05 September 2023
19:16 WIB
Penulis: Erlinda Puspita
JAKARTA - Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan (Kemendag) Miftah Farid menyampaikan, produk lokal kosmetik memiliki peluang besar di pasar Indonesia, sekaligus bisa menekan neraca perdagangan Indonesia yang masih didominasi produk impor.
Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia 2023 menunjukkan surplus sejak Mei 2023. Tercatat pada Mei untuk ekspor mencapai US$4,2 miliar, Juni 2023 turun menjadi US$3,45 miliar, dan Juli hanya mencapai US$1,3 miliar.
Dari data riset McKinsey & Company tahun 2023 yang disampaikan Miftah, pada 2027 industri kecantikan global diperkirakan akan mencapai US$580 miliar dengan pertumbuhan 6% per tahun. Ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan kulit.
“Selain itu, berdasarkan data ZAP Beauty Index 2023 dengan 9000 responden perempuan Indonesia, 19% secara eksklusif menggunakan produk lokal, 78% pakai lokal dan impor, dan 3,2% menggunakan produk impor saja. Nah ini perlu disikapi data ini. Juga yang jelas bahwa produk kosmetik lokal masih memiliki pasar yang besar dibandingkan dengan pasar impor,” ujar Miftah dalam presentasinya pada Forum Bisnis Peritel Indonesia di Kantor Pusat Kemendag, Selasa (5/9).
Baca Juga: Bijak Belanja Kosmetik dengan Sustainability Beauty
Dari sisi Kemendag, Miftah mengaku pihaknya terus mendorong dari berbagai strategi seperti pengembangan pasar produk domestik, salah satunya melalui penjualan ritel. Bahkan dia bilang, peluang kosmetik lokal untuk laris di dalam negeri sangat besar, karena dibandingkan tahun 2021, penjualan ritel 2022 naik 8,6% atau senilai Rp1.526,2 triliun.
Hal serupa juga disampaikan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi yang meminta agar produsen kosmetik lokal bisa mengisi ritel-ritel di seluruh Indonesia.
“Neraca dagang kita kan sangat mengkhawatirkan, defisit. Jadi impornya lebih banyak. Kita upayakan agar teman-teman kosmetik bisa mengisi rak-rak kosmetik di toko ritel, jadi bisa menekan laju penjualan produk impor di Indonesia,” kata Didi saat ditemui wartawan.
Tantangan Kosmetik Lokal Melawan Brand Impor
Sekretaris Jenderal Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi) Yanne Sukmadewi mengatakan, market size produk kecantikan Indonesia 2022 mencapai Rp100 triliun yang didominasi kategori personal care, skin care, cosmetics, fragrance. Sementara itu, izin edar mencapai 90.341 produk yang telah dikeluarkan BPOM, padahal di 2020 baru mencapai 76.038 produk.
“Peluang kita ini besar untuk kosmetik lokal, karena penjualan daring di 2023 ini sudah naik 18%. Ini juga ditunjang dengan demografi yaitu usia produktif dan kelas menengah yang tinggi meningkatkan level konsumsi. Adanya teknologi digital membuat penjualan semakin tidak terbatas, bahkan berpotensi ekspor,” urai Yanne.
Baca Juga: Kejar Wajah Menawan Berbekal Pengetahuan
Sayangnya, tantangan yang dihadapi kosmetik Indonesia juga masih banyak menurut Yanne, antara lain yaitu dibutuhkan inovasi kelas dunia untuk bisa menyaingi produk global lainnya, masih terkendalanya rantai pasok terutama bahan baku yang masih didominasi impor sehingga terancam adanya produk ilegal atau palsu.
Tak hanya itu, adanya tantangan untuk berkembang di pasar modern juga masih menghantui. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan Kemendag dan stakeholder agar produk lokal bisa memasuki pusat perbelanjaan modern dengan adil.
“Tantangan besar lainnya yaitu regulasi. Ini sangat penting, karena nantinya diwajibkan untuk produk kecantikan memiliki sertifikasi halal di Oktober 2026. Ada juga OSS berbasis risiko, dan regulasi peta jalan sampah. Jadi untuk seluruh produsen kosmetik ini harus ada aturan untuk menangani limbah dan sampah dari produk kecantikannya mau diapakan,” ujarnya.