15 April 2025
16:10 WIB
Ini Pesan Bahlil Untuk Prancis Soal Komitmen Transisi Energi
Menteri ESDM meminta Dubes Prancis agar tak meragukan komitmen transisi energi Indonesia. Indonesia tetap berpegang teguh pada agenda transisi energi yang termaktub dalam Paris Agreement.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Khairul Kahfi
Dirut PLN Darmawan Prasodjo, Ketua Komisi XII DPR Bambang Patijaya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, serta Dirjen EBTKE Eniya Listiani Dewi pada Global Hydrogen Ecosystem Summit and Exhibition 2025, Jakarta, Selasa (15/4). ValidnewsID/Yoseph Krishna
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan, Indonesia tetap berpegang teguh pada agenda transisi energi yang termaktub dalam Paris Agreement, sekalipun Amerika Serikat telah menyatakan mundur dari kesepakatan tersebut.
Di hadapan Duta Besar Prancis untuk Indonesia Fabien Penone, Bahlil menjelaskan, Indonesia kini punya jalannya sendiri untuk melaksanakan agenda transisi energi.
"Jadi Pak Dubes Prancis tidak perlu meragukan komitmen Indonesia. Saran saya, tolong bapak tanyakan kepada negara-negara yang telah menginisiasi untuk melahirkan Paris Agreement, itu sudah sejauh mana komitmen mereka," imbuh dia dalam agenda Global Hydrogen Ecosystem Summit and Exhibition 2025 di Jakarta, Selasa (15/4).
Baca Juga: Danantara Dan Peluang Percepatan Transisi Energi Indonesia
Komitmen Indonesia untuk tetap melancarkan agenda transisi energi, sambungnya, tertuang dalam Asta Cita yang disusun oleh Presiden Prabowo Subianto. Salah satu misi RI 1 dalam Asta Cita adalah swasembada energi.
Dalam rencana besar swasembada energi, Kepala Negara mengarahkan, agar pengembangan energi hijau tetap dilakukan di tengah komitmen global yang mulai meredup terhadap agenda transisi energi.
"Saya tahu dunia sekarang, sebagian yang mengusulkan untuk mendorong EBT dalam menurunkan CO2 itu mulai ragu-ragu gitu, mulai tidak konsisten. Tapi saya ingin katakan bahwa Indonesia tetap selalu berada pada bagian yang akan menjalankan komitmen itu, tetapi dengan penuh hati-hati secara mendalam," jabar Bahlil.
Namun demikian, Menteri Bahlil menegaskan implementasi pengembangan energi baru dan terbarukan tak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus secara komprehensif. Sehingga, Presiden Prabowo dalam poin Asta Cita yang lain mencantumkan agenda hilirisasi sumber daya alam di Indonesia.
Baca Juga: Pemerintah Bentuk Satgas Transisi Energi dan Ekonomi Hijau
Menteri Bahlil meyakini, agenda hilirisaasi merupakan salah satu instrumen penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) itu menegaskan tak ada satu pun negara berkembang dengan sumber daya alam yang melimpah bisa menjadi negara maju, tanpa ada proses hilirisasi dan industrialisasi.
Begitu pun dengan Indonesia, pemerintah bakal mengoptimalkan sumber daya alam yang melimpah lewat agenda hilirisasi yang kemudian bisa berdampak positif terhadap tumbuhnya perekonomian nasional.
"Indonesia menjadi salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam cukup besar dan kita tidak ingin menjadi negara kutukan sumber daya alam (dutch disease). Karena itu, pertumbuhan ekonomi nasional salah satu instrumennya adalah hilirisasi," pungkas Bahlil Lahadalia.