c

Selamat

Senin, 10 November 2025

EKONOMI

28 April 2023

21:00 WIB

Indonesia Siap Tambah Kepemilikan Saham Freeport 10%

Rencananya, pemerintah akan menambah saham kurang-lebih sekitar 10% atas kepimilikan saat ini.

Penulis: Khairul Kahfi

Indonesia Siap Tambah Kepemilikan Saham Freeport 10%
Indonesia Siap Tambah Kepemilikan Saham Freeport 10%
Freeport. Dok Antara
JAKARTA - Pemerintah Indonesia mengonfirmasi akan melakukan perpanjangan pengelolaan PT Freeport Indonesia (PTFI), melalui penambahan kepemilikan saham dominan. Rencananya, pemerintah akan menambah saham kurang-lebih sekitar 10% atas kepimilikan saat ini.

Pemerintah menyebut proses pembahasan rencana penambahan modal ini sudah hampir matang.

“Dalam beberapa waktu terakhir, kita sedang membicarakan tentang kemungkinan perpanjangan pengelolaan Freeport. (Apalagi) ini kan sekarang sudah milik pemerintah Indonesia dan sahamnya sudah 51% pemerintah Indonesia,” kata Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Jakarta, Jumat (28/4). 

Sejauh ini, ia juga menyampaikan, pendapatan Freeport dari tahun ke tahun semakin membaik. Bahkan laporan Freeport kepada pemerintah, potensi utang BUMN dalam proses pengambilalihan Freeport kemungkinan besar akan lunas di 2024.

Baca Juga: ESDM: Juni 2023, Freeport Bisa Ekspor Konsentrat Tembaga

Lebih lanjut, upaya perpanjangan pengelolaan ini berdasarkan potensi produksi yang puncaknya akan terjadi pada 2030 hingga 2035. Ia menjelaskan, produksi yang berjalan di 2020, merupakan buah dari proses ekplorasi yang dilakukan pada tahun 90-an.

“Eksplorasi di Freeport itu butuh waktu 10 sampai 15 tahun, baru bisa dilakukan produksi. Beda dengan eksplorasi nikel atau batubara, Freeport ini tambangnya underground atau di bawah tanah,” terangnya.

Pada kesempatan yang sama, pemerintah juga tengah menghitung berapa perpanjangan pengelolaan yang pantas diberikan dengan melihat potensi cadangan yang masih ada. Dirinya pun berharap, agar produksi Freeport tidak menurun sampai 2035 alias terus naik. 

Ke depan, pemerintah juga meminta penambahan saham itu tidak menggunakan nilai valuasinya. Dengan kata lain, pemerintah Indonesia atau BUMN tengah melobi kepada Freeport untuk bisa membeli saham itu dengan harga semurah mungkin.

“Nanti kalau sudah selesai, kami juga akan meminta mereka untuk membangun smelter di Papua, tidak hanya di Gresik,” sebutnya.

Sekadar informasi, pasca divestasi, saham PTFI yang dimiliki Inalum akan meningkat dari 9,36% menjadi 51,23%. Pemda Papua akan memperoleh 10% dari 100% saham PTFI. 

Perubahan kepemilikan saham ini akan resmi terjadi setelah transaksi pembayaran sebesar US$3,85 miliar atau setara dengan Rp56 triliun kepada FCX diselesaikan sebelum akhir 2018.

Baca Juga: Pemerintah Buka Peluang Perpanjangan IUPK Freeport Lebih Cepat

Dana sebesar US$3,85 miliar itu digunakan untuk membeli hak partisipasi atau Participating Interest Rio Tinto dan 100% saham FCX di PT Indocopper Investama. Participating Interest Rio Tinto di PTFI sendiri tercatat sebesar 40%, sedangkan saham Indocopper sebesar 9,36%.

Dari 40% Participating Interest Rio Tinto akan dikonversi jadi saham yang kemudian ditambah dengan bagian saham Indocopper hingga Inalum bisa dapat 51%. Dalam menghimpun dana US$3,85 miliar, Inalum dibantu oleh sejumlah bank untuk pendanaannya.

Di 2018, PT Freeport Indonesia meyakini, perluasan operasi akan secara signifikan meningkatkan manfaat yang akan diterima pemerintah Indonesia di masa depan. Dengan kepastian investasi dan operasi hingga 2041, PTFI memperkirakan manfaat langsung ke pemerintah pusat dan daerah, serta dividen ke Inalum bisa melebihi US$60 miliar.

Selama 15 tahun terakhir, PT Freeport Indonesia telah memulai proses transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah. Dalam prosesnya, PTFI telah menginvestasikan hingga US$6 miliar untuk mengembangkan tambang bawah tanah, dan berencana untuk menginvestasikan miliaran dolar lebih lanjut sebagai bagian dari komitmen untuk memberikan nilai bagi semua pemegang saham. 

KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar