19 Juni 2025
19:19 WIB
Investasi PNRE Di Filipina, Taktik Dongkrak Kapasitas Pembangkit EBT Terpasang
Permintaan energi bersih di Filipina tengah naik, Pertamina NRE ambil peluang dengan mengakuisisi 20% saham CREC.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Jajaran direksi PT Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (19/6). ValidNewsID/Yoseph Krishna
JAKARTA - CEO PT Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) John Anis mengungkapkan akuisisi 20% saham Citicore Renewable Energy Corporation (CREC) jadi salah satu strategi meningkatkan kapasitas pembangkit listrik terpasang berbasis energi bersih.
Keputusan PNRE untuk melebarkan sayap ke Filipina tak lepas dari permintaan listrik berbasis energi bersih yang tengah meningkat di sana. Bahkan, John menyebut Filipina ada di belakang India terkait permintaan listrik energi hijau.
"Yang bisa kita lihat sangat masif kan India, Filipina termasuk second best market sekarang ini untuk renewable. Kita melihat itu, itu fakta," ungkap John kepada awak media dalam sesi konferensi pers di Jakarta, Kamis (19/6).
Dengan catatan itu, John meyakini akuisisi 20% saham CREC bakal memberi dampak positif pada bisnis Pertamina NRE, termasuk untuk menambah kapasitas pembangkit terpasang.
Sekadar informasi, CREC saat ini mengoperasikan PLTS dengan total kapasitas terpasang 287 MW. Ditargetkan dalam lima tahun mendatang, kapasitas bakal terpasang mencapai 5 GW dan 1,3 GW diantaranya ditargetkan tercapai pada tahun ini.
"Jadi kita bisa jump to kapasitas terpasang dari 2,6 GW bisa langsung lari ke 3,9 GW atau 4 GW ya akhir tahun dengan 1,3 GW tambahan. Habis itu, bisa ke 5 GW, 6 GW, 7 GW, luar biasa," tambah dia.
Baca Juga: Pertamina Caplok 20% Saham Perusahaan Energi Bersih Filipina
Target ambisius yang ditetapkan CREC jadi cerminan betapa besarnya potensi pasar di Filipina. Akuisisi 20% saham CREC oleh Pertamina NRE pun jadi wujud upaya perusahaan pelat merah tersebut untuk unjuk gigi di level internasional.
"Selain buat perusahaan kita menjadi perusahaan go global pastinya, jadi bukan hanya jago kandang dalam tanda kutip, tapi kita juga bisa bertarung di luar. Kalau kita lihat semua melakukan itu, baik itu Petronas dengan Gentari, baik itu Masdar, ataupun lainnya," kata John Anis.
Lebih lanjut, John menjelaskan investasi luar negeri yang dijalankan Pertamina NRE paralel dengan investasi yang disuntikkan di dalam negeri dalam rangka mewujudkan swasembada energi yang termaktub dalam Asta Cita besutan Presiden Prabowo Subianto.
Pertamina NRE pun ia tegaskan sangat selektif untuk melancarkan investasi di luar negeri. Ekspansi yang dilakukan ke Filipina, sambungnya, tak lepas dari potensi pasar yang sedang tumbuh pesat untuk kawasan Asia.
"Lagi-lagi, fokus kita domestik, tapi kita kembangkan juga di luar dengan selektif, dengan seleksi yang benar ya tadi marketnya sangat luar biasa di Asia," ujarnya.
John tak menampik, pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia butuh waktu yang cukup panjang karena belum tersedianya jaringan transmisi dari sumber EBT menuju ke pusat beban. Tapi di lain sisi, dirinya tetap mengakui Indonesia menyimpan potensi besar energi terbarukan, termasuk surya dan angin.
"Domestik pastinya kita support swasembada energi. Potensi ada, tapi perlu waktu. Nah sementara di negara tertentu itu lebih masif karena memang di-drive oleh kebutuhan," sebut dia.
Resiprokal
Lebih lanjut, John Anis mengungkapkan portofolio internasional yang dimiliki Pertamina NRE turut membawa dampak positif bagi Indonesia. Dengan mencaplok 20% saham CREC, Pertamina NRE bisa menempatkan sumber daya manusia (SDM) di Filipina untuk mempelajari instalasi pembangkit energi terbarukan.
Setelah itu, SDM yang dikirim ke Filipina akan kembali ke Indonesia untuk terlibat dalam proyek-proyek pembangkit berbasis EBT.
"Kita taruh orang untuk belajar, untuk bisa men-develop di sini lebih efisien. Kalau men-develop aja memang bisa, tapi mereka sudah punya long experience untuk construction yang mana efisiensinya tidak mulai dari nol," tandasnya.
Baca Juga: Hadiri COP29, Bos Pertamina NRE Beberkan Bisnis Rendah Karbon Perusahaan
Kemudian, Pertamina NRE juga menyepakati timbal balik investasi dengan CREC. Artinya bukan hanya Pertamina NRE yang mencaplok saham CREC, tetapi CREC juga punya komitmen menyuntikkan modal mereka untuk proyek-proyek pembangkit energi bersih di Indonesia.
"Tadi itu mereka juga bisa berinvestasi di Indonesia, jadi resiprokal ini terjadi, kita investasi di sana, mereka investasi di sini," imbuh John.
John menekankan, butuh kolaborasi yang kuat dalam pengembangan energi terbarukan untuk menyukseskan agenda transisi menuju energi yang lebih bersih.
"Kolaborasi itu penting. Kita kerja sendiri bisa, tapi if you want to go fast, you go alone. If you want to go far, you go together. Jadi dengan ini, kita bisa di Indonesia, di Filipina, bisa sangat jauh kita lihat opportunity untuk pengembangannya," pungkas John Anis.