15 Mei 2024
18:29 WIB
Isu Monopoli Logistik di E-commerce, Ini Tanggapan J&T Express
J&T Express menilai tidak ada monopoli pengiriman di e-commerce. Pemilihan kini berdasarkan kemampuan logistik itu sendiri dalam mengirimkan barang.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
Ilustrasi. Salah satu kantor J&T.Istimewa/dok
JAKARTA - J&T Express, salah satu penyedia layanan logistik di Indonesia, mengatakan sejauh ini belum menemukan adanya monopoli pengiriman di e-commerce. Menurut Brand Manager J&T Express Indonesia, Herline Septia, perusahaan pembelian daring tersebut biasanya memang memberikan eksklusivitas pada partner tertentu.
“Menurut saya sih sejauh ini kita enggak ada ya, karena pasti e-commerce membagi-bagi gitu. Misalnya menjadikan satu partner, eksklusifitas seperti apa,” kata Herline pada Validnews, Rabu (15/5).
Menurutnya, jika memang telah terjadi monopoli logistik di e-commerce, pasti akan ada banyak keluhan dari para pelaku industri. Menurut Herline, cara kerja industri logistik kini berdasarkan kemampuan logistik itu sendiri terhadap keterjangkauan dalam mengirim barang kepada masyarakat.
“Karena kalau kayak gitu pasti bakal ada masih ada complain, juga dari kompetitor-kompetitor lain. Jadi kalau yang kita jalanin sih sejauh mana kita bisa mampu untuk mengkover paketnya, kemudian sejauh mana kebutuhan di e-commerce dan area-areanya,” tutur Herline.
Baca Juga: Jelang Ramadan, J&T Cargo Ajak UMKM Optimalkan Bisnis
Menurut dia, tidak semua perusahaan logistik mampu menjaring seluruh daerah di Indonesia. Sehingga e-commerce yang mumpuni dalam menjangkau daerah tertentu memang terbatas.
“Kadang-kadang enggak semua kompetitor itu bisa menjaring semua daerah kan. Nah, kadang-kadang mana yang memang mumpuni dan bisa untuk pengiriman kita akan terus reach out gitu. Jadi kalau saya bilang sih belum ada monopoli di e-commerce,” jelasnya lagi.
Herline juga mengungkapkan sembari membesarkan layanan reguler, pihaknya masih mengandalkan e-commerce sebagai salah satu layanan pengiriman barang. Perusahaan disebut masih memiliki kerja sama strategis dengan beberapa perusahaan loka pasar di Indonesia.
Dari e-commerce, lanjut Herline, pihaknya melihat ada pertumbuhan permintaan pengiriman barang dari tahun ke tahun. Meski tidak bisa menyebutkan detail, dia mengatakan terdapat kenaikan berkisar 30-40%.
“Ada pasti pertumbuhan setiap tahunnya, cuma datanya memang belum bisa share. Kalau kita bilang berkisaran juga kita ada growth lah sekitar 30 sampai 40%,” imbuhnya.
Layanan Logistik Milik E-commerce
Menanggapi perusahaan e-commerce yang kini memiliki layanan logistik, menurutnya, sejauh ini pihaknya belum merasakan efek yang signifikan. Dia menilai setiap perusahaan biasanya saling menunjukkan diferensiasi sehingga tidak mengganggu bisnis yang ada.
“Kalo efek tuh sejauh ini kita belum merasakan yang signifikan ya, memang mereka sudah punya mulai punya ini (logistik internal) tapi ada diferensiasi seperti apa. Nah, sejauh ini pengiriman kita masih cukup stabil dari tahun ke tahun,” sebutnya.
Herline menuturkan industri logistik masih menunjukkan eksistensinya serta tetap ramai juga sangat kompetitif. Dia menuturkan, semua itu bisa terjadi karena setiap pihak berlomba memberikan penawaran menarik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Baca Juga: J&T Cargo Lebarkan Sayap Ke Malaysia
“Kalau saya bilang karena tergantung dari kitanya bisa menawarkan mana ini yang memang bisa lebih memenuhi kebutuhannya masyarakat,” ujarnya.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah usaha yang menjalankan perdagangan online atau e-commerce mencapai 2.995.986 usaha. Lebih dari setengah atau 55,30% mengirimkan langsung produknya kepada pembeli. Lalu, 36,59% memilih metode pengiriman dengan cara pembeli mengambil langsung pesanan di toko atau titik penjemputan. 7,32% menggunakan jasa pengiriman dan 0,79% menyediakan link untuk mengunduh produknya dari website, aplikasi, software dan lainnya.
Wilayah pengiriman yang dilayani usaha e-commerce di Indonesia Sebagian besar di Pulau Jawa, yakni 77,23%. Sementara, Maluku dan Papua merupakan wilayah dengan pengiriman produk paling sedikit atau hanya 1,53%.