11 Desember 2024
10:46 WIB
Kemenkop Gandeng Inkopontren Untuk Program MBG Di Lingkungan Pondok Pesantren
Program MBG perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk pondok pesantren yang nantinya menjadi salah satu dari penerima manfaat program.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
Ilustrasi. Sejumlah santri di Ponpes Buntet Cirebon Jawa Barat saat mengikuti gerakan santri peduli gizi dengan memakan telur secara bersama. ANTARA/HO-Ponpes Buntet Cirebon.
JAKARTA - Kementerian Koperasi (KemenKop) bersama Induk Koperasi Pondok Pesantren (Inkopontren) menjajaki kerja sama untuk melakukan uji coba pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop), Ferry Juliantono menjelaskan program MBG perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk pondok pesantren yang nantinya menjadi salah satu dari penerima manfaat program. Untuk itu pondok pesantren perlu menyiapkan beberapa unit pelayanan teknis terutama untuk dapur bersama.
"Sebuah konsep kalau tidak diujicobakan takutnya nanti repot sendiri. Jadi kita perlu mulai untuk melangkah secara sistematis untuk uji program MBG ini, makanya dapurnya kalau bisa sudah ada," kata Wamenkop Ferry Juliantono dikutip dari pernyataan resmi, Rabu (11/12).
Baca Juga: Kemenag Usulkan Dapur Madrasah Dilibatkan Dalam Program MBG
Ferry juga menyarankan agar dapur umum pesantren dibangun dengan kapasitas yang luas lantaran harus ikut dalam penyediaan makanan dan logistik.
Sebelumnya, Kemenkop telah melakukan uji coba pelaksanaan program MBG di sejumlah sekolah tingkat dasar di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya di Sukabumi.
Dari pelaksanaan uji coba tersebut disimpulkan untuk pelaksanaan program MBG di satuan pendidikan relatif lebih lancar tanpa hambatan.
Ferry meminta agar uji coba pelaksanaan MBG di lingkungan Pondok Pesantren dilakukan minimal dalam kurun waktu tiga hari ini sehingga bisa mendapatkan gambaran yang utuh terkait pola distribusi dan ekosistem pelaksanaan program.
Dia berharap pondok pesantren melalui koperasi pondok pesantren (Kopontren) bisa menjadi bagian dari rantai pasok kebutuhan bahan baku dalam program tersebut, sehingga memperoleh manfaat dari sisi ekonomi.
Untuk memastikan kesiapan Kopontren menjalankan program MBG, Wamenkop Ferry meminta para pengurusnya untuk belajar dari kesuksesan Kopontren Al-Ittifaq di Ciwidey Bandung dan Kopontren Sidogiri di Jawa Timur.
Kedua Kopontren ini telah siap menjadi rantai pasok bagi kebutuhan bahan baku untuk menyukseskan program MBG di wilayahnya masing-masing.
"Saya ingin supaya semua koperasinya pondok pesantren dapat belajar dari kesuksesan Kopontren di Sidogiri dan Al-Ittifaq. Nanti saya minta mereka untuk jadi kakak angkat untuk membangun, membina koperasi-koperasi pondok pesantren," kata Ferry.
Sementara itu, Ketua Umum Inkopontren Hapi Zajuli mengatakan program ini tidak hanya akan berdampak pada peningkatan SDM anak-anak Indonesia, namun juga akan mampu menggerakkan ekonomi masyarakat terutama di lingkungan pesantren.
"Tentunya ini menjadi lompatan yang Insyaallah akan berdampak positif bagi perekonomian khususnya di wilayah pesantren," kata Hapi Zajuli.
Baca Juga: Menko Pemmas Nilai MBG Membantu Santri
Diakuinya Inkopontren telah melakukan penandatanganan dengan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk mendukung kelancaran program MBG di lingkungan pesantren dengan mendirikan hingga 1.500 dapur sebagai unit pelayanan dari program tersebut.
Tidak hanya itu, Inkopontren juga diminta untuk terlibat dalam rantai distribusinya sehingga hal ini menjadi peluang untuk dapat mengembangkan koperasi pondok pesantren secara lebih masif.
Pihaknya menyatakan bahwa kesiapannya untuk menyiapkan berbagai produk hilir yang akan digunakan untuk program MBG seperti susu sapi perah hingga minyak goreng secara mandiri.
Hapi juga melaporkan koperasinya sudah mendapatkan minat investasi dari Jepang terkait pengembangan industri susu. Dengan investasi ini diharapkan pabrik susu milik koperasinya bisa mendapatkan teknologi yang mumpuni.