c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

27 Februari 2023

17:50 WIB

Investasi Tanpa Perhatikan Lingkungan Akan Ditinggalkan

Kementerian Investasi/BKPM menyebut investasi yang kurang memperhatikan lingkungan akan ditinggalkan investor.

Investasi Tanpa Perhatikan Lingkungan Akan Ditinggalkan
Investasi Tanpa Perhatikan Lingkungan Akan Ditinggalkan
Aktivis melakukan aksi damai agar investor hanya berinvestasi pada investasi hijau di Jakarta, beberapa waktu lalu. Antara Foto/Rivan Awal Lingga

JAKARTA – Tren investasi global disebut menunjukkan adanya pergeseran menuju investasi yang berkelanjutan. Deputi Perencanaan Investasi Kementerian Investasi/BKPM Indra Darmawan mengatakan, investasi yang tidak memperhatikan lingkungan akan tetap ditinggalkan.

“Investasi tanpa memperhatikan lingkungan akan ditinggalkan. Asal usul bahan baku juga akan diperhatikan, dan bisa menjadi posisi sebuah negara atau perusahaan,” kata dia dalam acara Spark Indonesia Banking & Finance Summit 2023 yang dipantau secara virtual di Jakarta, Senin (27/2).

Dia menyampaikan bahwa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain memiliki janji, komitmen, dan target untuk menurunkan emisi untuk kesejahteraan masyarakat.

Pernyataan ini sudah disampaikan pada pertemuan sejumlah negara yang terlibat dalam United Nations Climate Change Conference (CPO 27) di Mesir dan Paris Agreement di Perancis dengan penekanan terhadap kenaikan target penurunan emisi di Indonesia.

Sebagian kesadaran masyarakat terhadap produk energi baru terbarukan (EBT) turut pula meningkat, bahkan sejumlah negara sudah tak mau menerima produk tidak ramah lingkungan.

“Indonesia juga komitmen menjalani net zero emission, di mana industri pembiayaan bisa berkontribusi lebih lanjut,” ungkap Indra.

Baca Juga: Isu Iklim Mulai Jadi Pertimbangan, Investor Mulai Dilirik ESG

Kontribusi yang dapat diberikan ialah terlibat dalam pengembangan produk dan layanan hijau, seperti kredit investasi proyek hijau.

Ada beberapa best practices yang dapat dilihat, misalnya Jerman yang udah menerapkan investasi hijau atau China menghasilkan energi bersih, lalu green bond, dan green insurance.

“OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sudah ada taksonomi hijau sebagai upaya dukungan dan pengelolaan lingkungan, Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) dengan UNDP (United Nations Development Programme) sudah Integrated National Financing Framework. Ini semua panduan pelaku usaha buat kontribusi upaya pengurangan emisi dan perbaikan lingkungan sekaligus memajukan ekonomi nasional,” ucapnya.

Sebelumnya, investasi berbasis Environment, Social, Governance (ESG) sedang menjadi tren belakangan ini. ESG sendiri adalah standar perusahaan dalam praktik investasi yang terdiri dari tiga kriteria. Pertama, environment atau lingkungan, artinya perusahaan harus mempertimbangkan dampak operasional bisnis terhadap lingkungan.

Social (Sosial), yaitu perusahaan harus mempertimbangkan hubungan dan reputasi perusahaan terhadap pemangku kepentingan internal dan eksternal. Terakhir, Governance (Tata Kelola Perusahaan) yang mengharuskan perusahaan untuk menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.

Atas penjabaran ketiga kriteria tersebut, ESG telah menjadi salah satu pertimbangan utama yang diakui secara global dalam membuat portofolio dan pedoman berinvestasi. Secara tren pasar, tema-tema yang menjadi perhatian pada matriks ESG adalah tema iklim dan keanekaragaman hayati. 

Chief Investment Officer PT Insight Investments Management (INSIGHT) Camar Remoa mengatakan Jika berkaca dari nilai matriks ESG pada tema iklim dan keanekaragaman hayati, Indonesia masih memiliki nilai ESG yang paling rendah.

Baca Juga: Konsep Investasi Hijau Belum Sepenuhnya Dipahami Pelaku Usaha

Dalam matriks tersebut menurutnya terlihat bahwa Indonesia masih memiliki ketergantungan tinggi pada batu bara, isu kenaikan suhu yang tergolong tinggi, serta isu penyalahgunaan lahan untuk hutan atau pertanian yang tinggi.

"Ini artinya masih ada banyak ruang untuk perbaikan. Untuk mencapai perbaikan tersebut, pemerintah telah mendorong para pelaku bisnis guna mengembangkan dan memanfaatkan sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dan kebijakan Pembangunan Rendah Karbon (PRK) sehingga mendorong ketertarikan investor untuk berinvestasi pada produk-produk investasi bertema ESG," katanya.

Camar menyebut bahwa peningkatan tren investasi ESG tidak terlepas dari meningkatnya kepekaan publik terhadap isu-isu sosial dan lingkungan yang terus mengemuka. 

Perubahan iklim, polusi udara, atau bahkan penggunaan plastik, menurut Camar adalah beberapa contoh tren isu yang menarik perhatian, terutama para investor ritel untuk berinvestasi di instrumen berbasis ESG.

“Meningkatnya animo masyarakat pada investasi berkelanjutan telah memberikan gambaran bahwa saat ini investasi tidak hanya sebatas aktivitas yang berfokus pada keuntungan saja, namun juga sudah seharusnya punya sisi kepedulian pada aspek sosial kemasyarakatan, lingkungan, dan tata kelola perusahaan yang baik,” ungkap Camar.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar