik Bayer Indonesia di Desa Manggalewa, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Rabu (26/7/2023). ANTARA/Kuntum Riswan

DOMPU - Kementerian Pertanian meminta industri benih jagung hibrida memproduksi benih induk di dalam negeri, sebagai salah satu upaya menggenjot produksi jagung nasional. Hingga kini, kebutuhan benih induk masih diimpor dari luar negeri.

Karena itu, industri benih dalam negeri diharapkan dapat meningkatkan kegiatan penelitian dan pemuliaan.

Demikian disampaikan Koordinator Kelompok Substansi Penilaian dan Penyebaran Varietas, Direktorat Perbenihan Ditjen Tanaman Pangan, Kementan Andi M Saleh pada acara Peluncuran Benih Jagung Bioteknologi di Desa Manggalewa, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Rabu (26/7), dilansir dari Antara.

Andi menyampaikan benih merupakan komponen utama dalam usaha budidaya tanaman. Kualitas benih secara nyata telah memberikan kontribusi yang cukup dominan dalam peningkatan produksi dan produktivitas tanaman.

Baca Juga: Jokowi Minta Food Estate Jagung Di Keerom Dievaluasi Setiap Tahun

Penggunaan benih varietas unggul juga dinilai menjadi salah satu solusi penurunan produksi yang diakibatkan kekeringan karena perubahan iklim.

Penggunaan benih tersebut yang salah satunya bisa diwujudkan melalui rekayasa genetika melalui bioteknologi. Pemerintah pun terus mendukung pengembangan varietas-varietas baru baik melalui teknologi hibrida maupun bioteknologi.

Saat ini telah dilepas untuk varietas jagung hibrida sebanyak 317 varietas dan jagung hibrida PRG sebanyak 8 varietas.

“Oleh karena varietas-varietas tersebut merupakan hasil rekayasa teknologi tinggi dengan menggunakan sarana prasarana yang relatif membutuhkan biaya cukup besar, maka pemerintah terus mendorong swasta untuk mengembangkan varietas-varietas tersebut,” sebut Andi.

Salah satu pelaku swasta yang diajak Kementan untuk mengembangkan varietas jagung hibrida maupun bioteknologi adalah industri benih multinasional PT Bayer Indonesia.

Pada tahun 2022, Bayer Indonesia dan Direktorat Jenderal Tanaman Pagan Kementerian Pertanian menandatangani perjanjian kerjasama untuk mempercepat pengadopsian benih jagung bioteknologi serta memfasilitasi akses dan penyebaran teknologi.

“Pada tahun 2022, PT Bayer Indonesia telah melepas varietas jagung hibrida PR DK95-NK603, dengan keunggulan ketahanan terhadap herbisida glifosat, yang saat ini sedang kita tinjau areal pengembangannya di Manggalewa, Dompu, Nusa Tenggara Barat ini,” tuturnya.

Tingkatkan Pendapatan Petani
Bayer Crop Science Country Cluster Head for Southeast Asia & Pakistan, Stacy Markovich menjelaskan benih jagung bioteknologi dengan nama DK95R mengandung sifat yang toleran terhadap bahan aktif dalam herbisida Roundup yang biasa digunakan untuk membasmi gulma.

Ia menambahkan, dibandingkan dengan benih jagung konvensional, benih jagung bioteknologi mampu memberikan potensi peningkatan pendapatan.

Hasil uji coba Bayer di lima provinsi di Indonesia musim lalu menunjukkan bahwa dengan jagung RR (Roundup Ready), para petani mendapatkan potensi peningkatan pendapatan hingga 30% dibandingkan dengan praktik konvensional.

"Peningkatan pendapatan ini diperoleh dari kombinasi hasil panen yang lebih tinggi dan pengurangan biaya input," kata dia.

Pengurangan biaya input dikhususkan pada pengurangan biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli herbisida Roundup yang dikenal ampuh membasmi tanaman liar yang tumbuh di areal pertanaman atau gulma.

Pada umumnya, petani jagung harus menggunakan herbisida sebanyak 3-4 kali dalam satu musim tanam. Namun, penggunaan herbisida Roundup akan merusak benih jagung yang berdampak pada penurunan hasil produksi.

Melalui penggunaan benih jagung DK95R mengandung sifat Roundup Ready (RR) yang toleran terhadap bahan aktif dalam herbisida keluarga Roundup bernama glifosat dapat digunakan untuk pengendalian gulma tanpa merusak tanaman jagung.

“Hingga hari ini kita sudah membagikan benih jagung biotek Bayer kepada 300 petani untuk di uji coba di tiga provinsi termasuk Nusa Tenggara Barat karena kami anggap sebagai provinsi yang memiliki potensi untuk pertanian jagung,” ucapnya.

Baca Juga: NTT Kini Pasok Jagung Pakan Ke Provinsi Lain

Petani yang sudah mengadopsi teknologi tersebut, lanjutnya, mengakui telah banyak mendapat keuntungan terutama di fase awal pertumbuhan jagung yang mana merupakan fase paling sensitif dari pertumbuhan gulma.

Menanggapi peluncuran benih jagung bioteknologi tersebut, Bupati Dompu, NTB Kader Jaelani menyampaikan terdapat peningkatan akan kebutuhan pangan dan pakan yang harus dipenuhi dengan praktek budidaya yang lebih efisien seiring dengan meningkatnya populasi Indonesia dan pertumbuhan kelas menengah.

“Oleh karena itu, prioritas Pemerintah NTB adalah mendukung sektor pertanian kami. Kami senang bermitra dengan Bayer dalam peluncuran pertama benih jagung bioteknologi in. Pengenalan teknologi bioteknologi pada jagung akan membantu meningkatkan kesejahteraan petani jagung di NTB dan mendorong swasembada pangan di Indonesia," katanya.

Sementara itu, petani asal Sumbawa, NTB, Hamzan Wadi mengaku bahwa ia sudah terlibat dalam 2 kali masa tanam menggunakan jagung bioteknologi. Melalui penggunaan bibit hasil inovasi, menurutnya terdapat efisiensi pada waktu, tenaga dan biaya karena hanya membutuhkan satu kali penyemprotan herbisida. Termasuk juga efisiensi pupuk karena pupuk hanya akan benar-benar diserap oleh tanaman jagung.

“Hasil panen jagung saya meningkat 19,7%, atau setara dengan 37% dari pendapatan bersih saya,” ucapnya.

Setelah mengkomersilkan DK95R, selanjutnya Bayer akan memperkenalkan benih lain yang menggabungkan kontrol toleransi glisofat dan serangga khususnya ulat grayak yang menjadi kekhawatiran besar bagi petani jagung di Indonesia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar