26 November 2024
15:07 WIB
Jelang Akhir November, Mampukah Bitcoin Capai US$100.000?
Saat ini Bitcoin (BTC) telah mengalami penurunan dari level tertingginya (all-time high/ATH) di angka US$99.588 yang tercatat pada Jumat (22/11), lalu turun mendekati US$93.000 pada Senin (25/11).
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi teknologi keuangan blockchain untuk mengamankan cryptocurrency sebagai bitcoin atau alat pembayaran online dan transaksi uang digital. Shutterstock/NicoElNino
JAKARTA - Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha mengatakan, saat ini Bitcoin (BTC) telah mengalami penurunan dari level tertingginya (all-time high/ATH) di angka US$99.588 yang tercatat pada Jumat (22/11), lalu turun mendekati US$93.000 pada Senin (25/11).
Pada Selasa (26/11/2024) pukul 10.00 WIB, BTC diperdagangkan di kisaran US$94.250, dengan indikasi rebound dari level US$93.000 dan potensi menguji kembali angka US$96.000 hingga ATH di US$99.588.
"Namun, jika BTC gagal bertahan di atas US$93.000, ada potensi koreksi menuju MA-20 dan support di US$88.750," katanya dalam pernyataan resmi, Jakarta, Selasa (26/11).
Sebagaimana diketahui, Bitcoin kembali menjadi sorotan utama pasar keuangan global, dengan harga hampir mendekati angka psikologis US$100.000 pekan lalu sebelum akhirnya mengalami penurunan awal pekan ini.
Pasar kini memasuki pekan terakhir November, di mana Bitcoin telah mencatatkan kenaikan lebih dari 34% sejak awal bulan hingga saat ini (month-to-date/mtd). Capaian ini sekaligus menandai kenaikan tertinggi dalam tiga tahun terakhir untuk November.
Baca Juga: Sentuh ATH Terbaru, Akankah Bitcoin Capai Reli Jangka Panjang?
Berdasarkan data dari Coinglass, November tercatat sebagai bulan yang paling bullish, dengan rata-rata penutupan lebih dari 40% sepanjang satu dekade terakhir. Dengan tren ini, Panji menilai, sangat besar kemungkinan BTC akan menutup bulan November 2024 dengan hasil positif.
Pantauan Validnews, pada pukul 14.32 WIB BTC bergerak di sekitar US$93,986 atau turun 4,19% dalam 24 jam terakhir. Sementara, kapitalisasi pasar BTC berada di US$3,23 triliun atau turun 3,29%. Sedangkan total volume market bitcoin dalam 24 jam US$238,86 miliar atau naik 20,48%.
Pada pekan lalu, spot Bitcoin ETF mencatatkan all-time high dari sisi total net inflow mingguan sejak pertama kali diperdagangkan pada 11 Januari 2024, dengan mencatat angka US$3,3 miliar pada periode perdagangan 18-22 November 2024.
Adapun, inflow harian tertinggi pekan lalu mencapai US$1 miliar pada 21 November 2024. Data ini mengindikasikan meningkatnya permintaan dari institusi keuangan tradisional untuk eksposur langsung terhadap Bitcoin.
Selain itu, peluncuran opsi trading untuk BlackRock’s iShares Bitcoin Trust ETF mencetak volume perdagangan sebesar US$1,9 miliar setara Rp30,297 triliun dalam satu hari pada 19 November.
"Ini menunjukkan betapa cepatnya produk keuangan berbasis Bitcoin diintegrasikan ke dalam pasar tradisional," tambah Panji.
Sentimen Pasar Pekan Ini
Selain perkembangan dari sisi institusional, Panji Yudha juga menyampaikan, beberapa data ekonomi dari Amerika Serikat minggu ini akan memainkan peran penting dalam pergerakan pasar kripto.
Pertama, risalah rapat FOMC pada 26 November 2024 mendatang. Panji mengatakan, risalah rapat Federal Reserve atau The Fed pada November akan memberikan wawasan tentang pandangan bank sentral terhadap kondisi ekonomi dan potensi kebijakan moneter ke depan.
"Investor akan mencermati sinyal mengenai kemungkinan penurunan lebih lanjut pada suku bunga," kata dia.
Baca Juga: Efek Trump dan Proyeksi Dovish The Fed Kerek Bitcoin Capai ATH US$93.200
Kedua, data klaim pengangguran Awal pada 27 November 2024. Angka klaim pengangguran akan menjadi indikator kekuatan pasar tenaga kerja AS.
"Jika data ini lebih baik dari ekspektasi, aset berisiko seperti kripto bisa mendapatkan dorongan positif," ucap Panji.
Ketiga, data inflasi PCE Amerika Serikat pada 27 November 2024. Panji menjelaskan, sebagai indikator inflasi utama yang digunakan Fed, data PCE AS akan memberikan gambaran tentang arah kebijakan moneter.
"Jika inflasi lebih tinggi dari perkiraan, pelemahan dolar AS dapat mendorong permintaan terhadap Bitcoin yang sering dianggap sebagai lindung nilai inflasi," sebut dia.
Menurut Panji, momentum bullish ini membuka peluang besar bagi Bitcoin untuk mencetak rekor harga baru. Apabila sentimen institusional tetap kuat dan data ekonomi mendukung, kemungkinan Bitcoin menembus US$100.000 semakin besar.
Namun begitu, Panji mengingatkan bahwa volatilitas tetap menjadi faktor utama di pasar kripto.
"Investor perlu tetap waspada terhadap fluktuasi harga yang bisa terjadi saat Bitcoin mendekati level psikologis yang signifikan ini," paparnya.