01 Juli 2024
11:04 WIB
Jokowi Kumpulkan Menteri-Kepala Lembaga Bahas Skema Family Office
Skema investasi family office dinilai menarik dan strategis dikembangkan dan Bali dinilai lebih siap, karena terbangun ekosistem pariwisata.
Editor: Fin Harini
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno berpidato saat Harvesting Program Beli Kreatif Sumatera Selatan (BKSS) di Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (19/11/2022). Antara Foto/Nova Wahyudi
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumpulkan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju dan kepala lembaga untuk membahas potensi skema investasi family office dalam rapat internal di Istana Negara Jakarta, Senin (1/7).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno terlihat sudah menyambangi Istana Kepresidenan Jakarta sekitar pukul 09.00 WIB.
"Iya ada undangan untuk membahas penguatan ekonomi dan keuangan kita. Salah satu yang akan dibahas family office. Nanti dilaporkan," kata Sandiaga di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (1/7), dilansir dari Antara.
Sandiaga mengatakan, Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Muhammad Yusuf Ateh turut mengikuti rapat tersebut.
Sejumlah pejabat lainnya yang terlihat memasuki kawasan Istana untuk menghadiri rapat bersama Presiden Jokowi itu, antara lain Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar.
Baca Juga: Pemerintah Bidik Pendapatan Pariwisata 2024 Tembus Rp3.000 Triliun
Pada kesempatan sebelumnya, Sandiaga tengah menggodok regulasi untuk menarik potensi ekonomi dari family office yang rencananya dipusatkan di Bali.
“Saya akan menghitung berapa target awal dan regulasinya seperti apa yang perlu kami hadirkan,” katanya usai menghadiri World Water Forum, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali pada Mei lalu.
Sandiaga menjelaskan family office adalah suatu konsep yakni keluarga yang membawa kekayaannya untuk investasi dan dikelola di suatu wilayah sekaligus mereka bisa berwisata.
Konsep tersebut, kata dia, sudah banyak diterapkan di sejumlah negara, di antaranya Singapura, Malaysia, Monako, London, Hong Kong, dan Dubai.
Sandiaga menilai family office tersebut menarik dan strategis dikembangkan dan Bali dinilai lebih siap, karena terbangun ekosistem pariwisata. Di sisi lain, family office perlu didukung infrastruktur di antaranya perumahan hingga jaringan ekonomi digital yang baik.
Selain itu, perlu juga disiapkan atraksi guna menarik lama tinggal investor tersebut.
Dia meyakini Indonesia dapat mewujudkan family office itu, karena pemerintah juga memiliki kebijakan golden visa untuk mewujudkan investor sekaligus wisatawan asing yang berkualitas.
Adapun investasi yang akan diarahkan yakni investasi hijau atau yang berkaitan dengan aktivitas ramah lingkungan.
“Jadi length of stay-nya sangat panjang. Kedua, mereka membawa pendanaan. Jadi keberlanjutannya itu lebih terasa dan ini sangat cocok dengan konsep golden visa,” katanya pula.
Baca Juga: Sri Mulyani: Kerunyaman Ekonomi Dunia Ganggu Kondisi Pariwisata
Sebagai informasi, realisasi investasi sektor pariwisata pada Kuartal I 2024 mencapai US$943,40 juta atau Rp15,35 triliun, dari target US$3.000 juta (48,91 triliun).
Tiga sektor bisnis yang merima investasi asing langsung (FDI) paling besar adalah hotel berbintang, restoran dan hotel apartemen.
Pada 2023, Indonesia mencatatkan realisasi investasi di sektor pariwisata sebesar US$3.604 juta atau sekitar Rp58,64 triliun.
Namun, 80% dari investasi tersebut hanya terkonsentrasi pada hotel berbintang, restoran dan kafe serta pusat kebugaran.
Sandiaga menyebutkan Indonesia memerlukan investasi pariwisata lebih dari US$15 hingga US$20 miliar untuk mendukung pariwisata berkelanjutan.