27 Januari 2023
17:04 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menegaskan, kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia (Eurasian Economic Union/EAEU) harus dipererat. Untuk itu, persetujuan perdagangan bebas (FTA) kedua negara harus diselesaikan.
Zulkifli Hasan pun mengapresiasi Indonesia dan anggota EAEU atas peluncuran Perundingan IEAEU-FTA pada Desember 2022. Hal ini mengemuka dalam pertemuan Mendag Zulkifli Hasan dengan Anggota Dewan-Menteri Integrasi dan Ekonomi Makro Komisi Ekonomi Eurasia (Eurasian Economic Commission/EEC) Sergei Glazyev.
“Peluncuran perundingan FTA Indonesia-EAEU merupakan momentum bersejarah untuk meningkatkan hubungan bilateral ke tingkat yang lebih tinggi,” kata Mendag Zulhas di Jakarta, Jumat (27/1).
Baca Juga: Mendag: Neraca Perdagangan 2022 Cetak Rekor Tertinggi
Pada 5 Desember 2022 lalu, perundingan IEAEU-FTA diluncurkan secara resmi oleh Menteri Perdagangan RI dan Anggota Dewan Menteri Perdagangan EAEU secara daring. Saat ini, kedua pihak masih menyusun draf kerangka acuan perundingan IEAEU-FTA.
Perundingan putaran pertama direncanakan dilaksanakan pada kuartal pertama 2023, yaitu di bulan Maret atau April tahun ini, dengan target dapat selesai dalam kurun waktu dua tahun.
Beberapa cakupan isu perundingan dalam IEAEU-FTA meliputi perdagangan barang, aturan asal barang (rules of origin), pengamanan perdagangan (trade remedies) prosedur kepabeanan fasilitasi perdagangan (customs procedure and trade facilitation), sanitasi dan fitosanitasi, hak kekayaan intelektual, hambatan teknis untuk perdagangan, persaingan usaha, serta perdagangan digital.
Kementerian Perdagangan mencatat, selama Januari-November 2022, total perdagangan Indonesia dan EAEU mencapai US$4,0 miliar, atau naik 32,75% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara pada 2021, perdagangan kedua negara tercatat sebesar US$3,33 miliar.
Baca Juga: Indonesia-Eurasia Sepakat Luncurkan Perundingan Dagang EAEU
Pada periode ini, ekspor Indonesia ke EAEU tercatat sebesar US$1,52 miliar, sedangkan impor Indonesia dari EAEU tercatat sebesar US$1,82 miliar.
Ekspor utama Indonesia ke EAEU di antaranya minyak kelapa sawit, minyak kelapa kopra, karet alam balata, alas kaki kulit, serta margarin. Sementara impor Indonesia dari EAEU di antaranya pupuk mineral/kimia (kalium), produk setengah jadi besi baja, paduan fero, batu bara briket, dan pupuk mineral/kimia (nitrogen).
Pada 2021, EAEU menempati posisi ke-30 sebagai sumber investasi asing langsung (FDI) Indonesia dengan nilai investasi US$23,2 juta yang terdiri dari 214 proyek. Nilai ini meningkat 404,49% dibanding 2020 yang tercatat hanya sebesar US$4,6 juta.
Bahas Indonesia-EEC Joint Working Group
Pada pertemuan tersebut, kedua menteri juga membahas Indonesia-EEC Joint Working Group (JWG). Zulkifli Hasan menyampaikan, Indonesia dan EEC memiliki nota kerja Sama untuk membentuk JWG sebagai forum diskusi tentang kerja sama teknis dalam rangka peningkatan perdagangan dan investasi.
“Indonesia menyambut baik berbagai inisiatif dalam rangka mengoptimalkan potensi hubungan ekonomi bilateral. Sangat penting bagi kedua pihak, untuk menyelesaikan perundingan secepatnya,” ujar Mendag.
Sebelumnya, nota kerja sama (memorandum of cooperation/MOC) telah ditandatangani pada 17 Oktober 2019 di sela-sela Trade Expo Indonesia. Nota kerja sama tersebut akan dijadikan landasan untuk memulai kerja sama teknis di berbagai bidang guna meningkatkan perdagangan dan investasi serta mengurangi hambatan di antara kedua pihak.
Sementara itu, Menteri Sergei mengungkapkan, meskipun hubungan perdagangan bilateral sudah cukup baik, namun masih terdapat ruang untuk ditingkatkan.
“Perjanjian FTA dan diskusi kerja sama teknis di bawah nota kerja sama diharapkan dapat mendorong arus perdagangan dan investasi dua arah,” imbuh Sergei.