30 Juli 2024
08:33 WIB
Harga Minyak Mentah Turun Tipis Usai Pernyataan Israel
Harga minyak mentah turun US$1 per barel setelah pernyataan pejabat Israel untuk mencegah konflik skala penuh di Timur Tengah.
Editor: Fin Harini
Ilustrasi pengeboran darat minyak. Sumber: Shutterstock
JAKARTA - Harga minyak mentah turun lebih dari US$1 per barel pada Senin atau Selasa (30/7) menyusul pernyataan dari pejabat Israel mengenai keinginan untuk mencegah konflik skala penuh di Timur Tengah ketika menangani serangan roket mematikan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada akhir pekan lalu.
Pada pukul 11:17 EDT (15.17 GMT), kontrak berjangka Brent untuk pengiriman September telah turun US$1,39 menjadi US$79,74 per barel, atau turun 1,7%. Harga minyak mentah AS WTI juga turun US$1,40 menjadi US$75,76 per barel, turun 1,8%.
Rahul Kalantri, VP Commodities, Mehta Equities Ltd menyebutkan harga minyak mentah telah jatuh selama tiga minggu berturut-turut di pasar internasional. Minyak bahkan mencapai posisi terendah dalam enam minggu karena kekhawatiran terhadap permintaan China dan harapan gencatan senjata di Gaza.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Buntut Serangan Roket di Golan
Data ekonomi yang mengecewakan dari China telah meningkatkan kekhawatiran permintaan dari konsumen terbesar kedua di dunia tersebut.
“Harga minyak mentah turun di tengah harapan akan gencatan senjata di Gaza menyusul kunjungan perdana menteri Israel ke Amerika Serikat baru-baru ini,” sebutnya, dilansir dari Mint.
Namun, stok minyak mentah AS turun selama empat minggu berturut-turut, memberikan dukungan terhadap harga. Data PDB AS pada kuartal kedua yang lebih baik dari perkiraan juga membantu mendukung harga minyak pada tingkat yang lebih rendah.
“Kami memperkirakan harga minyak mentah akan tetap fluktuatif di sesi hari ini. Minyak mentah mendapat support di US$76,00-75,40 dan resistance di US$77,50-78,20 pada sesi hari ini," imbuhnya.
Pada Senin, dua pejabat Israel memberi tahu Reuters bahwa Israel bertujuan untuk menargetkan kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, tanpa memicu konflik regional yang lebih luas.
Hizbullah menjadi pihak yang disalahkan atas serangan baru-baru ini di Dataran Tinggi Golan yang menewaskan 12 anak-anak dan remaja.
Pada hari Minggu, kabinet keamanan Israel memberi wewenang kepada pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menentukan “cara dan waktu” tanggapan terhadap serangan.
Sebagai pembalasan, Israel melancarkan serangan udara terhadap sasaran-sasaran di Lebanon selatan pada hari Minggu, meskipun Hizbullah membantah terlibat dalam serangan itu.
Meningkatnya ketegangan telah meningkatkan kekhawatiran investor mengenai potensi dampak terhadap produksi minyak mentah di wilayah penghasil minyak terbesar di dunia, meskipun produksinya belum terpengaruh.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Melemah Terseret Ekonomi China
Pekan lalu, patokan minyak mentah Brent dan WTI turun masing-masing sebesar 1,8% dan 3,7% karena melemahnya permintaan China dan spekulasi mengenai potensi gencatan senjata di Gaza.
Data terbaru menunjukkan penurunan impor bahan bakar minyak China sebesar 11% selama paruh pertama tahun 2024, meningkatkan kekhawatiran terhadap permintaan global di negara importir minyak mentah terbesar di dunia tersebut.
Harga juga turun menjelang akhir pekan lalu setelah laporan bahwa kilang minyak besar Dangote di Nigeria mulai menjual kembali minyak mentah, setelah masalah teknis teratasi.
Pasar juga memantau dengan cermat Venezuela setelah otoritas pemilu negara tersebut menyatakan Presiden Nicolas Maduro sebagai pemenang masa jabatan ketiga dengan 51% suara, meskipun jajak pendapat menunjukkan kemenangan oposisi.
AS sebelumnya mengindikasikan akan menyesuaikan kebijakan sanksinya terhadap Venezuela berdasarkan hasil pemilu di negara anggota OPEC tersebut.