30 November 2023
20:57 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Menjelang Hari Belanja Nasional (Harbolnas) masyarakat seringkali lalai dan menjadi sasaran empuk para pelaku penipuan. Hal ini terdeteksi di eksperimen sosial Vomoshop, sebuah website simulasi edukasi e-commerce.
Hasilnya, dari total 63.196 pengunjung Vomoshop, ditemukan 4 dari 5 orang memutuskan checkout belanja terhadap penawaran yang menggiurkan. Ini membuktikan mayoritas masyarakat masih rentan terjebak tipu tipu online akibat FOMO (Fear Of Missing Out).
"Risiko penipuan masih kerap membayangi berbagai aktivitas di dunia online yang banyak sekali dihadapi masyarakat," kata Head of Public Relations Blibli, Yolanda Nainggolan dalam konferensi pers, Kamis (30/11).
Bahkan, menurutnya akhir-akhir ini modusnya kian berkembang, mulai dari tawaran pekerjaan berbayar hingga komisi tugas yang menawarkan keuntungan berlipat ganda ala ponzi game.
Baca Juga: Menjelang Harbolnas, Tokopedia Luncurkan 2 Fitur Baru
Melansir data selama periode 2017-2022, layanan CekRekening.id dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah menerima sekitar 486.000 laporan dari masyarakat terkait tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (ITE).
Sekitar 83% di antaranya, atau 405.000 laporan, merupakan penipuan transaksi online. Kemudian, tindak pidana penipuan investasi daring fiktif mencapai sekitar 19.000 laporan, serta penipuan jual beli daring tercatat sebanyak 12.000 laporan.
Penipuan berkedok penawaran menggiurkan dari oknum mengatasnamakan institusi atau perusahaan ternama juga membayangi kegiatan belanja online masyarakat.
Fakta tersebut diperkuat oleh Laporan Risiko Global 2022 dari Forum Ekonomi Dunia, yang menyebut sebanyak 95% insiden keamanan siber di dunia disebabkan oleh kesalahan manusia, termasuk karena fenomena FOMO atau khawatir ketinggalan momen terhadap info promo belanja besar-besaran seperti Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas).
Melihat ancaman yang kian merajalela, pihaknya bersama Kemkominfo RI, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), berbagai komunitas dan mitra, hingga para key opinion leaders (KOLs), mengkampanyekan #IngatVOMO.
"Untuk itu sepanjang Bulan September 2023, dibuatlah sebuah eksperimen sosial dengan serangkaian iklan online tipu-tipu yang menggiring masyarakat ke www.vomoshop.com untuk mengetahui seberapa rentan masyarakat Indonesia terkena tipu-tipu," jelasnya.
Kampanye ini merupakan panduan hindari tipu tipu online. VOMO sendiri adalah akronim dari Verifikasi, Observasi, Mudah Akses Info, dan Ofisial rekening platformnya untuk bertransaksi online.
Yolanda memperingatkan agar masyarakat bertransaksi hanya pada rekening official platform yang bertanggung jawab di seluruh layanan dan fitur yang ditawarkan kepada pelanggan.
Baca Juga: Jelang Harbolnas, Ini Empat Tips Belanja Online
Selain itu dengan semakin berkembangnya modus tipu-tipu online, pihaknya mendorong masyarakat untuk selalu melakukan verifikasi kanal komunikasi resmi platform tempat bertransaksi.
"Supaya dapat melakukan komunikasi dengan cepat dan tepat di kala ada indikasi tipu-tipu yang mengatasnamakan platform," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Kementerian Komunikasi & Informatika RI, Septriana Tangkary mengatakan, pihaknya turut mendukung Gerakan Hindari Tipu-Tipu dengan meluncurkan panduan #IngatVOMO.
Inisiatif ini menurutnya sangat membantu pemerintah dalam memperluas sosialisasi terkait waspada penipuan online di masyarakat.
"Apalagi kini, gaya hidup digital semakin luas diadopsi oleh masyarakat, yang salah satunya dibuktikan dengan penetrasi aktivitas belanja online hingga ke masyarakat akar rumput,” kata dia.