29 April 2025
17:19 WIB
Industri Logam Masih Jadi Primadona Investasi Terbesar Kuartal I/2025
Investasi di Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya mencapai Rp67,3 triliun, paling besar di antara investasi ke sektor lain dari realisasi investasi di kuartal I 2025.
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM melaporkan, Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya masih menjadi subsektor yang paling banyak menjadi target realisasi investasi sepanjang kuartal I/2025, dengan nilai mencapai Rp67,3 triliun.
"Kalau kita lihat total investasi yang masuk, combining antara PMA dan PMDN di tiga bulan pertama ini masih didominasi oleh industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya. Kurang lebih 14,5% atau Rp67,3 triliun," papar Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (29/4).
Baca Juga: Sinyal Positif! Realisasi Investasi Hilirisasi Kuartal I/2025 Melesat 79,82%
Menyusul industri logam, di posisi kedua terdapat sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi dengan nilai Rp66,5 triliun, atau 14,3% dari total investasi.
Selanjutnya, terdapat sektor pertambangan senilai Rp48,6 triliun yang mewakili 10,4% nilai investasi total; dilanjutkan dengan jasa lainnya Rp41,8 triliun (8,8%); serta perumahan atau kawasan industri dan perkantoran Rp37,5 triliun (8,1%).
"Jadi ini lima besarnya sektor yang memang terus bertumbuh dan terus berkembang dalam tiga bulan pertama, dan kami melihatnya tren ini masih terus berkelanjutan di kuartal berikutnya, bahkan di tahun-tahun ke depannya," tambah Rosan.
Sementara itu, jika dipecah berdasarkan asal aliran dana investasi, baik PMA maupun PMDN menyasar target sektor utama yang berbeda.
Detailnya, investasi PMA menyasar industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya dengan realisasi mencapai US$3,6 miliar; diikuti pertambangan senilai US$1,2 miliar; transportasi, gudang, dan telekomunikasi senilai US$1,1 miliar; jasa lainnya US$1,1 miliar, serta industri kimia dan farmasi senilai US$0,9 miliar.
Dari segi PMDN, sektor yang disasar terdiri dari transportasi, gudang, dan telekomunikasi senilai Rp48,4 triliun; pertambangan senilai Rp29,5 triliun; perumahan atau kawasan industri dan perkantoran mencapai Rp25,3 triliun; jasa lainnya senilai Rp23,7 triliun, serta perdagangan dan reparasai senilai Rp18,9 triliun.
Jejak Negara Asal PMA
Menelusuri negara sumber investasi asing, Rosan kembali memaparkan, Singapura masih menjadi negara penanam modal asing terbesar, dengan realisasi investasi mencapai US$4,6 miliar di kuartal I/2025.
Setelahnya, ada Hongkong (US$2,2 miliar), Tiongkok (US$1,8 miliar), Malaysia (US$1 miliar), dan Jepang (US$1 miliar).
Lebih detail, Rosan menjelaskan alasan masuknya Malaysia ke jajaran Top 5 negara asal PMA, yang sebelumnya biasa diisi oleh Amerika Serikat atau Korea Selatan.
"Malaysia sekarang lompat menjadi negara nomor 4 terbesar sebagai investor di Indonesia, karena memang salah satu penyebabnya terjalin joint venture antar perusahaan Indonesia dan perusahaan Malaysia, yang kemudian mereka berekspansi ke Indonesia," terang Rosan.
Baca Juga: Rosan Optimistis Apple Siap Perbesar Investasi Di Tanah Air
Lebih detail, Rosan kembali mengungkap negara asal PMA lain yang masuk dalam peringkat 10 besar penyumbang invedtasi terbesar ke Indonesia. Di antaranya Amerika Serikat (US$802,6 juta) di urutan ke-6, diikuti Korea Selatan (US$683,2 juta), Belanda (US$403,8 juta), Kepulauan Virgin Inggris (US$173,6 juta), dan Inggris (US$149,6 juta).
Rosan menegaskanpihaknya akan terus memperbarui data terkait masuknya dana investasi dari berbagai negara asal PMA, meski dengan nilai investasi di bawah US$1 juta.
"Ini gambaran yang kompresensif dan lengkap mengenai investasi yang masuk ke Indonesia itu, FDI itu dari negara mana saja, bidangnya apa saja, jumlah realisasi investasinya apa, dalam industri apa, penciptaan lapangan pekerjaan seperti apa, itu juga bisa terekam secara baik, secara kompresensif," pungkasnya.