06 Februari 2023
12:29 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar memberikan dukungan konkret terhadap hilirisasi sumber daya alam (SDA). Dia mengimbau agar dukungan itu diberikan dengan kalkulasi dan tingkat kehati-hatian yang tinggi.
Saat memberikan sambutan dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2023, Presiden mengatakan hilirisasi SDA menjadi kunci utama untuk Indonesia melompat menjadi negara maju.
"Saya minta dukungan yang konkret karena masih saya dengan ada yang mau bikin smelter tapi kesulitan mencari pendanaan," ungkap Jokowi di Jakarta, Senin (6/2).
Dia menyebutkan hilirisasi SDA akan terus didorong pemerintah dalam rangka mendongkrak produk domestik bruto (PDB) nasional. Hilirisasi itu ke depannya akan dilakukan pada semua komoditas, mulai dari CPO, mineral dan batubara, hingga SDA di sektor kelautan.
Baca Juga: Hilirisasi Komoditas Bakal Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi
Apalagi soal minerba, Jokowi menerangkan sejak pemerintah melarang ekspor nikel dan menggenjot hilirisasi, nilai tambah komoditas tersebut meroket dari US$1,1 juta menjadi US$30 juta. Untuk itu, pemerintah ke depan akan melakukan hal serupa pada komoditas bauksit, tembaga, timah, gas alam, serta minyak bumi.
"Kalau ini betul-betul secara konsisten kita kerjakan, kita matangkan, saya yakin Indonesia akan menjadi negara maju," ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan pihaknya mendukung penuh kebijakan-kebijakan strategis pemerintah, salah satunya hilirisasi SDA.
“OJK terus memperkuat serangkaian kebijakan mendukung program hilirisasi komoditas sumber daya alam dalam meningkatkan nilai tambah,” ucapnya.
Sulitnya Integrasi
Jokowi mengakui salah satu kesulitan dalam proses hilirisasi adalah pengintegrasian. Dia pun selalu menegaskan agar komoditas minerba, CPO, serta sumber daya kelautan diintegrasikan supaya memuluskan proses hilirisasi.
"Memang yang paling sulit pengintegrasiannya. Sekali lagi, saya minta dukungan OJK karena dampaknya akan sangat besar, nilai tambahnya mencapai US$715 juta dan serapan lapangan kerja sebanyak 9,6 juta," jabar Presiden.
Utamanya soal SDA kelautan, Jokowi menegaskan dua per tiga kawasan Indonesia adalah perairan. Dengan luas laut menghampar 3,25 juta km2, masih banyak potensi yang belum dioptimalkan hingga saat ini.
Sebagai contoh, dia menyebut Indonesia menjadi eksportir nomor wahid untuk komoditas mentahan rumput laut.
Di sisi lain, China pun menjadi importir nomor satu komoditas yang sama sekaligus menjadi eksportir nomor satu terbesar untuk karagenan atau komponen agar-agar.
"Sedangkan Indonesia, hanya menjadi eksportir ketiga terbesar untuk produk karagenan. Harusnya, kita menjadi eksportir nomor satu, ini yang harus kita tiru," kata dia.
Baca Juga: Himbara Komitmen Dukung Hilirisasi Industri
Kemudian berkaitan dengan ikan, Indonesia juga menjadi eksportir besar untuk produk ikan tuna, ikan cakalang, dan ikan tongkol segar. Beriringan dengan itu, Indonesia pun menjadi pengimpor utama untuk produk tepung ikan.
"Kita eksportir ikan mentah, juga importir terbesar produk tepung ikan, ini kan lucu. Apa kita tidak bisa mengindustrialisasinya? Tentunya bisa. Kalau kita belum mampu, carilah partner," tegasnya.
Apalagi untuk produk udang dan rajungan, Jokowi mengatakan kedua komoditas itu akan memiliki nilai tambah masing-masing 27 kali lipat dan 3,2 kali lipat.
Hal tersebut akan terwujud jika udang bisa dihilirisasi menjadi bubuk chitosan dan rajungan menjadi daging rajungan.
"Kalau semua (SDA) kita hilirkan di dalam negeri, PDB kita akan melompat, negara kita akan melompat jadi negara maju," ucap Jokowi.