15 November 2024
17:33 WIB
Jangan FOMO, Investasi Harus Pertimbangkan Profil Risiko
Sebanyak 58% dari mereka yang berusia di bawah 40 tahun yang telah berinvestasi pada produk investasi berisiko tinggi mengatakan hype di media sosial berada di balik keputusan investasi mereka.
Editor: Fin Harini
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya di Jakarta, beberapa waktu lalu. ANTARAFOTO/Akbar Nugroho Gumay
JAKARTA - Co-Founder Tumbuh Makna Benny Sufami mengatakan berinvestasi harus mempertimbangkan profil risiko, tidak bisa hanya dengan motivasi ikut-ikutan atau Fear of Missing Out (FOMO).
“Banyak investor muda yang sering kali mengalami kerugian karena terjebak dalam tren investasi tanpa mempertimbangkan profil risiko pribadi. Banyak yang ikut-ikutan membeli saham hanya karena melihat orang lain melakukannya,” kata Benny saat memberikan materi webinar bertajuk “Financial Cerdas Gen-Z: Strategi Kelola Dana dan melek Digital Menuju Masa Depan Sejahtera”, di Jakarta, Jumat (15/11), dikutip dari Antara.
Menurutnya, pemahaman risiko sebelum berinvestasi adalah hal krusial agar keputusan yang diambil lebih cerdas dan minim risiko. Ia juga mengimbau setiap keputusan keuangan selalu didasarkan pada prinsip-prinsip yang legal dan logis.
Baca Juga: Dear Gen Z, Ini Dia 3 Fenomena Yang Negatif Untuk Keuangan Pribadi
“Pola pikir yang perlu ditanamkan bukan hanya tentang bagaimana menghasilkan uang, tetapi juga bagaimana mengelola dengan tepat dan bijaksana. Pastikan setiap langkah finansial yang diambil mematuhi aturan yang berlaku dan tidak tergoda oleh iming-iming keuntungan instan,” ujar dia.
Dalam kesempatan yang sama, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Serang Raya Endang Tri Santi mengingatkan bahaya FOMO yang sering kali memicu kebiasaan buruk dalam pengelolaan keuangan.
Oleh karena itu, literasi keuangan menjadi penting bagi generasi yang tumbuh di era digital, terutama gen Z.
“Di tengah tsunami informasi saat ini, sikap kritis sangat diperlukan. Kita harus selalu cek data dan verifikasi sumber dengan teliti, karena hal ini akan membantu kita terhindar dari keputusan finansial yang merugikan,” paparnya.
Sebagai informasi, dilansir dari Global Relay, influencer media sosial mulai memberikan pengaruh besar dalam pemasaran jasa keuangan, terutama di kalangan konsumen muda atau Gen Z, yang mungkin tidak terbiasa dengan potensi risiko pasar keuangan. Menurut penelitian oleh Chartered Financial Analyst (CFA) Institute, sebanyak 37% investor Gen Z di AS, 30% di Kanada, 38% di Inggris, dan 51% di China menyebut influencer media sosial sebagai faktor utama dalam keputusan mereka untuk mulai berinvestasi
Investor yang berusia di bawah 34 tahun adalah kelompok yang paling mungkin menyatakan mereka mempercayai media sosial sebagai sumber informasi investasi.
Baca Juga: Jangan Asal Ikuti, Periksa Dulu Saran Keuangan dari Medsos
Hal serupa juga muncul dari penelitian Financial Conduct Authority (FCA) mengenai dampak media sosial terhadap sektor keuangan. Sebanyak 58% dari mereka yang berusia di bawah 40 tahun yang telah berinvestasi pada produk investasi berisiko tinggi mengatakan hype di media sosial dan berita berada di balik keputusan investasi mereka.
Lalu, sebanyak 62% dari pengguna berusia 18 – 29 tahun mengikuti influencer media sosial, dan 74% mengatakan mereka memercayai saran para influencer tersebut. Sembilan dari 10 pengikut muda telah didorong untuk mengubah perilaku keuangan mereka.
Endang berpesan agar generasi muda tidak mudah terpengaruh tren tanpa memahami risikonya dan lebih selektif dalam membuat keputusan keuangan. Mereka juga bisa memanfaatkan teknologi secara produktif dan positif.
Menurutnya, era digital harus dimanfaatkan dengan literasi yang baik, bukan hanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai kreator yang dapat menghasilkan produk sendiri.
“Mari manfaatkan era digital untuk menjadi lebih kreatif dan produktif,” tutur Santi.