23 Oktober 2024
08:00 WIB
Dear Gen Z, Ini Dia 3 Fenomena Yang Negatif Untuk Keuangan Pribadi
Salah satu fenomena adalah Fomo yang jamak dijumpai di kalangan generasi Z yang bisa berdampak pada pengelolaan keuangan pribadi.
Editor: Fin Harini
Ilustrasi fomo. Pengunjung sedang berebut membeli produk. Sumber: Shutterstock/Nelson Antoine
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan generasi Z soal tiga fenomena yang berdampak negatif saat menggunakan layanan keuangan digital. Ketiganya adalah you only live once (Yolo), fear of missing out (Fomo), dan fear of other people’s opinion (Fopo).
"Selain pemahaman terkait risiko, teman-teman juga harus memahami kebutuhan keuangannya sendiri. Jangan ikut gaya dan tren yang dapat uang sedikit langsung digunakan untuk belanja agar mengikuti tren," kata Financial Advisor Community OJK Viko Hadian, di Jakarta, Selasa (22/10), dikutip dari Antara.
Yolo membuat seserang menikmati hidup tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang. Gaya hidup ini bisa membuat seseorang menjadi konsumtif tanpa memikirkan keuangan di masa depan.
Baca Juga: 2017-2023, Kerugian Masyarakat Akibat Investasi Bodong Capai Rp139,67 Triliun
Fenomena Fomo juga jamak dijumpai di kalangan generasi Z. Takut ketinggalan suatu hal bisa mendorong anak muda menggunakan layanan keuangan digital hanya untuk ikut tren, tanpa memahami dan mengelola keuangan pribadi secara efektif.
"Dan menyinggung fenomena Fopo yang merujuk kepada keputusan anak muda dengan mencoba layanan keuangan digital, karena takut dikritik orang lain tanpa tahu layanan itu memiliki izin resmi atau tidak," katanya.
Pihaknya juga mengingatkan generasi Z untuk terus memahami modus penawaran layanan keuangan digital. Dia berpesan agar selalu berhati-hati dan tidak mudah percaya dengan beragam tawaran yang beredar dengan cara memastikan layanan itu memiliki izin resmi dari pihak berwenang seperti OJK.
Prinsip Keuangan Pribadi Ala OJK
Viko menyebutkan OJK menggelar edukasi literasi keuangan agar kalangan generasi Z memiliki pemahaman yang baik mengenai produk dan layanan jasa keuangan.
Tujuan utamanya adalah memberikan edukasi mengenai literasi keuangan, perencanaan investasi, serta kewaspadaan terhadap aktivitas keuangan ilegal.
"Selain itu dapat membentengi diri dari maraknya berbagai penipuan berkedok investasi dan aktivitas keuangan ilegal di era digital," katanya pula.
Baca Juga: Riset: Gen Z Dominasi Pengguna Fintech
Dia mengatakan, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan untuk mengatur perencanaan keuangan, di antaranya yakni harus menurunkan utang, melestarikan kekayaan, kembangkan kekayaan dengan berinvestasi, menjaga keamanan kekayaan dan mengatur keuangan dengan baik.
"Untuk menjaga hal tersebut maka generasi Z ini perlu mengetahui terkait literasi keuangan, agar mampu untuk memahami dan mengelola keuangan pribadi secara efektif. Seperti kebiasaan menabung, investasi, mengelola keuangan dan utang, serta merencanakan keuangan untuk masa mendatang," pungkasnya.