04 Februari 2023
09:19 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan pemerintah tetap antisipatif dan menyiapkan berbagai kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sejumlah sektor akan dikuatkan dan diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi pada 2023, salah satunya sektor industri.
Merujuk data BPS, sektor manufaktur telah berkontribusi paling besar terhadap PDB Indonesia, dengan capaian paling terakhir di kuartal III/2022 mencapai 16,1%.
“(Sementara) Indeks Kepercayaan Industri di Kementerian Perindustrian sebesar 51,54 (poin), sedangkan PMI sudah merilis di angka 51,3 (poin) pada Januari 2023,” ungkapnya dalam keterangannya, Jumat (3/2).
Patut diketahui, sejumlah indikator perekonomian global diperkirakan tidak akan memberikan tekanan lebih dalam kepada pertumbuhan ekonomi. Bahkan, IMF juga telah merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2023 menjadi 2,9%, dari yang sebelumnya berada pada level 2,7%.
Karena itu, optimisme untuk terhindar dari resesi serta mendorong pemulihan ekonomi yang lebih cepat kembali bangkit dengan melihat perkembangan kondisi perekonomian global terkini.
Baca Juga: Tinjau Manyar Smelter Project, Wamendag Dorong Hilirisasi Industri
Dalam jangka pendek, Airlangga melanjutkan, untuk memperkuat konsumsi domestik yang diharapkan akan mendorong permintaan dari sektor industri dengan mendorong penggunaan produk dalam negeri. Adapun untuk jangka menengah-panjang, pemerintah melanjutkan transformasi ekonomi untuk meningkatkan daya saing.
“(Begitu juga) meningkatkan investasi, mendorong produktivitas SDM, dan menyerap tenaga kerja melalui implementasi Undang-Undang Cipta Kerja,” jelasnya.
Sebagai salah satu negara di dunia dengan potensi sumber daya alam yang tinggi, pemerintah juga bertekad menjadi Global Key Player industri hilirisasi berbasis komoditas.
Pemerintah memfokuskan industri hilirisasi komoditas menjadi tiga kelompok, yakni industri berbasis agro seperti industri oleokimia, industri berbasis bahan tambang mineral seperti industri smelter mineral dan logam, dan industri berbasis migas dan batu bara seperti proyek coal to methanol.
“Pemerintah juga terus mendorong potensi sumber daya alam. Sebagai contoh, Indonesia mempunyai cadangan nikel terbesar di dunia dan arahan Bapak Presiden agar ekspor bahan mentah terus dikurangi dan hilirisasi terus ditingkatkan,” katanya.
Pemerintah juga tengah gencar menggalakkan hilirisasi komoditas berbasis mineral dan logam unggulan seperti bauksit, timah, dan nikel. Pemurnian dan pengolahan bauksit menjadi produk akhir aluminium ditargetkan dapat meningkatkan pendapatan nasional dari Rp21 triliun menjadi Rp62 triliun.
Baca Juga: Royalti 0% Hilirisasi Batu Bara Rugikan Negara Hingga Rp33 Triliun
Hilirisasi logam timah juga diharapkan dapat menghasilkan logam tanah jarang (rare earth) yang merupakan komponen kritikal berbagai teknologi modern masa kini. Untuk sektor nikel, setelah hilirisasi fase awal berhasil dengan tumbuhnya smelter pirometalurgi yang memproduksi feronikel dan stainless steel, kini fase kedua dilaksanakan dengan menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi baterai electric vehicle.
Intinya, pemerintah terus berupaya menjadikan hilirisasi sebagai langkah meningkatkan nilai tambah industri di dalam negeri. Pemerintah juga menyediakan beberapa hal seperti penyediaan infrastruktur industri, penciptaan lingkungan usaha industri yang kondusif, dan menerbitkan insentif fiskal.
“Tentu juga mendorong agar SDM-nya bisa mengikuti perkembangan teknologi,” pungkasnya.