c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

06 November 2024

15:08 WIB

Kemenperin Tantang ESDM Pakai Pipa Seamless Dalam Negeri Untuk Jargas

Kemenperin bakal merekomendasikan pipa-pipa produksi dalam negeri agar bisa diprioritaskan untuk menyukseskan program jargas Kementerian ESDM ke depan.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Khairul Kahfi

<p>Kemenperin Tantang ESDM Pakai Pipa <em>Seamless</em> Dalam Negeri Untuk Jargas</p>
<p>Kemenperin Tantang ESDM Pakai Pipa <em>Seamless</em> Dalam Negeri Untuk Jargas</p>

Ilustrasi jarigan gas rumah tangga atau jargas. Dok Pertamina Gas Negara

JAKARTA - Jaringan gas rumah tangga atau jargas bakal menjadi andalan Presiden Prabowo Subianto untuk menekan impor LPG dan mengurangi alokasi subsidi energi selama masa kepemimpinannya hingga 2029 mendatang.

Pemerintah pun diyakini bakal memasifkan proyek-proyek jargas, utamanya di Pulau Jawa. Dalam hal ini, aspek infrastruktur, utamanya pipa memegang peran krusial untuk memasifkan program jargas.

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengungkapkan, sejatinya program jargas menjadi wewenang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Namun, Kemenperin bakal merekomendasikan pipa-pipa produksi dalam negeri agar bisa diprioritaskan untuk menyukseskan program jargas.

"Domainnya bukan di (Kementerian) Perindustrian, tetapi di ESDM. Tapi tentu saja kami akan minta, merekomendasikan supaya infrastrukturnya itu menggunakan produk dalam negeri," ujar Faisol saat menemui awak media dalam Peluncuran Pabrik Pipa Baja Seamless di Jakarta, Rabu (6/11).

Lebih spesifik, Faisol berharap, pabrik pipa baja seamless milik KSO PT Artas Energi Petrogas-Inerco Global International, yakni Indonesia Seamless Tube (IST) yang baru saja diresmikan di Krakatau Industrial Estate, Cilegon, Banten itu dapat menjadi pemasok utama proyek jargas di tanah air.

Baca Juga: Regulasi Jargas KPBU Ditargetkan Rampung Dalam 100 Hari Kabinet Merah Putih

Apalagi, pabrik itu merupakan pabrik pipa seamless atau pipa baja tanpa sambungan las di permukaan yang pertama di Asia Tenggara. Faisol optimistis, pabrik pipa tanpa sambungan itu bakal berperan penting terhadap industri minyak dan gas bumi di Indonesia.

Menurutnya, kebutuhan pipa untuk sektor migas di Indonesia masih sangat besar. Salah satunya, untuk mengakselerasi program jaringan gas rumah tangga sebagai pengganti LPG.

"Ini masih sangat sedikit di Jawa, padahal kita ingin infrastruktur jargas ini juga bisa mengurangi subsidi migas. Kalau ada jargas tentu harga juga akan sangat kompetitif. Jadi, kami berharap akan tumbuh lagi perusahaan baru yang bisa memenuhi kebutuhan infrastruktur di Indonesia," tambahnya.

Pipa baja seamless yang diproduksi IST di Cilegon, jelas Faisol, sudah mencapai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 43% dan bakal ditingkatkan hingga 100%. 

Pasalnya, CEO IST Jose Antonio Reyes berkomitmen untuk membangun pabrik bahan baku baja sebagai pemasok pabrik pipa seamless.

"Kita berharap nanti 100% (TKDN), hari ini belum, baru 43%. Beliau (Jose Antonio Reyes) sudah berkomitmen membangun di hulu supaya menyediakan bahan baku baja untuk perusahaannya yang sekarang," katanya.

Komitmen pemerintah dalam mengakeselerasi program jargas pun, menurutnya, harus jadi peluang besar bagi Indonesia Seamless Tube untuk bisa memasok pipa-pipa baja seamless penyalur gas bumi ke rumah masyarakat.

"Kemarin minggu kita rapat koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dibahas secara serius pembangunan jargas untuk Jawa yang saya kira ini akan menjadi peluang yang besar buat semua perusahaan pipa, terutama yang seamless, juga termasuk untuk IST," tandasnya.

Siapkan Insentif Industri Jargas
Sebelumnya, Kementerian ESDM mengonfirmasi, tengah meracik strategi guna menarik minat badan usaha untuk menggarap program jaringan gas bagi rumah tangga.

Baca Juga: Siap-Siap, Bakal Ada Bantuan Modal Untuk Badan Usaha Yang Garap Jargas

Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman menyebut, salah satu strategi yang bakal dijalankan untuk mengembangkan jargas adalah insentif viability gap fund (VGF).

Adapun insentif itu bakal dijalankan pada program jargas berskema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Nantinya, badan usaha yang memenangkan lelang jargas KPBU bakal mendapat bantuan capital expenditure (capex) hingga 49% dari total kebutuhan.

"Itu adalah bantuan capex pada saat dia bangun, maksimum 49% dari capex akan diberikan saat konstruksi," jelas Laode, Selasa (29/10).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar