c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

10 Juli 2024

20:00 WIB

Ini Upaya OJK Buat Perdagangan Bursa Karbon Makin Semarak

Tercatat, jumlah pengguna jasa (PJ) Bursa Karbon naik tiga kali lipat atau sebesar 300% dari awal launching yang hanya terdapat 18 PJ.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Ini Upaya OJK Buat Perdagangan Bursa Karbon Makin Semarak</p>
<p id="isPasted">Ini Upaya OJK Buat Perdagangan Bursa Karbon Makin Semarak</p>

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi menteri dan pejabat terkait meluncurkan secara resmi Bursa Karbon Indonesia di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/9/2023). Sumber: BEI

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus melakukan berbagai upaya agar perdagangan Bursa Karbon semakin semarak. Salah satunya adalah melalui program edukasi, seminar, dan Focus Group Discussion (FGD).

"OJK terus mendorong perkembangan Bursa Karbon melalui program edukasi, seminar dan FGD dengan inisiatif sendiri ataupun dalam memenuhi undangan stakeholder terkait," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu (10/7).  

Inarno menyebut, salah satu parameter yang menggembirakan adalah perkembangan pengguna jasa (PJ) di Bursa Karbon pun tergolong baik.

Tercatat, jumlah PJ naik tiga kali lipat atau sebesar 300% dari awal launching yang hanya terdapat 18 PJ. Dengan demikian, sampai saat ini sudah ada 67 PJ, atau telah mengalami kenaikan sebanyak 49 PJ.

Di samping itu, lanjut dia, salah satu target terdekat OJK adalah memfasilitasi perdagangan allowance (PTBAEPU) pada subsektor pembangkit listrik di Bursa Karbon. "Kami masih terus berkoordinasi dengan Kementerian ESDM dalam hal ini," imbuhnya.

Namun di samping hal tersebut, OJK memahami bahwa masih perlu adanya penguatan kerangka peraturan perdagangan karbon di pasar primer, sehingga perlu dukungan Kementerian terkait dalam implementasinya.

Baca Juga: Transaksi Bursa Karbon Hari Kedua Rp0, Ini Kata BEI dan Analis

"Kami berharap beberapa program pengembangan Bursa Karbon di pasar primer yang sedang diupayakan pemerintah dapat segera terwujud, sehingga target pemerintah dalam perdagangan karbon secara keseluruhan dapat tercapai," ujar Inarno.

Berdasarkan data OJK, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 28 Juni 2024, tercatat 67 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume sebesar 608.740 ton CO2 ekuivalen (tCO2e) dan akumulasi nilai sebesar Rp36,79 miliar.

Adapun, rincian nilai transaksi 26,85% di Pasar Reguler, 22,87% di Pasar Negosiasi, 50,23% di Pasar Lelang, dan 0,05% di marketplace.

Ke depan, potensi Bursa Karbon masih sangat besar mempertimbangkan terdapat 3.834 pendaftar yang tercatat di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) dan tingginya potensi unit karbon yang dapat ditawarkan.

RI Penghasil Emisi Karbon Tertinggi 
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyebut, secara global, Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai negara penghasil emisi karbon tertinggi dengan proporsi 2,3%.  

Adapun, negara dengan peringkat tertinggi sebagai penghasil emisi karbon terbesar adalah China. Kemudian, disusul oleh Amerika Serikat (AS), India, dan Rusia.  

Baca Juga: Banyak Tantangan, Kemenkeu Akui Transaksi Bursa Karbon RI Masih Minim

Selain termasuk sebagai negara penghasil emisi karbon terbesar, Indonesia juga merupakan negara yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, setelah negara Filipina.  

"Dalam hal fisik, Indonesia menduduki peringkat kedua negara paling terpapar di dunia. Sedangkan dari sisi emisi karbon, Indonesia secara global menduduki peringkat kelima negara penghasil emisi tertinggi dengan proporsi 2,3%," ungkap Dian dalam Kick Off Ceremony Cooperation OJK-Prospera on Climate Risk Management Policies for Indonesia di Jakarta, Jumat (28/6).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar